Gladys Greselda Gosal tertarik memeluk Islam sejak dirinya membaca terjemahan dan makna surah al-Ikhlash | DOK Tangkapan Layar Youtube Mualaf Center Aya

Oase

Gladys Greselda Gosal Terinspirasi Dahsyatnya al-Ikhlash

Gladys yang mualaf ini menyadari hakikat tauhid sehingga memutuskan untuk berislam.

OLEH RATNA AJENG TEJOMUKTI

Ajaran Islam mengenai Tuhan sangatlah sederhana. Tidak rumit. Tidak berbelit-belit. Agama ini mengajarkan, Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Dialah Zat yang menciptakan alam semesta beserta isinya, termasuk manusia. Tidak ada Tuhan selain Dia. Setiap insan wajib menyembah hanya kepada-Nya.

Pokok mengenai keesaan Allah itu disebut sebagai tauhid. Hal itu berkaitan dengan iman. Seorang Muslim yang benar-benar beriman tidak sekadar menghafalkan keenam rukun, tetapi juga meyakini dengan sepenuh hati kebenaran tauhid.

Dalam Alquran, salah satu surah yang memuat esensi tauhid adalah al-Ikhlash. Nama itu bermakna, ‘memurnikan keesaan Allah.’ Surah yang berada di urutan ke-112 itu tergolong pendek. “Hanya” terdiri atas empat ayat. Banyak anak-anak yang lancar menghafalkannya.

Akan tetapi, makna al-Ikhlash amatlah dalam. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Demi (Allah) yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surah al-Ikhlas sebanding (dengan) sepertiga Alquran” (HR Bukhari). Bobot firman Allah ini tidak akan dikenali kecuali oleh orang yang hatinya terbuka oleh hidayah-Nya.

Gladys Greselda Gosal termasuk yang merasakan kekuatan al-Ikhlash. Mualaf tersebut menuturkan, dirinya mulai tertarik pada ajaran tauhid sejak membaca terjemahan surah itu. Pada akhirnya, hatinya mantap memeluk Islam.

 
Gladys mulai tertarik pada ajaran tauhid sejak membaca terjemahan surah al-Ikhlash.
 
 

Dalam sebuah bincang-bincang yang ditayangkan akun Youtube Mualaf Center Aya Sofya beberapa waktu lalu, wanita tersebut menceritakan kisahnya. Ia merasa, arti dari al-Ikhlash amat mengesankannya. “Katakanlah (Muhammad), ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."

Ayat-ayat suci itu menegaskan bahwa Tuhan tidak memiliki anak. Tuhan pun tidak memiliki bapak, ibu, atau orang tua. Intinya, hanya Allah satu-satunya Tuhan. Maka, bagaimana mungkin seorang insan menyembah banyak hal jika sebenarnya cukup dengan menyembah Allah?

Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya. Allah tidak berayah. Tidak beribu. Tidak berkerabat apa pun. Dia adalah satu (ahad). Tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak ada apa pun yang setara dengan-Nya. Allah mengurus semuanya, termasuk kehidupan manusia.

Dalam ayat kedua surah itu, tutur Gladys Greselda, terdapat penegasan yang berkaitan dengan posisi manusia. “Allah tempat meminta segala sesuatu.” Hanya Allah-lah tempat tujuan segala kebutuhan dan permintaan. Menggantungkan harapan pada manusia seakan-akan fatamorgana. Sebab, manusia memiliki keterbatasan. Maka dari itu, mualaf itu merasa, ayat tersebut menekankan betapa mahakuasa Allah SWT.

 
Menggantungkan harapan pada manusia seakan-akan fatamorgana. Sebab, manusia memiliki keterbatasan.
 
 

Dalam tayangan video di kanal MC Aya Sofya itu, Gladys dengan luapan rasa haru memaparkan alasan-alasannya berislam. Menurut dia, surah al-Ikhlash membuka kesadaran dirinya sebagai seorang insan ciptaan Tuhan. Bukti-bukti yang ditemukannya dalam ayat-ayat itu membuatnya semakin yakin, Islam adalah agama yang benar.

Gadis yang kini berusia 26 tahun itu mengatakan, fitrah manusia adalah ber-Tuhan. Dengan merenungi kandungan makna al-Ikhlash, sadarlah dirinya mengenai siapa Tuhan itu; bagaimana sifat-Nya; dan kewajiban setiap manusia untuk menyembah hanya kepada-Nya.

Gladys kemudian berupaya menemukan sumber-sumber yang dapat menerangkannya perihal makna keesaan Allah. Ia menjumpai Mualaf Center di Surabaya, Jawa Timur. Setelah mendengarkan penjelasan dari seorang ustaz, keyakinannya semakin kuat untuk beragama Islam.

Maka pada 1 September 2021 lalu, ia mengucapkan dua kalimat syahadat. Prosesi yang bertempat di kompleks Pondok Pesantren Jeha, Kota Surabaya, itu dilakukan dengan bimbingan Ustaz Ipung Atria. Disaksikan pula oleh sejumlah kawan dan rekan-rekan Mualaf Center Aya Sofya.

Asyhadu anlaa ilaaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah,” ucap Gladys dalam tayangan di saluran MC Aya Sofya, yang disimak Republika baru-baru ini.

Introspeksi

Bagaimana mualaf ini mulai tertarik untuk menelaah Alquran, khususnya surah al-Ikhlash? Hal itu berawal dari introspeksi diri yang dilakukannya sesudah berbincang dengan laki-laki yang ingin dinikahinya.

Keduanya telah lama menyimpan perasaan saling suka. Namun, hubungan itu belum sampai ke tahap pernikahan. Kendala utamanya, masing-masing beriman pada agama yang berbeda.

Gladys sejak kecil akrab dengan suasana religi agama lamanya. Nama baptisnya saat itu adalah Veronica. Dosen di salah satu universitas swasta itu juga senang pergi ke tempat ibadah tiap akhir pekan.

Karena itu, tak terpikirkan baginya untuk pindah agama. Terlebih lagi, laki-laki yang dikasihinya itu tidak sampai memaksanya untuk berislam. “Saya mengenal agama Islam karena dia. Lalu, timbul pertanyaan bahwa hubungan ini sebenarnya mau dibawa ke mana? Karena, pada saat itu saya tidak bersedia pindah agama,” kata Gladys.

 
Timbul pertanyaan bahwa hubungan ini sebenarnya mau dibawa ke mana? Karena, pada saat itu saya tidak bersedia pindah agama.
 
 

Perempuan itu pernah sesekali menanyakan kepada pria itu, bukankah lebih baik bila calon suami yang pindah agama. Bahkan, dengan sekilas sempat disebutkannya, lebih baik tidak melanjutkan hubungan kalau kekasihnya itu tidak ikut seiman dengannya.

Alih-alih emosional, calon suami Gladys itu menanggapinya dengan tenang. Lantas, si pria bertanya balik ke wanita ini. Apakah dirinya sudah sungguh-sungguh memahami agama sendiri saat itu. Apakah sudah belajar tentang agama sendiri?

“Kemudian, dia menantang saya kalau, misalnya, dia harus pindah agama, maka saya harus bisa meyakinkannya bahwa agama saya yang dahulu itu (non-Islam) benar. Dari situ, saya berpikir kalau ternyata saya tidak tahu apa-apa tentang agama saya sendiri. Cuma modal percaya saja,” kata dia menjelaskan.

Sejak saat itulah, Gladys mulai sering berpikir untuk menelaah kembali keyakinan yang selama ini diikutinya. Hal utama yang diperhatikannya adalah konsep tentang ketuhanan. Sebab, perkara itulah yang berulang kali ditanyakan calon suaminya itu.

photo
Ustaz dan para jamaah di Mualaf Center Surabaya menjadi saksi keislaman Gladys Greselda Gosal. - (DOK Tangkapan Layar Youtube Mualaf Center Aya)

Gladys harus membuktikan bahwa agamanya adalah yang benar sehingga pria tersebut dengan sukarela mengikuti agama Gladys. Hal ini kemudian menjadi tantangan tersendiri untuknya.

Gladys mulai kembali mendalami ajaran agamanya. Ia membuka kitab. Mencari ayat demi ayat untuk membuktikan kebenaran yang selama ini diyakininya begitu saja tanpa sikap kritis.

Nyatanya, setelah membuka kitab, semakin muncul keraguan. Justru, ayat-ayat di sana cenderung menunjukkan nubuwat mengenai kedatangan Nabi Muhammad SAW. Dan, kesangsiannya tidak berhenti di situ.

Kitab yang dicetak satu pihak ternyata memiliki isi yang berbeda dengan kitab yang diproduksi pihak lain. Antara yang satu dan yang lainnya banyak perubahan. Keadaan itu tidak seperti Alquran. Isi kitab suci umat Islam itu tidak berubah sedikit pun sejak zaman Rasulullah SAW.

Gladys juga sering berdiskusi dengan teman-temannya yang beragama Islam. Pertanyaan yang ia ajukan pun seputar ketuhanan dan Nabi Muhammad SAW. Calon suaminya lebih sering bertanya mengenai proses pencarian kebenaran dalam agama.

 
Bagaimanapun saya mencoba mencari jawabannya, tetap tidak ketemu. Sehingga dari situ saya juga berpikir, yang diajarkan Nabi Muhammad sepertinya benar.
 
 

“Teman dekat saya juga selalu bertanya dan mempelajarinya juga. Tetapi, bagaimanapun saya mencoba mencari jawabannya, tetap tidak ketemu. Sehingga dari situ saya juga berpikir, yang diajarkan Nabi Muhammad sepertinya benar,” katanya mengenang.

Keraguan mengenai agamanya saat itu semakin besar. Sebaliknya, kepercayaannya pada ajaran agama Islam kian kuat. Ia tak bisa menemukan di manapun bukti bahwa konsep ketuhanan yang diyakininya selama itu adalah benar. Apalagi, sesudah dirinya menelaah konsep tauhid, yang disarikan dengan bernas dalam kandungan surah al-Ikhlash.

“Saya mulai meyakini bahwa Allah itu Maha Esa. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Bahwa Allah sebagai Tuhan tidak bergantung kepada entitas apa pun,” ucap dia.

Selama satu tahun, dia mempelajari kembali agamanya sendiri. Dengan hidayah Illahi, hatinya kian terpanggil untuk lebih dalam mempelajari Islam.

Hingga saat itu, dirinya belum lagi sempat berdiskusi dengan orang tua. Lagipula, baginya, pilihan agama adalah hak pribadi. Merenggut hak itu adalah pelanggaran, setidaknya secara moral kemanusiaan.

Gladys mengakui, awal mula dirinya bersedia membuka-buka mushaf terjemahan Alquran lantaran ajakan calon suaminya. Hingga kemudian, wanita ini menjumpai surah al-Ikhlash dan tertarik untuk menyimak tafsiran atau maknanya. Bagaimanapun, kelapangan hati dan keputusannya berislam timbul dari keinsafan sendiri. Tidak ada bujukan, apalagi paksaan dari siapapun. Yang ada, proses mencari kebenaran.

“Bahwa pilihan kelak akan dipertanggungjawabkan secara pribadi di akhirat nanti,” tegasnya.

 
Saya akan meyakinkan (keluarga) kalau ini adalah keputusan saya sendiri. Bukan paksaan dari siapapun.
 
 

Sembari terharu Gladya bersyahadat. Sebagai seorang mualaf, dirinya akan menjelaskan pendiriannya kepada pihak keluarga, utamanya orang tua.

Ia mengaku sudah siap apabila keluarga menentang pilihannya. Namun, mereka tidak berhak untuk melarang atau menentang apa pun agama yang ia pilih. “Saya akan meyakinkan (keluarga) kalau ini adalah keputusan saya sendiri. Bukan paksaan dari siapapun. Saya akan mengatakan kalau kita semua memiliki hak masing-masing untuk menentukan apa yang diyakini,” ucapnya.

Gladys pun merasa tenang. Kalaupun nanti ada sedikit permasalahan yang berhubungan dengan penolakan keluarga maupun hak-hak hukum, MC Aya Sofya siap mendampinginya. Sebab, negara Indonesia pun sesungguhnya menjamin kebebasan beragama dan beribadah.

Setelah bersyahadat, Gladys pun mendapatkan bimbingan sebagai mualaf. Ada pula hadiah seperangkat alat shalat dan Alquran. Di samping itu, ia juga menerima hibah beberapa buku tentang Islam.

Kini, ungkap perempuan tersebut, keluarganya sudah mendapatkan kabar tentang keislamannya. Kecemasan yang sempat membayangi pikirannya ternyata tidak terjadi. Orang-orang di rumah tetap menerimanya dengan hangat dan tangan terbuka. Perbedaan agama tidak sama sekali mengganggu harmoni.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Emas yang Jadi Mahar, Wajib Zakat?

Apakah mahar yang diberikan seorang pria ke perempuan tersebut wajib zakat atau tidak.

SELENGKAPNYA

Metaverse untuk Pertanian

Metaverse merupakan alternatif bagi peningkatan produktivitas hasil pertanian.

SELENGKAPNYA