Umat Islam melaksanakan ibadah shalat jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (1/4/2022). | ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Kabar Ramadhan

Puasa Ramadhan, Ibadah Nan Istimewa

Berbeda dari ibadah lainnya, puasa Ramadhan dinilai langsung oleh Allah SWT.

OLEH FUJI E PERMANA 

Puasa Ramadhan adalah ibadah yang istimewa. Ia berbeda dari ibadah-ibadah lainnya. Puasa Ramadhan adalah ibadah yang langsung dinilai oleh Allah SWT.

Berbeda dari ibadah lainnya, pahala dari puasa Ramadhan tidak terhitung atau tidak bisa dihitung karena menjadi hak Allah untuk memberikan pahala kepada hamba-Nya yang berpuasa.

Pakar ilmu tafsir dan hukum Islam Prof KH Ahsin Sakho Muhammad mengatakan, hakikat puasa Ramadhan adalah untuk menyucikan diri dari berbagai macam noda dan dosa yang melekat pada diri seseorang. Supaya ketika keluar dari Ramadhan dirinya menjadi bersih, hatinya lunak dan penuh takwa kepada Allah SWT.

"Itu yang ingin dicapai dari puasa Ramadhan, hanya saja prosesnya yang harus benar, baik, bagus, ikhlas, melaksanakan amal saleh dan lain sebagainya saat puasa Ramadhan," kata Kiai Ahsin kepada Republika, belum lama ini.

Ia menerangkan, shalat adalah ibadah yang bersifat fisik, zakat ibadah yang berkaitan dengan harta benda, sedangkan haji merupakan ibadah yang memiliki nilai sejarah dan nilai universal. Sementara, puasa Ramadhan adalah ibadah yang sangat pribadi. Sebab, yang mengetahui seseorang itu puasa atau tidak hanya dirinya dan Allah.

photo
Umat Islam melaksanakan ibadah shalat jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (1/4/2022). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengizinkan pelaksanaan ibadah ramadhan dilakukan di masjid dengan menaati protokol kesehatan. - (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Menurutnya, Allah ingin melihat sejauh mana orang yang berpuasa bisa terus melakukan puasa, walau tidak ada orang di sekitarnya. Sebab, seseorang punya kesempatan untuk makan dan minum saat tidak ada orang lain yang melihatnya di bulan Ramadhan.

"Allah ingin melatih orang-orang yang berpuasa agar bisa mandiri dalam bertakwa kepada Allah, mandiri menjauhi larangan Allah karena selalu ingat kepada Allah," ujar Kiai Ahsin.

Pengasuh Pondok Pesantren Dar Al-Qur'an, Kebon Baru, Arjawinangun, Cirebon, ini mengatakan, yang ingin dicapai saat Ramadhan adalah seorang hamba bisa sejauh mana selalu bersama dengan Allah, walaupun dalam keadaan sendiri dan tidak ada orang lain di sekitarnya. Kiai Ahsin mengatakan, kalau puasa Ramadhan dan ibadah-ibadah lainnya dilaksanakan sebulan penuh, serta seorang hamba bisa selalu dekat dengan Allah, orang tersebut akan mendapatkan inayatullah.

Seseorang yang sudah mendapatkan inayatullah bisa dikatakan telah mencapai level yang cukup tinggi dalam beribadah. Ia juga menjelaskan, ibadah yang lain takaran pahalanya bisa diketahui, misalnya, satu kebaikan akan dilipatgandakan sampai sepuluh kebaikan. Ini sudah ada di dalam catatan para malaikat pencatat amal.

"Berbeda dengan puasa Ramadhan, yang memberikan penilaian adalah Allah SWT langsung," jelas Kiai Ahsin.

Ia menjelaskan, semua amal saleh ada hitungannya dan bisa diketahui takarannya. Tapi, untuk puasa Ramadhan sangatlah berbeda. Pahala puasa diurus oleh Allah langsung. Sebab, puasa merupakan suatu ibadah yang sangat rahasia dan pribadi.

Sementara shalat, zakat, dan haji merupakan ibadah yang bisa dilihat oleh orang lain."Karenanya, Allah langsung yang memberikan pahala kepada orang yang berpuasa," ujarnya.

Dalam pandangan Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam Ustaz Jeje Zaenudin, ada perbedaan yang mencolok antara ibadah puasa dengan ibadah yang lainnya. Di antaranya, puasa adalah ibadah menahan diri dari perbuatan yang membatalkan selama batas waktu yang sudah ditetapkan. Sementara, ibadah lainnya bersifat tindakan atau perintah mengerjakan sesuatu.

"Sehingga, hakikat puasa adalah pengendalian jiwa dari dorongan segala syahwat, yaitu syahwat makan minum, syahwat seksual, syahwat kekuasaan, dan segala kecenderungan negatif," kata Ustaz Jeje.

photo
Umat Islam melaksanakan ibadah shalat jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (1/4/2022). - (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Ia menerangkan, jalan kebahagiaan dan keselamatan hidup manusia di dunia dan akhirat adalah dengan kemampuan mengendalikan syahwat jiwa yang jahat. Syahwat manusia itu dimulai dari syahwat makan minum, lalu menjalar ke syahwat seksual, dan berujung pada syahwat kekuasaan dan jabatan.

Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Pengembangan Seni Budaya dan Peradaban Islam ini menambahkan, pengendalian diri yang sejati itu lahir dari keimanan dan keyakinan bahwa setiap manusia ada yang Maha Mengawasi. Jika kesadaran adanya yang Maha Mengawasi itu hilang, tidak mungkin orang dapat melakukan puasa.

"Sebab, ia tidak akan kuat menahan lapar, haus, syahwat seksual, kekuasaan, pada saat semua itu ada di hadapannya dan merasa tidak ada yang menghalanginya," ujar Ustaz Jeje.

Karena itu, menurutnya, puasa merupakan ibadah yang mendorong orang bersikap ihsan serta ikhlas dan hal itu merupakan puncak beragama dalam Islam.

"Tidak heran jika dalam hadis Qudsi disebutkan, Allah berfirman bahwa semua amal manusia milik mereka kecuali puasa. Puasa itu milik-Ku dan Akulah yang akan membalasnya.’’ 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.