
Sirah
Pesan Antirasialis Kisah Bilal bin Rabah
Kemuliaan Bilal pun sampai kepada surga. Nabi SAW bahkan mendengar suara langkah sandal Bilal di sana.
Ketika Nabi SAW baru menggemakan dakwahnya kepada kaum Quraisy, tersebutlah nama seorang budak yang masih harum hingga saat ini. Dialah Bilal bin Rabah. Pria Habasyah berkulit legam yang dimiliki salah satu bangsawan Quraisy, Umayyah.
Bilal berasal dari Habasyah atau Ethiopia. Dia lahir daerah As Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ia memiliki majikan bernama Umayyah bin Khalaf yang sangat membenci Islam dan menentang Nabi Muhammad. Meski begitu, Bilal justru tertarik dengan Islam karena Umayyah bersama rekan-rekannya sering membahas dakwah Rasulullah.
Bilal yang terpesona dengan dakwah Rasulullah memutuskan memeluk agama Islam. Sikapnya ini membuat Umayyah murka. Bilal pun disiksa dengan amat pedih. Dia diikat dengan ke adaan tanpa pakaian pada siang hari, sementara badannya ditin dih ba tu. Namun, keimanan Bilal tak redup. Dia masih saja melafazkan "Ahad, Ahad, dan Ahad..."
Singkat cerita, Bilal dibebas kan oleh sahabat Rasulullah SAW, Abu Bakar as-Shiddiq, meski dengan harga yang mahal. Bilal pun menjadi orang kedelapan yang masuk Islam. Bukan hanya itu, Bilal memegang peran penting dalam perkembangan dakwah Islam. Dialah muazin pertama Rasulullah yang melafazkan Azan ketika waktu shalat yang lima tiba.
Kemuliaan akhlak Bilal membuat Rasulullah amat menyayanginya.
Kemuliaan akhlak Bilal membuat Rasulullah amat menyayanginya. Sampai pada satu ketika, Bilal sedang berselisih dengan salah satu sahabat, Abu Dzar al-Ghifari, yang notabene masih memiliki darah Quraisy. Abu Dzar mengemukakan pendapatnya tentang salah satu strategi perang, tetapi itu ditolak Bilal.
Abu Dzar pun secara refleks berkata kepada Bilal, "Beraninya kamu menyalahkanku, wahai anak wanita berkulit hitam? La ilahaillallah! Bercerminlah engkau. Lihatlah siapa dirimu sebenarnya?" Bilal marah atas sikap Abu Dzar dan mengadukannya kepada Rasulullah.
Mendengar laporan Bilal, rona muka Rasulullah berubah. Abu Dzar pun bergegas datang kepada Rasulullah dan mengucap salam. Ketika itu, Rasulullah sangat marah kemudian bersabda. "Wahai Abu Dzar. Engkau telah menghinakannya dengan merendahkan ibunya. Di dalam dirimu terdapat sifat jahiliyah."
Mendengar sabda Rasulullah, Abu Dzar menangis. Dia lantas memintakan ampunan Rasulullah dari Allah SWT atas kesalahannya. Dia pergi. Untuk menebus kesalahannya, Abu Dzar meletakkan kepalanya di atas tanah yang dilalui Bilal. Dia mengempaskan pipinya ke atas tanah. Dia meminta Bilal untuk menginjak pipinya sambil berkata. "Engkau lah orang yang mulia dan akulah orang yang hina."
Kemuliaan Bilal pun sampai kepada surga. Nabi SAW bahkan mendengar suara langkah sandal Bilal di sana. Rasulullah SAW pernah bertanya kepada Bilal tentang amalan utamanya hingga langkahnya sampai di surga. "... Bilal berkata, 'Tidak ada amal yang utama yang aku sudah amalkan kecuali bahwa jika aku bersuci (berwudhu) pada suatu kesempatan maupun siang melainkan aku selalu shalat dengan wudhu tersebut di samping shalat wajib."
Kemuliaan Bilal pun sampai kepada surga. Nabi SAW bahkan mendengar suara langkah sandal Bilal di sana.
Saat Masjid Nabawi selesai dibangun, Rasul mulai mensyariatkan azan serta menunjuk Bilal untuk mengumandangkan azan. Dalam buku Ash Shuffah karya Yakhsyallah Mansur, ada beberapa alasan Bilal diberi tugas mulia tersebut.
Di antaranya karena Bilal memiliki suara yang merdu dan lantang. Diceritakan, siapa pun akan bergetar hatinya bila mendengar sang muazin menyerukan azan. Biasanya setelah mengumandangkan azan, Bilal berdiri di depan pintu rumah Rasulullah sambil berseru, "Mari melaksanakan shalat, mari meraih shalat." Selanjutnya, ia melantunkan iqamat, saat melihat Rasulullah keluar dari rumah.
Walau berlatar belakang seorang budak, tapi tak secuil pun Nabi Muhammad merendahkan Bilal. Bahkan, bagi Rasulullah, pria berambut keriting tersebut amat spesial.
Ketika Nabi Muhammad menaklukkan Kota Makkah, beliau berjalan di depan pasukan Muslim bersama Bilal. Kemudian, beliau masuk ke Ka'bah ditemani tiga sahabat, yakni Utsman bin Thalhah, Usamah bin Zaid, serta Bilal bin Rabah.
Konon, semenjak Rasulullah SAW wafat, Bilal RA menyatakan tidak akan mengumandangkan azan lagi.
Kala itu, ribuan orang berkumpul di sekitar Ka'bah termasuk para Quraisy yang baru masuk Islam. Pada saat bersejarah tersebut, Rasulullah lalu menyuruh Bilal naik ke atap Ka'bah untuk menyerukan azan Zuhur. Dengan senang hati muazin pilihan Rasul ini melaksanakan perintah. Hari itu, azan pertama di Makkah pun resmi dikumandangkan.
Konon, semenjak Rasulullah SAW wafat, Bilal RA menyatakan tidak akan mengumandangkan azan lagi. Kecintaannya pada Rasulullah membuatnya tak bisa berhenti menangis saat mengumandangkan azan selepas Rasulullah wafat.
Begitulah keutamaan Bilal. Lewat ketakwaan, bekas budak berkulit hitam itu bisa ke tempat di mana manusia paling mulia berada. "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS al-Hujurat: 13).
Disadur dari Harian Republika edisi 31 Mei 2019
Mutiara Ramadhan
Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896
HIKMAH RAMADHAN

Memahami Makna Ramadhan
Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.