Voice of Baceprot | Youtube

Geni

Voice of Baceprot: Perempuan Berani Bersuara

Voice of Baceprot berniat memasukkan pesan-pesan baik mengenai hak-hak perempuan.

OLEH SHELBI ASRIANTI 

Tiga sosok perempuan berhijab, yakni Firdda Marsya Kurnia, Widi Rahmawati, dan Euis Siti Aisyah tampak kalem. Namun, kesan itu akan berubah begitu mereka naik panggung.

Dengan garang, trio yang tergabung dalam band Voice of Baceprot (VoB) itu menghidupkan suasana dengan musik cadasnya. Sejak 2014, band metal asal Garut itu meramaikan belantika musik Indonesia, bahkan hingga kancah internasional.

Pada sesi virtual bersama Google Indonesia pada Senin (7/3), VoB menceritakan berbagai tantangan yang dihadapi selama bermusik. Hingga kini, mereka masih menghadapi pandangan miring soal pilihan mereka mengusung genre musik keras.

Di awal kemunculan, VoB sering dianggap hanya pemanis untuk menarik perhatian dan mendatangkan massa. Pasalnya, cukup aneh para perempuan berhijab bermain musik metal yang lebih identik dengan rambut gondrong dan bertato. "Orang-orang lupa bahwa kami menunjukkan skill," ujar Marsya sang vokalis.

Stereotip datang dari berbagai arah, termasuk dari orang-orang terdekat. Keluarga mereka menganggap profesi sebagai musisi tak bisa menjamin masa depan. 

Para personel VoB diminta berdiam di rumah saja. Lingkungan sekitar pun menyangka mereka menyebarkan pengaruh buruk. Mulai dari pesan yang kurang menyenangkan, komentar kebencian, hingga teror yang menyerang fisik, semua sudah kenyang dihadapi VoB. 

Dengan semua itu, mereka memutuskan terus menjalani apa yang sudah mereka pilih. "Kalau kami berhenti, itu yang diinginkan mereka. Kami tidak mau menyerah," kata Marsya.

VoB tidak sepakat jika musik metal dianggap memberikan pengaruh buruk, sebab itu tergantung apa yang disampaikan lewat musik. Bagi mereka, musik metal justru menyuarakan pesan tentang keadilan, isu kesetaraan, dan kemanusiaan.

"Kami berniat memasukkan pesan-pesan baik mengenai hak-hak perempuan dan kesetaraan," ujarnya.

Bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional yang diperingati pada 8 Maret 2022, VoB menghadirkan single teranyar bertajuk "Not Public Property". Lagu ini memuat pesan tentang pergerakan perempuan. Tembang sudah beberapa kali dibawakan saat manggung dan tur, namun baru akan dirilis secara resmi.

Seiring dengan itu, VoB hendak mengajak semua perempuan untuk terlibat, berani bersuara, dan berani menunjukkan dirinya. "Berharap nantinya gerakan ini bisa memantik perempuan di luar sana untuk menyalakan keberanian," kata Marsya.

Dia dan kedua rekannya percaya, musik memiliki bahasanya sendiri untuk mengetuk hati semua usia dan kalangan. Seiring dengan upaya berani VoB mengekspresikan diri, mereka juga menyerukan hal sama untuk para perempuan.

Menurut VoB, hal terpenting adalah mengalahkan ketakutan dalam diri. Rasa takut tidak akan membawa seseorang beranjak ke mana-mana. Selain itu, VoB mengingatkan supaya tidak meremehkan kemampuan diri.

"Sudah saatnya berhenti tidak percaya sama diri sendiri. Masing-masing diri menyimpan potensi yang amat besar, perlu segera ditunjukkan, jangan terus-terusan dipendam,”ujar Marsya.

Memperingati Hari Perempuan Internasional, VoB turut mendukung inisiatif Google Indonesia yang memopulerkan tagar #YukBukaSuara. Inisiatif itu bertujuan menginspirasi para perempuan Indonesia untuk menemukan dirinya.

Lewat Google Search, kaum Hawa bisa mengajukan berbagai pertanyaan yang ada dalam benak. Dengan begitu, perempuan Indonesia bisa berpikir lebih kritis mengenai segala perspektif dan menemukan suaranya.

Menurut Head of Consumer Apps Marketing Google Indonesia, Fida Heyder, #YukBukaSuara mengajak perempuan muda memahami perbedaan antara stereotip dan fakta. Apa yang kerap dianggap “kata orang” dan yang sebenarnya diinginkan dalam hati.

Aneka pertanyaan yang mungkin sensitif atau tidak bisa diakses di lingkungan bisa diajukan. Sebagai contoh, informasi tentang beasiswa khusus perempuan, data tentang masa subur, hingga sosok perempuan sukses dan menginspirasi.

Mencari jawaban di Google disebutnya dapat menghasilkan pengetahuan yang menginspirasi sudut pandang serta membuka dunia yang baru. "Temukan suaramu sendiri, mulai bertanya dan temukan jati diri Anda," kata Fida.

Tidak hanya berlangsung selama satu hari, kampanye #YukBukaSuara akan diusung sepanjang tahun. Selain dengan VoB, Google bakal berkolaborasi dengan banyak pihak yang dianggap sebagai teladan yang baik. n ed: qommarria rostanti

Pesan di Balik Warna Ungu

Selama lebih dari satu abad, orang-orang di seluruh dunia menandai 8 Maret sebagai Hari Perempuan Internasional. Ini berawal dari gerakan buruh yang menjadi acara tahunan dan diakui oleh PBB.

Benih ini bermula pada 1908, ketika 15 ribu wanita berbaris melalui New York, AS, menuntut jam kerja yang lebih pendek, gaji yang lebih baik, dan hak untuk memilih. Pada setahun kemudian, Partai Sosialis Amerika mendeklarasikan Hari Perempuan Nasional pertama.

Clara Zetkin, seorang aktivis perempuan, yang mengusulkan pembentukan hari internasional. Dia memasukkan idenya ke Konferensi Internasional Wanita Pekerja di Kopenhagen pada 1910. Sekitar 100 wanita dari 17 negara ada di sana, menyetujuinya dengan suara bulat.

Hari Perempuan Internasional pertama kali dirayakan pada 1911, di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss. Peringatan 100 tahun Hari Perempuan Internasional dirayakan pada 2011. Tahun ini berarti menjadi peringatan ke-111. 

Dilansir di laman BBC pada Kamis (3/3), gagasan Clara untuk Hari Perempuan Internasional sebenarnya tidak memiliki tanggal yang pasti. Peringatan Hari Perempuan Internasional tidak diformalkan sampai pemogokan masa perang terjadi pada 1917. Kala itu, kelompok wanita Rusia menuntut "roti dan perdamaian”. 

Empat hari setelah pemogokan, tsar dipaksa turun takhta dan pemerintah sementara memberikan hak pilih kepada perempuan. Pemogokan dimulai pada 8 Maret dan ini menjadi tanggal Hari Perempuan Internasional dirayakan.

Warna ungu sering dikaitkan dengan Hari Perempuan Internasional karena dianggap menandakan keadilan dan martabat. Menurut situs web International Women Day; ungu, hijau, dan putih adalah warna Hari Perempuan Internasional.

"Ungu melambangkan keadilan dan martabat. Hijau melambangkan harapan. Putih melambangkan kemurnian, meskipun konsep kontroversial. Warnanya berasal dari Serikat Sosial dan Politik Perempuan (WSPU) di Inggris pada 1908," kata mereka.

Tahun ini, perayaan terlihat sedikit berbeda karena adanya pandemi Covid-19. Namun, perayaan secara virtual berlangsung di banyak negara, termasuk yang diselenggarakan oleh PBB.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat