Warga berolahraga di Taman Sempur, Kota Bogor, Jawa Barat, Ahad (20/3/2022). Taman Sempur ramai dikunjungi warga yang ingin berolahraga pada akhir pekan pascadibukanya kembali setelah dua tahun ditutup akibat pandemi Covid-19. | Republika/Putra M. Akbar

Nasional

Presiden Klaim Pandemi Covid-19 Berhasil Ditangani

Ada empat indikator agar Indonesia turun status menjadi endemi Covid-19.

JAKARTA – Presiden Joko Widodo menyebut pemerintah telah berhasil menangani pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama dua tahun ini. Menurutnya, penyebaran kasus saat ini juga telah bisa dikendalikan.

“Kita termasuk negara yang berhasil dalam menangani pandemi,” kata Jokowi saat memberikan pidato di acara "CNBC Indonesia Economic Outlook 2022", dari Istana Bogor, Selasa (22/3).

Perekonomian sepanjang 2020-2021 juga dinilai terus bergerak. Hal ini disebabkan karena pemerintah tak pernah menerapkan kebijakan lockdown dalam mengatasi pandemi Covid-19 sehingga mempermudah akselerasi perekonomian pada 2022.

Namun demikian, pada tahun ini, Indonesia akan menghadapi banyak tantangan dan ketidakpastian global yang semakin meningkat. Meskipun telah berhasil ditangani, tapi pandemi masih belum juga selesai dan perekonomian dunia juga belum pulih total.

Bahkan, terjadi berbagai masalah seperti kelangkaan energi, kelangkaan pangan, kelangkaan kontainer, serta inflasi yang tinggi di banyak negara. Kondisi ini juga diperparah adanya perang yang justru memperdalam krisis perekonomian dunia dan juga meningkatkan ketegangan politik global.

“Harga minyak naik, gas naik, bahan baku pupuk naik, dan harga gandum juga naik. Inflasi tentu saja juga semakin meningkat. Permasalahan tersebut menjadi tantangan bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Yang jelas, masyarakat tidak boleh menjadi korban dari ketidakpastian global ini,” kata dia.

Meski pandemi Covid-19 diklaim telah ditangani, saat ini Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) masih menetapkan status pandemi Covid-19. Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru Reisa Broto Asmoro memaparkan, ada empat indikator yang harus dipenuhi jika ingin menurunkan status pandemi Covid-19 menjadi endemi.

"Indikator pertama adalah positivity rate harus di bawah lima persen," ujar Reisa saat mengisi konferensi virtual bertema "Pandemi Belum Usai, Tetap Waspada Meski Kasua Covid-19 Melandai", Senin (21/3).

 
photo
Warga berolahraga di Taman Sempur, Kota Bogor, Jawa Barat, Ahad (20/3/2022). Taman Sempur ramai dikunjungi warga yang ingin berolahraga pada akhir pekan pasca dibukanya kembali untuk umum pada masa PPKM level 2 setelah dua tahun ditutup akibat pandemi Covid-19. Republika/Putra M. Akbar - (Republika/Putra M. Akbar)

Saat ini, memang positivity rate Covid-19 Indonesia sudah mengalami penurunan. Namun, angka positif masih di atas lima persen. Oleh karena itu, Reisa meminta harus dilakukan perbaikan terus-menerus supaya angka positivity rate bisa sesuai yang ditetapkan WHO, yaitu di bawah lima persen.

Kemudian, indikator kedua yaitu angka keterisian tempat tidur (BOR) di rumah sakit harus memenuhi ketentuan lima persen. Pihaknya mencatat saat ini angka BOR memang terus turun. Namun, masih di atas lima persen. Bahkan, Reisa mengakui kasus Covid-19 di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan negara tetangga.

Indikator ketiga, yaitu laju transmisi atau Rt harus di bawah satu. Artinya, kalau sudah di bawah angka satu, maka penularan virus di lingkungan sudah rendah. Ini yang harus bisa tercapai, dengan vaksinasi dosis lengkap lebih dari 70 persen dari total populasi.

"Saat ini kita hitungannya target sasaran populasi. Memang yang mendapatkan vaksin dosis lengkap sudah lebih dari 70 persen dari target sasaran. Tetapi target sasaran ini kan belum sampai 70 persen populasi semua penduduk Indonesia," ujar dia.

Masih tinggi

Sementara, Pemerintah Provinsi DIY mengakui angka kematian Covid-19 yang dilaporkan per hari masih cukup tinggi. Meskipun penambahan angka terkonfirmasi positif Covid-19 terus menunjukkan penurunan dalam beberapa pekan terakhir.

"Dari catatan yang kami terima (kematian Covid-19) karena terlambat masuk rumah sakit," kata Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji.

Aji menyebut, masih banyak masyarakat yang terpapar Covid-19 hanya melakukan isolasi mandiri. Padahal, beberapa di antaranya memiliki komorbid atau penyakit penyerta. Pasien dengan komorbid tersebut tidak mendapatkan perawatan intensif karena tidak dibawa ke rumah sakit.

"Berdasarkan catatan kami, sebagian besar yang meninggal itu rata-rata karena komorbid hipertensi. Kalau dari sisi usia yang terbesar itu di atas 50 tahun," ujar Aji.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Booster Bisa Jadi Syarat Mudik Lebaran

Tidak menutup kemungkinan Ramadhan nanti status pandemi sudah berubah menjadi endemi.

SELENGKAPNYA

Antisipasi Inflasi

Konsumsi minyak goreng dalam rumah tangga meningkat pada 2021.

SELENGKAPNYA

Booster Menjadi Syarat Mudik?

Apabila aturan booster yang diterapkan, itu artinya sama saja dengan melarang mudik.

SELENGKAPNYA