Pesepak bola timnas Indonesia Rudolof Yanto Basna (bawah) berebut bola dengan pesepak bola Timnas Malaysia Mohamadou Sumareh (tengah) saat pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup G Zona Asia di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (1 | Rafiuddin Abdul Rahman/ANTARA FOTO

Arena

Naturalisasi Dipertanyakan

?Naturalisasi dianggap hanya dimanfaatkan sebagai proyek untuk pemain asing.?

JAKARTA - Kekalahan tim nasional Indonesia dari Malaysia pada laga lan jutan Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia yang berlangsung di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, pada Selasa (19/11)malam WIB, menambah daftar panjang catatan buruk skuat Garuda.Greg Nwokolo dkk semakin terpuruk di papan klasemen setelah melewati li ma laga tanpa satu pun poin. Indonesia tertinggal 11 poin dari Vietnam yang berada di peringkat pertama.

Bahkan, Garuda terpaut enam poin dari Uni Emirat Arab (UEA) di peringkat keempat.

Kekalahan beruntun yang diderita skuat Garuda tentu membuat kecewa seluruh pencinta sepak bola di Tanah Air. Selain kualifikasi Piala Dunia 2022, sebelumnya skuat Garuda ju ga gagal melaju ke semifinal Piala AFF 2018 dengan rekor yang cukup menyedihkan. Timnas Indonesia hanya menang sekali atas Timor Leste, dua kali ka lah kontra Thailand (2-4)dan Singapura (0-1), serta bermain imbang (0-0) melawan Filipina. Rentetan hasil negatif pun berdampak pada peringkat FIFA. Terbaru, per Ok tober 2019, peringkat timnas Indonesia turun empat tangga ke posisi 171.

Prestasi terakhir timnas In donesia adalah menjadi runner-upPiala AFF 2016 saat ditukangi Alfred Riedl. Setelah itu, skuat Garuda selalu gagal menorehkan prestasi yang diharap kan. Hal ini tentu menuntut Persatuan Sepak Bola Seluruh In donesia (PSSI) untuk segera mela kukan perbaikan besar-besaran.Pe ng a mat sepak bola nasional, Akmal Marhali, mengatakan hasil yang da pat diraih timnas Indo nesia saat ini me rupakan buntut dari buruknya pe ngelolaan kompetisi sepak bola di Indonesia.

Jadi, sejak 2017 sampai sekarang, yang disemai oleh Pak Iwan Bule (Mochamad Iriawan) adalah apa yang ditanam oleh Edy Rahmayadi cs, kompetisi yang tidak sehat melahirkan timnas yang tidak kuat, kata Akmal kepada Republika, Rabu (20/11).

Koordinator Save Our Soccer (SOS) ini mengatakan, jika berharap timnas Indonesia berprestasi, harus ada perhatian serius dari Ketua Umum PSSI Mochamad Iria wan alias Iwan Bule untuk men ciptakan kompetisi yang se hat. Menurut dia, jika kompetisi bisa berjalan dengan sehat, secara otomatis akan melahirkan pe main-pemain yang kuat untuk timnas. Namun, kata dia, yang terjadi saat ini justru sebaliknya. Para pe main timnas Indonesia tidak meningkat kan prestasi yang pernah diraih di tahun-tahun sebelumnya dan justru menurunkan pres tasinya.

Ini kanera barunya Pak Iwan, nah semua masalah yang ada di kom-petisi harus di benahi. Sehingga, kompetisi kita adalah kompetisi yang sehat, bermartabat, dan melahir kan pemain-pemain yang mempunyai mental yang kuat, tutur Akmal.

Selain itu, Akmal juga mengkritisi manajemen timnas saat ini yang menggunakan terlalu banyak pemain naturalisasi. Akmal mengaku selalu menentang adanya pemain naturalisasi sejak era Nurdin Halid. Menurut dia, adanya pemain naturalisasi ha nya dimanfaatkan sebagai proyek un tuk membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi pemain asing yang sudah tidak produktif lagi di negara asalnya. Di negaranya belum tentu kepakeka rena usianya juga sudah tua. Pada hal, adanya pemain naturalisasi itu meng hilangkan peluang pemain lokal kita untuk bisa cepat berkembang, kata dia.

Jadi, setop naturalisasi, tahun ini, 2019 adalah tahun terakhir buat ki ta un tuk menggunakan pemain natura lisasi, ujar dia.

Kepada Republika, Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan mengatakan, pe main naturalisasi di timnas Indonesia tidak bisa benar-benar dihilangkan. Namun, pria yang akrab disapa Iwan Bule itu berjanji akan melakukan seleksi lebih ketat lagi untuk pemain naturalisasi. Ke depan, ka ta dia, tidak ada lagi pemain naturalisasi yang berusia di atas 30 tahun.

Selain itu, pemain naturalisasi juga ha rus benar-benar sosok yang mempunyai skilldan ke mampuan di atas rata-rata dan yang tak kalah penting adalah harus profe sional.

Jadi, seleksi yang dilakukan harus benar-benar ketat, pemain naturalisasi harus benar-benar bagus mainnya, terus juga tidak tua. Osas Saha itu kan sudah tua, kita lihat semalam juga dia jarang lari, dan juga harus profesional. Ke depan, kita juga akan lebih prioritas kan pemain lokal, kita manfaatkan potensi yang ada di pemain kita. Seperti sekarang ini kita pu nya Garuda Select dan program- program pembinaan lain. Semoga ke depan mereka bisa mengisi formasi pemain timnas senior, kata Iwan saat dihubungi Republika, Rabu (20/11).

Saat ini, PSSI sedang mencari sosok pelatih baru untuk menukangi timnas senior Indonesia. Salah satu kandidatnya adalah pelatih asal Korea Se latan Shin Tae-Yong telah meme nu hi undangan PSSI untuk mema parkan pre sentasi sebagai calon pelatih tim nasional (timnas) senior Indonesia di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (19/11). Pelatih berusia 49 tahun ini menyampaikan program kepelatihan dan berdiskusi tentang sepak bola In donesia sekitar dua jam di hadapan Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan jajaran pengurus PSSI lainnya.

Dia sudah lakukan pemaparan di depan kita. Pemaparannya juga cukup bagus, program yang dia canangkan juga bagus, dia sudah pelajari pemain tim nas kita mulai dari U-16 sampai senior. Kita habiskan diskusi sekitar 2,5 jam. Tapi, belum ada keputusan apa-apa. Masih akan kita diskusikan lagi, ujarnya. (ed: gilang akbar prambadi)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat