Seorang pedagang daging sapi berada di los khusus penjualan daging sapi di Pasar Modern BSD, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (1/3/2022). Mogok dagang yang dilakukan para penjual daging sapi se Jabodetabek kali ini merupakan mogok dagang yang te | ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

Jakarta

Pedagang Daging Mogok

Mogok dagang digelar dengan tujuan agar pemerintah bisa menstabilkan harga daging sapi.

JAKARTA – Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) menyatakan, pedagang daging di Jakarta memilih tidak berjualan selama lima hari mulai 28 Februari hingga 4 Maret 2022.

Sekretaris APDI Jakarta, Mufti Bangkit Sanjaya, menjelaskan, mereka menghentikan aktivitas berjualan secara serentak sebagai bentuk proses tata niaga daging. Hanya saja, ia mengeklaim, kegiatan itu merupakan agenda rutin.

“Ini akibat karut marutnya kebijakan dan tata kelola niaga pemerintahan yang kerap abai pada pedagang kecil,” kata Mufti di Jakarta, Senin (28/2).

Dia menjelaskan, mogok berdagang daging itu dilakukan bukan untuk mengikuti aksi yang digelar para perajin tahu dan tempe sebelumnya. Mufti menegaskan, sikap pedagang daging berhenti berjualan lantaran ada nasib rekannya yang aspirasinya tak pernah didengar oleh pemerintah.

“Padahal, ini sudah harusnya jadi warning sejak tahun lalu ketika pedagang melakukan aksi mogok, namun tak ada sentuhan yang berpihak kepada kami,” katanya.

Pemerintah makin abai kepada pedagang daging yang juga termasuk rakyat kecil pada masa sulit akibat pandemi Covid-19. Alih-alih mendengar keluhan pedagang, kata dia, pemerintah seringkali berpihak kepada korporasi besar. “Sehingga terjadi monopoli dan kartelisasi komoditi daging dan sapi,” katanya.

Mufti pun mendorong pengambil kebijakan dan para importir maupun instansi terkait untuk tidak lagi mengajukan keputusan yang kompromis. Pihaknya menuntut adanya niat baik dari semua pihak untuk terlibat secara konkret dan solutif dalam menangani masalah tata niaga daging. “Dilematis kalau harus melihat break down modal para pedagang dan biaya operasional lainnya jika dibanding kemampuan daya beli masyarakat,” kata Mufti.

Sementara itu, pedagang daging sapi di semua pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Provinsi Banten, memilih mogok berjualan selama tiga hari pada Senin (28/2) hingga Rabu (2/3). Pengawas Operasional Pasar Serpong, Budi Uripto mengatakan, aksi mogok digelar pedagang agar pemerintah berupaya menstabilkan harga daging sapi yang saat ini sedang tinggi.

photo
Suasana kios penjual daging yang tidak ada aktivitas jual beli di Pasar Slipi, Jakarta, Senin (28/2/2022). Seluruh pedagang daging di pasar tersebut melakukan aksi mogok berjualan selama lima hari sejak Senin (28/2) akibat terus melonjaknya harga daging sapi yang mencapai Rp140.000 per kilogram. - (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Dia menuturkan, berdasarkan imbauan APDI, sebenarnya aksi mogok dirancang lima hari, namun akhirnya disepakati menjadi tiga hari. “Sampai Rabu. Tadi saya konfirmasi dengan paguyuban pedagang daging sapi Pasar Serpong, Kamis mau buka,” ujar Budi saat dihubungi, Senin.

Budi menjelaskan, aksi mogok yang dilakukan hanya selama tiga hari itu agar pedagang daging sapi bisa memenuhi kebutuhan para pembeli. Menurut dia, pedagang yang mogok berjualan juga tetap mempertimbangkan untuk bisa memenuhi kebutuhan para pelanggan. “Buka Kamis karena memang mereka (para pedagang) sanggup beli untuk melayani konsumen, kan lebih baik walaupun mahal,” kata Budi.

Saat ini, menurut Budi, harga daging sapi di Pasar Serpong berkisar di angka Rp 135 ribu hingga Rp 150 ribu per kilogram (kg). Padahal, harga normalnya seharusnya Rp 130 ribu per kg. “Harapan pedagang harga turun. Pedagang juga tidak mau jika tidak berdagang,” katanya.

Pedagang daging sapi di Pasar Ciputat juga melakukan aksi mogok selama tiga hari. Seorang pedagang daging, Romi, berharap aksi mogok yang dihelat secara bersama-sama dapat menyentil pemerintah untuk bisa menurunkan harga daging sapi.

“Semua pedagang sapi yang ada di Pasar Ciputat sudah mulai mogok. Kalau kita sudah begini selama tiga hari itu mudah-mudahan masyarakat mengerti bahwa ini bukan dari kami (pedagang), bahwa ini dari semua kenaikan harga yang naik terus,” kata Romi.

photo
Seorang pedagang daging sapi duduk di Pasar Tambun, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (1/3/2022). Menurut penuturan pengelola, sejumlah pedagang daging sapi di pasar tersebut melakukan aksi mogok berjualan selama lima hari yang disebabkan harga daging sapi yang mencapai Rp 140.000 per kilogram. - (ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah)

Daging beku

Perumda Dharma Jaya menyediakan setidaknya 130 ton daging sapi beku untuk meminimalisasi peningkatan harga daging segar di Ibu Kota. Direktur Utama Perumda Dharma Jaya, Raditya Endra Budiman, mengatakan, ketersediaan daging sebanyak itu ditujukan untuk menyuplai kebutuhan sehari-hari masyarakat.

"Dharma Jaya memiliki stok daging sapi beku sebanyak 130 ton. Untuk harga dagingnya masih di bawah harga pasaran mulai Rp 115 ribu sampai Rp 130 ribu per kilogram,” kata Raditya di Jakarta, Senin.

Dia menyebut, harga tersebut bisa saja berubah tergantung jenis daging. Khusus beberapa jenis daging, kata dia, seperti shortplate, sirloin angus, sirloin steak cutting, dan teriyaki slice memiliki harga khusus. Menurut dia, masyarakat yang ingin membeli daging bisa langsung datang ke kantor Perumda Dharma Jaya di Jalan Penggilingan Raya, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.

Dia menjelaskan, daging beku bisa menjadi substitusi daging segar. Raditya menuturkan, daging beku belum menjadi pilihan utama untuk dikonsumsi masyarakat Indonesia. Padahal, daging beku memiliki banyak keunggulan dibanding daging segar. “Daging itu cepat busuk. Daging mentah yang dibiarkan disimpan pada suhu biasa tanpa pendinginan lebih dari enam jam, maka akan tercium bau busuk,” kata Raditya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by muhammad heldan (muhammadheldan)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat