Muslim di Bali berburu makanan berbuka puasa | Youtube

Kabar Ramadhan

Ibadah Ramadhan di Wilayah Minoritas Muslim, Seperti Apakah?

Cara menghargai orang berpuasa yang sangat indah bagi kaum minoritas.

Berpuasa di wilayah minoritas Muslim tidak selamanya terasa sulit dan sepi. Momen Ramadhan wilayah minoritas di Bali itu justru sangat indah.

Betapa tidak. Sejak awal, saudara-saudara non-Muslim atau pemeluk Hindu di Bali sudah memberikan sapaan yang indah: "Selamat menunaikan ibadah puasa, Pak, semoga lancar, sehat selalu sampai Lebaran tiba."

Momen berbuka puasa di Bali hampir bersamaan dengan kebiasaan umat Hindu di sana melakukan mantra puja Trisandhya dengan pengeras suara pada pagi, siang, dan malam. Selama Ramadhan, mantra puja Trisandhya menjelang pukul 18.00 WITA tidak terdengar lagi. Saudara-saudara Hindu menghargai azan Maghrib sebagai penanda berbuka puasa.

Bahkan, saat tiba waktu berbuka puasa pun banyak teman yang mengucapkan, "Selamat buka puasa ya, Pak." Sapaan yang tidak hanya menyenangkan, tapi menyiratkan rasa persaudaraan dalam perbedaan.

Tidak hanya sampai di situ, ketika shalat Tarawih, di beberapa masjid, mushala, tak jarang terlihat pecalang (keamanan adat Bali) non-Muslim membantu menertibkan parkir, mengatur lalu lintas, menjaga keamanan kendaraan.

"Bu, nanti ibadah (shalat Tarawih-Red) jam berapa ya? Nanti, saya bantu menjaga kendaraan saudara-saudara yang ibadah (shalat)," kata seorang tetangga non-Muslim yang juga pecalang di banjar/desa.

Secara manusiawi, penghargaan saudara-saudara non-Muslim yang penuh toleransi itu sangat menyentuh hati. Cara menghargai orang berpuasa yang sangat indah bagi kaum minoritas.

Anggota Komisi I DPRD Kota Denpasar I Ketut Suteja Kumara (Hindu) pernah mengikuti acara buka puasa bersama (bukber) di Mushala Al-Hidayah Gatsu di lingkungan Banjar Teruna Sari, Denpasar, pada Rabu (20/4) petang.

Dia tahu persis hubungan yang terjalin antarwarga di Banjar Teruna Sari mencerminkan kemajemukan yang sesungguhnya. “Karena hubungan Muslim dan non-Muslim di sini bukan hanya cerita atau pembicaraan mulut saja, tapi kerukunan yang harmonis itu benar-benar terjadi di sini," kata dia.

Buktinya, kegiatan di Mushala Al-Hidayah Gatsu VI-F ini sejak masih berada di sisi selatan hingga berpindah ke utara dan kini diperluas hingga dua kali lipat dari bangunan sebelumnya, selalu dijaga para pecalang (aparat keamanan desa adat) non-Muslim. Mereka ikut menjaga acara buka puasa bersama, shalat Tarawih, dan shalat Jumat.

Begitu juga saat ada kegiatan Nyepi, di sini selalu dijaga pecalang Muslim. Demikian pula kala ada perayaan Natal. “Jadi, hubungan antarmasyarakat yang berbeda-beda di sini sangat harmonis," ujarnya.

Saat menghadiri acara buka puasa tersebut, anggota DPD RI Bambang Santoso menjelaskan bahwa puasa bukan hanya menahan nafsu dengan tidak makan dan minum semat. Puasa juga bersifat rohaniah, artinya mata juga puasa dari melihat hal-hal yang tidak baik, telinga juga puasa, anggota tubuh lain pun begitu.

"Ramadhan bukan hanya menjalankan ibadah puasa dan meyakini akidah yang bersifat baku dan langsung kepada Allah SWT, namun juga bermakna menjaga hubungan baik dengan sesama, melalui lisan, mata, telinga, dan segala tindakan yang baik," jelas Bambang. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.