Umat Islam membaca Al Quran saat iktikaf di Masjid Istiqlal Jakarta, Senin (25/4/2022). Umat Islam memadati Masjid Istiqlal untuk melakukan iktikaf sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan 1443 Hijriah setelah dua tahun ditiadakan akiibat pandemi COVID-19. | ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Kabar Ramadhan

Teteskan Air Mata dalam Sujud di Akhir Ramadhan

Manfaatkan pengujung Ramadhan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan meningkatkan amal ibadah.

OLEH ROSSI HANDAYANI

Tamu istimewa bernama bulan suci Ramadhan 1443 H akan segera meninggalkan kita. Maka, layaknya tamu istimewa, lepaslah ia dengan cara terbaik dan mulia.  

Lantas, cara terbaik seperti apa yang sangat perlu kita lakukan pada pengujung bulan Ramadhan? Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ahmad Zubaidi mengatakan, menjelang akhir Ramadhan, umat diharapkan lebih mendekatkan diri dan memperbanyak amal ibadahnya kepada kepada Allah SWT.

“Itu sangat penting karena Kanjeng Nabi Muhammad SAW pada saat 10 hari terakhir semakin banyak amal ibadahnya, di antaranya yang beliau lakukan adalah beriktikaf di masjid dan beliau memperbanyak sedekah,” kata Kiai Zubaidi kepada Republika, belum lama ini.

Amal ibadah berupa membaca dan menadaburi Alquran seyogianya juga semakin meningkat. Apalagi umat berharap mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar. Kiai Zubaidi mengatakan, apabila seseorang berhasil meraih kemuliaan Lailatul Qadar, ia seperti beribadah selama 83 tahun.

“Ini waktu yang begitu lama dan tidak semua orang mendapatkan umur 83 tahun hanya untuk beribadah,” ujar dia.

Lebih lanjut, Kiai Zubaidi menyampaikan, selama 10 hari terakhir Ramadhan, umat mestinya juga semakin khusyuk dan fokus dalam menjalankan puasa dan ibadah-ibadah lainnya. Sebaliknya, bukan fokus pada masalah-masalah keduniaan.

Ia mengingatkan hal itu karena pada hari-hari akhir Ramadhan sekaligus menjelang Idul Fitri, ada sebagian umat yang malah lebih fokus pada urusan keduniaan. Misalnya, sibuk mempersiapkan segala keperluan Lebaran, juga sibuk dengan keperluan mudik.

Kiai Zubaidi mengatakan, tidak masalah mempersiapkan keperluan mudik, tapi ibadah pun jangan dilalaikan. Puasa dengan mengharap ridha Allah Ta’ala harus tetap dijalankan.

"Memperbanyak amalan zikir dan doa, juga kita membayar zakat. Jangan lupakan karena lalai,” ujar dia.  

Ia juga mengatakan, seorang Muslim yang berpuasa Ramadhan, lalu menunaikan zakat dan qiyamul lail, seperti bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya. “Karena itu, mari kaum Muslimin kita manfaatkan hari-hari terakhir bulan Ramadhan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amal ibadah," kata Kiai Zubaidi.

Selain itu, dia melanjutkan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan seseorang agar Ramadhan membekas dalam diri dan menjadi bekal untuk menghadapi 11 bulan lainnya.

"Dengan melakukan amal ibadah sebaik-baiknya dari awal hingga akhir Ramadhan, termasuk qiyamul lail dan di akhir Ramadhan memperbanyak iktikaf itu secara otomatis itu akan berbekas dalam diri," kata Kiai Zubaidi.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (republikaonline)

Sementara, Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Islam (Persis) Ustaz Jeje Zaenudin mengatakan, Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya bahwa memasuki sepuluh terakhir Ramadhan beliau meningkatkan semangat dan kualitas ibadahnya. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis sahih Bukhari dari Siti ‘Aisyah RA, "Ketika memasuki sepuluh terakhir Ramadhan, Rasulullah mengencangkan ikatan kainnya, membangunkan keluarganya, dan menghidupkan malamnya (dengan ibadah).”

"Hal ini dilakukan beliau karena menyambut kedatangan malam yang agung, yaitu Lailatul Qadar yang ada pada salah satu malam ganjil dari sepuluh malam terakhir Ramadhan,” kata Ustaz Jeje.

Selain itu, beliau juga memberi teladan melakukan iktikaf di masjid. Rasulullah juga mempergunakan waktunya dengan berzikir, tafakkur, murajaah, dan tilawah Alquran. Ketika Ramadhan berakhir, Rasulullah menunaikan zakat fitrah dan shalat Idul Fitri di lapangan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (republikaonline)

Setiap para sahabat berpapasan di antara mereka pada Hari Raya, mereka saling menyapa: “Taqabbalallahu minna wa minkum (semoga Allah menerima amal ibadah kami dan kalian semua).”

"Derajat tertinggi dari suatu ibadah adalah manakala ibadah itu telah mencapai derajat mutaqabbala atau menjadi ibadah yang maqbulah, yaitu amal ibadah yang diterima oleh Allah,” kata Ustaz Jeje.

Maka di antara indikasi puasa yang mutaqabbala di sisi Allah adalah ketika selepas bulan Ramadhan, nilai-nilai keagungan yang terdapat di dalamnya terus terbawa menjadi semangat dan jiwa kehidupan pada sebelas bulan berikutnya.

“Yang ditandai dengan bertambah semangat kebajikan dan kecintaannya kepada kebenaran dan semakin jauh dari kemungkaran.”

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.