Khaulah Binti Tsalabah | istimewa

Sirah

Permintaan Khaulah Menembus Langit

Khaulah lantas mengangkat tangannya dan berdoa dengan kesungguhan.

Islam melarang seorang suami untuk menyamakan istrinya dengan ibunya sendiri. Secara istilah, biasa disebut zihar. Allah SWT bahkan berfirman di Alquran Surah al-Mujadalah ayat 1 hingga 4 terkait ancaman, keburukan, dan ganjaran terhadap seorang suami yang telah menzihar istrinya.

"Sesungguhnya, Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu (Muhammad) tentang suaminya dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya, Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat... sampai dengan firman Allah, Dan bagi orang-orang kafir ada siksaan yang pedih." (QS al-Mujadalah, 58: 1-4).

Turunnya ayat ini pun tidak terlepas dari permintaan salah satu sahabiyah, Khaulah binti Tsa'labah, kepada Allah SWT terkait masalah yang membelitnya. Akhirnya, Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW soal jawaban dari masalah yang menimpa Khaulah. Inilah keutamaan dari Khaulah binti Tsa'labah. Pengaduannya langsung didengar dan dijawab oleh Allah SWT.

Nama lengkapnya adalah Khaulah binti Tsa'labah bin Ashram bin Fahar bin Tsa'labah Ghanam bin Auf al Anshariyah al Khazrajiyah. Suami dari Khaulah adalah Aus bin Shamit bin Qais. Aus adalah sahabat nabi yang terjun di berbagai pertempuran, termasuk di Perang Badar dan Uhud. Aus dan Khaulah memiliki satu anak laki-laki bernama Rabi'.

 
Khaulah menemui Rasulullah SAW dan menceritakan apa yang menimpanya. Khaulah kemudian menanyakan hukum atas perlakuan yang didapatnya. 
 
 

Suatu hari, Aus dan Khaulah berselisih. Hingga akhirnya, Aus membentak Khaulah dan berkata, "Bagiku, engkau ini seperti punggung ibuku."

Setelah mengatakan hal itu, Aus langsung pergi dan berkumpul dengan rekan-rekannya. Tidak berapa lama, Aus kembali menemui Khaulah dan berniat menggauli Khaulah.

Namun, Khaulah menolaknya dan berkata, "Sekali-kali jangan! Demi Zat yang jiwa Khaulah berada di tangan-Nya, engkau tidak boleh menjamahku karena engkau telah mengatakan sesuatu yang telah engkau ucapkan terhadapku, sampai Allah dan Rasul-Nya lah yang memutuskan hukum tentang peristiwa ini."

Kemudian, Khaulah menemui Rasulullah SAW dan menceritakan apa yang menimpa dirinya kepada Rasulullah SAW. Khaulah kemudian menanyakan hukum atas perlakuan yang didapatnya tersebut.

Pada saat itu, Rasulullah SAW berkata, "Aku tidak akan memerintahkan sesuatu dalam persoalanmu…. Aku tidak mengetahui persoalanmu kecuali bahwa engkau telah haram untuknya."

Namun, Khaulah menyatakan, risiko yang akan dihadapi dirinya dan anaknya jika harus berpisah dari suaminya. Khaulah pun lantas mengangkat tangannya dan berdoa. Doa itu pun disertai dengan kesungguhan, penuh harap kepada Allah SWT, dan rasa kesedihan dalam hatinya. "Ya Allah, sesungguhnya aku mengadu tentang peristiwa yang menimpa diriku."

Hingga akhirnya, Rasulullah SAW mengalami hal yang biasa dialaminya saat menerima wahyu. Pada saat kembali sadar, Rasulullah SAW pun langsung berkata kepada Khaulah. "Wahai Khaulah, sungguh Allah SWT telah menurunkan wahyu tentang dirimu dan suamimu."

Rasulullah SAW kemudian membacakan Surah al-Mujadalah dari ayat 1 sampai 4. Ayat-ayat itu pun berisi soal larangan, hukum, dan ketentuan Allah tentang perkataan zihar yang dilakukan seorang suami kepada istri.

 
Tahukah kalian siapa perempuan renta tadi? Dia adalah Khaulah binti Tsa'labah. Allah mendengar perkataannya dari atas tujuh langit.
 
 

Tidak hanya itu, ayat-ayat tersebut juga berisi kafarah (tebusan) zihar yang telah dilakukan oleh seorang suami. Kafarah tersebut adalah dengan memerdekakan budak. Jika tidak sanggup memerdekakan budak maka berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu berpuasa maka suami yang melakukan zihar itu harus memberi makan sebanyak enam puluh orang miskin.

Kisah soal keutamaan Khaulan binti Tsa'labah ini pun tidak berhenti sampai di situ. Khaulah juga dikenal sebagai perempuan yang berani mengungkapkan pendapatnya dan senang memberikan nasihat kepada siapa pun, bahkan kepada seorang pemimpin sekalipun.

Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Pada saat itu, Umar tengah berjalan dan diiringi oleh banyak orang.

Namun, Khaulah yang saat itu sudah tua, tidak segan untuk memanggil Amirul Mukminin. Kemudian, Khaulah menasihati Umar sambil berkata, "Bukan main megah sekali engkau Umar. Dulu kau dipanggil Umair (Umar kecil), kemudian engkau dipanggil Umar, sekarang engkau dipanggil Amirul Mukminin. Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah dan ingat kepada rakyat jelata. Ketahuliah, barangsiapa yang takut akan siksa Allah maka yang jauh akan menjadi dekat dengannya. Barangsiapa yang takut mati, maka ia akan tahuk kehilangan. Dan barangsiapa yakin adanya hisab, maka ia akan takut kepada azab dan siksa Allah."

Sambil terus berdiri, Umar pun mendengarkan dan menyimak nasihat dari Khaulah ini. Setelah kejadian tersebut, seseorang pun bertanya kepada Umar soal identitas wanita itu.

Umar menjawab, "Demi Allah, seandainya beliau tidak menyudahi nasihatnya kepadaku hingga malam hari, maka aku tidak akan menyudahinya, sehingga beliau menyelesaikan apa yang dia kehendaki. Kecuali, jika telah datang waktu shalat, maka saya akan mengerjakan shalat kemudian kembali untuk mendengarkannya hingga selesai keperluannya itu. Tahukah kalian siapa perempuan renta tadi? Dia adalah Khaulah binti Tsa'labah. Allah mendengar perkataannya dari atas tujuh langit. Apakah Tuhan seluruh alam mendengarkan ucapannya, tetapi lantas Umar tidak mendengarkannya?"

Tulisan ini disadur dari Harian Republika edisi 17 Februari 2017

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.