Peserta mengikuti pawai Maulid Nabi di Kampung Nelayan Nambangan-Cumpat, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (28/10/2020). Pawai yang diikuti murid dan guru dari sembilan Taman Pendidikan Al Quran (TPA) serta warga kampung nelayan tersebut dalam rangka memperingat | MOCH ASIM/ANTARA FOTO

Sirah

Akar Tradisi Maulid Nabi SAW

Peringatan maulid mengalami akulturasi dengan budaya lokal

Maulid Nabi adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Perayaan ini jatuh pada 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriyah. Maulid berasal dari bahasa Arab, yang berarti kelahiran. Beberapa negara Muslim memiliki istilah sendiri untuk menyebut perayaan ini.

Di Arab, perayaan Maulid Nabi dikenal dengan Eid al-Maulid an-Nabawi. Kaum Urdu menggunakan istilah Milad an-Nabi. Sedangkan di daerah Melayu, Maulid Nabi juga dikenal dengan Maulidur Rasul.

Perayaan Maulid Nabi SAW dalam sejarah Islam sudah berlangsung lama, sejak ribuan tahun lalu. Menurut AM Waskito dalam Pro dan Kontra Maulid Nabi, setidaknya ada tiga teori tentang asal mula perayaan Maulid Nabi.

Pertama, perayaan maulid pertama kali diadakan oleh kalangan Dinasti Ubaid (Fathimi) di Mesir yang berhaluan Syiah Islamiliyah (Rafidhah). Mereka berkuasa di Mesir pada 362-567 Hijriyah atau sekitar abad keempat hingga keenam Hijriyah.

Mula-mula, dirayakan di era kepemimpinan Abu Tamim yang bergelar al-Mu'iz li Dinillah. Perayaan Maulid oleh Dinasti Ubaid hanya salah satu bentuk perayaan. Mereka juga mengadakan perayaan hari Asyura, perayaan Maulid Ali, Maulid Hasan, Maulid Husain, Maulid Fathimah, dan lainnya.

Kedua, perayaan maulid di kalangan ahlussunah waljamaah (Aswaja) pertama kali diadakan oleh Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri, gubernur Irbil di wilayah Irak. Beliau hidup pada 549-630 H. Saat perayaan maulid diadakan, Mudzaffar Kukabri mengundang para ulama, ahli tasawuf, ahli ilmu, dan seluruh rakyatnya. Mereka menjamu dengan hidangan makanan, memberikan hadiah, bersedekah kepada fakir miskin, dan lainnya.

photo
Sejumlah pemain rebana mengiringi pembacaan Risalah Maulid pada peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW di Masjid Muyassarin, Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (19/10/2021). Seiring penurunan kasus Covid-19 di Ibu Kota, peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW banyak dihadiri umat muslim dengan penerapan protokol kesehatan. - (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/rwa.)

Ketiga, perayaan maulid pertama kali diadakan oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi (567- 622 H), penguasa Dinasti Ayyubiyah. Tujuan beliau untuk meningkatkan semangat jihad kaum Muslimin dalam rangka menghadapi Perang Salib melawan kaum Salibis dari Eropa dan merebut Yerussalem dari tangan Kerajaan Salibis.

Beberapa teori sejarah di atas dapat disatukan tanpa harus mempertentangkannya. Awalnya, perayaan Maulid Nabi diadakan oleh Dinasti Ubaid di Mesir. Perayaan Maulid Nabi di sana hanya satu di antara sekian banyak perayaan yang mereka lakukan, untuk membangun pencitraan dan mendapat dukungan dari rakyat Mesir. Hal itu terpaksa dilakukan, karena sebelumnya Syiah Ubaidiyah telah dihancurkan oleh kaum Muslimin di Tunisia.

Datangnya Shalahuddin al-Ayyubi menguasai Mesir menjadi berkah bagi kaum Muslimin. Beliau berjuang keras mengembalikan haluan akidah rakyat Mesir ke pangkuan Aswaja. Caranya, beliau melakukan pendekatan kultural, bukan dengan pedang atau pertumpahan darah. Untuk merintis perubahan ini, beliau sisakan perayaan Maulid Nabi bagi rakyat Mesir.

Tampaknya, perayaan Maulid Nabi di Mesir mengundang ketertarikan penguasa Muslim di wilayah lain, yaitu Muzhaffar Kukabri, gubernur Irbil di Irak. Beliau ini sebenarnya adalah sejawat Sultan Shalahuddin dalam jihad melawan pasukan Salibis di Eropa. Bahkan, Sultan Shalahuddin menikahkan laki-laki dengan saudara perempuannya, Rabiah Khatun bin Ayyub.

photo
Umat Islam memadati lapangan saat gelaran peringati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW di Lapangan Monas, Jakarta, Sabtu (9/11/2019). Acara Maulid Nabi Muhaammad yang di gelar oleh Majelis Rasulullah SAW tersebut bertujuan untuk mempersatukan umat serta meneladani sifat-sifat Rasulullah SAW. - (Republika)

Tidaklah aneh jika di antara keduanya terjalin hubungan saling mendukung. Dan kebutuhan peringatan Maulid Nabi ini dirasakan mendesak, ketika kaum Muslimin sedang mengalami kelemahan dan kelelahan, akibat perang terus-menerus menghadapi kaum Salibis Eropa. Saat itulah Shalahuddin memanfaatkan momen peringatan Maulid Nabi untuk mengingatkan kembali kaum Muslimin terhadap jejak-jejak sejarah Rasulullah.

Dengan demikian, kita bisa mendapatkan kesimpulan tentang asal mula peringatan Maulid Nabi dalam sejarah kaum Muslimin sejak ribuan tahun lalu. Awalnya, diinisiasi oleh Dinasti Syiah Ubaidiyah lalu diadaptasi ke dalam kultur Aswaja oleh Malik Mudzaffar dan Sultan Shalahuddin al-Ayyubi.

Di Mesir, pada masa Dinasti Mamluk (abad ke-14 dan abad ke-15 M), peringatan Maulid diadakan dengan mewah dan megah. Dalam acara itu, Sultan membagikan pundi-pundi dan kue kepada para ulama.

Pada abad ke-19 M kerajaan Islam di Mesir mengadakan peringatan maulid di sebuah taman. Dalam kesempatan itu dibacakan syair berseloka yang mengungkapkan kecintaan kepada Nabi Muhammad.

Pada era sekarang, Maulid Nabi dirayakan hampir di semua negara Muslim, dan di negara-negara lain yang memiliki populasi Muslim signifikan, seperti India, Inggris, Nepal, Sri Lanka, Prancis, Jerman, Italia, Rusia, dan Kanada.

Satu-satunya pengecualian adalah Qatar dan Arab Saudi. Di sana, Maulid Nabi bukan menjadi libur resmi. Namun, sebagai akibat dari gerakan Wahabi dan pengaruh Muslim tradisionalis yang ketat lainnya, sejak dekade terakhir abad ke-20, telah ada kecenderungan melarang atau mendiskreditkan Maulid bersama dengan festival serupa di dunia Muslim Sunni.

Menurut J Knappert dalam The Mawlid, para sufi sering merayakan Maulid Nabi di beberapa negara. Melalui perayaan ini mereka ingin mengajak umat Islam mengingat kembali ajaran Nabi dan beberapa  pejuang Muslim.

Namun, perayaan maulid ini dilakukan dengan akulturasi budaya setempat. Sehingga, perayaan Maulid di satu negara akan berbeda dengan negara lainnya. Maulid dirayakan dengan cara karnaval, prosesi di jalanan atau rumah, dan masjid yang dihiasi. Dalam perayaan maulid juga dilakukan pembagian makanan, dan menceritakan kehidupan Muhammad yang diriwayatkan dengan pembacaan puisi oleh anak-anak.

Ulama dan penyair merayakan maulid dengan membaca kasidah al-Burda Syarif, puisi terkenal abad ke-13 oleh Sufi dari Mesir Imam al-Bushiri. Al-Burda berisi sajak pujian kepada Nabi Muhammad SAW, pesan moral, nilai-nilai spiritual, dan semangat perjuangan. Pembacaan syair al-Burda banyak digunakan oleh beberapa negara dalam perayaan maulid, termasuk Indonesia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Sahabat_MR (@majelisrasulullahsaw_idn)

Gabungan

Umumnya, perayaan maulid diadakan dengan menggabungkan beberapa acara, sehingga terlihat meriah. Perayaan ini dianggap sebagai ekspresi konsep sufi dari praeksistensi Muhammad. Namun, makna utama dari perayaan ini adalah ungkapan cinta untuk Nabi Muhammad.

Di Pakistan, perayaan maulid dimulai dengan penghormatan secara militer di ibu kota federal dan ibu kota provinsi. Selanjutnya, menyanyikan lagu keagamaan pada siang hari.

Di Qayrawan, Tunisia, Muslim menyanyikan lagu pujian kepada Muhammad, sebagai bentuk penghormatan atas hari kelahiran Nabi. Biasanya, Muslim juga menyiapkan hidangan yang dikenal dengan nama Assidat Zgougou untuk merayakan maulid.

Di Mesir dan Sudan, maulid digunakan sebagai istilah umum untuk perayaan ulang tahun orang-orang kudus sufi lokal. Tidak hanya merujuk kepada perayaan kelahiran Nabi Muhammad. Sekitar 3.000 perayaan maulid diadakan setiap tahun. Festival ini menarik minat penonton internasional. Dalam peringatan maulid tokoh sufi lokal abad ke-13, Ahmad al-Badawi, jumlah wisatawan bahkan mencapai tiga juta orang.

Di Maroko, kalangan sufi memandang peringatan maulid Nabi dalam hierarki hari besar Islam sebagai  yang kedua setelah Idul Fitri dan Idul Adha. Dalam perayaan itu, syair mistis dan prosesi para darwis (pengikut tarekat) seperti Tarekat Isawiyah dan Hamadza, kadang-kadang menjadi bagian integral peringatan maulid Nabi.

Sering kali perayaan seperti ini berakhir dengan tidak sadarkan diri, yang bagi golongan lain dianggap tidak sesuai dengan watak dan misi peringatan itu. 

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.