Petugas pemikul jenazah mengenakan alat pelindung diri (APD) menggotong peti jenazah pasien Covid-19 di TPU Cikadut, Mandalajati, Kota Bandung, Rabu (23/2/2022). | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Nasional

Risiko Kematian Akibat Omikron Ancam Berbagai Umur

Lebih dari 50 persen kematian dialami oleh masyarakat yang belum mendapatkan vaksin lengkap.

JAKARTA – Direktur Pasca Sarjana Universitas Yarsi Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, risiko kematian di tengah merebaknya wabah omikron berisiko dialami berbagai kelompok umur. Kementerian Kesehatan pada 22 Februari 2022 juga menyebutkan bahwa 53 persen pasien meninggal dunia adalah kelompok lanjut usia (lansia). 

Artinya, kata Tjandra, sebanyak 47 persen pasien yang meninggal bukan berasal dari kelompok umur lansia. "Jadi ancaman penyakit berat sampai meninggal memang dapat terjadi di berbagai kelompok umur," kata dia dalam pernyataan tertulis, Rabu (23/2).

Kemenkes mencatat, 80 bayi berusia 0-5 tahun atau balita meninggal akibat terpapar virus korona (Covid-19) selama gelombang varian omikron sejak Januari 2022. Laporan Kemenkes menyebutkan, total kasus kematian Covid-19 sejak wabah omikron mencapai 2.484 jiwa. 

Ia mengatakan, kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia meningkat hingga 50 kali lipat lebih sejak periode 6 Januari hingga 22 Februari 2022. "Tanggal 19, 20 dan 21 Februari angkanya turun di bawah 200 orang, tetapi 22 Februari kemarin kita tentu berduka cita mendalam dengan wafatnya 257 warga kita, jumlah tertinggi di masa omikron," katanya.

photo
Petugas pemikul jenazah mengenakan alat pelindung diri (APD) memakamkan jenazah pasien Covid-19 di TPU Cikadut, Mandalajati, Kota Bandung, Rabu (23/2/2022). - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

Laporan juga menyebutkan, sebanyak 46 persen masyarakat yang meninggal akibat Covid-19 memiliki komorbid dan 54 persen sisanya tidak memiliki komorbid. "Artinya penyakit memberat sampai menuju kematian memang tidak sepenuhnya karena adanya komorbid," katanya.

Tjandra juga tidak memungkiri kasus kematian akibat Covid-19 juga dapat dipicu gabungan antara lansia dengan komorbid atau penyakit penyerta maupun faktor lain seperti belum divaksinasi lengkap.

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mencatat, lebih dari 50 persen kematian dialami oleh masyarakat yang belum mendapatkan vaksin lengkap. Selain belum mendapatkan vaksin Covid-19 dosis lengkap, umur dan penyakit penyerta juga mempengaruhi faktor kematian akibat Covid-19.

"Angka kematian bergantung pada tiga hal besar. Pertama adalah usia, kedua adalah komorbid, dan ketiga adalah status vaksinasi," kata Dante saat mengisi konferensi virtual Radio Kesehatan Kemenkes bertema Antisipasi Kasus Omicron di Luar Jawa-Bali, Rabu (23/2).

photo
Tim TRC Kota Yogyakarta menyemprot disinfektan lokasi pemakaman jenazah dengan protokol kesehatan Covid-19 di Makam Jati Terban, Yogyakarta, Jumat (18/2/2022). Kasus kematian pasien Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta merangkak naik. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY mulai 9 hingga 17 Februari tercatat ada 19 kematian akibat virus Covid-19. Sepekan sebelumnya hanya ada 4 kematian akibat virus Covid-19. - (Wihdan Hidayat / Republika)

Ia menjelaskan, masyarakat membutuhkan vaksin Covid-19 karena setelah divaksin akhirnya menciptakan kekebalan tubuh. Kekebalan ini terekam dalam memori antibodi yang ada di dalam badan.

Oleh karena itu, status vaksinasi penting untuk dipenuhi karena begitu target sasaran mendapatkan vaksin Covid-19 dosis pertama, maka angka kematian turun 16 persen. Kemudian ketika disuntik dua dosis vaksin maka angka kematian turun 67 persen, dan ketika dilengkapi lagi dengan penguat yaitu booster maka angka kematian turun menjadi 97 persen. "Kemudian ketika terinfeksi Covid-19, angka kematian turun," katanya.

Oleh karena itu, ia meminta masyarakat yang belum mendapatkan vaksin Covid-19 dosis lengkap dan booster supaya segera melengkapinya. Jika masih mendapatkan dosis pertama maka segera lengkapi dua dosis.

Jika mendapatkan vaksin dosis kedua dalam kurun waktu lewat dari enam bulan setelah suntikan pertama, Dante menegaskan vaksinasi mesti diulang lagi. Bahkan, pengulangan vaksin ini sudah dimasukkan dalam program Kementerian Kesehatan.

photo
Pekerja membuat lubang makam untuk jenazah kasus Covid-19 di TPU khusus Covid-19 di Jombang, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (23/2/2022). - (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/hp.)

"Vaksin ini perlu diulang karena perlu memberikan efek immunologi secara memori. Kalau memori antibodinya tak cukup maka tak bisa melakukan perlawanan kalau terinfeksi," ujarnya.

Kemudian bagi target sasaran yang sudah vaksin dosis kedua supaya segera lakukan vaksinasi booster sehingga kegiatan ini bisa berjalan dengan baik dan memberikan perlindungan. Ia mengakui kalau memori antibodi cukup maka akan tahan untuk melawan kemungkinan infeksi.

Apalagi, ia mengingatkan, seringkali target sasaran memiliki keluarga, orang yang disayangi yang tinggal serumah. Tentu merasa cemas dan kehilangan karena ego tidak divaksin yang berpotemsi mengalami kondisi gawat lebih besar dibandingkan yang sudah divaksin dosis lengkap.

"Kelengkapan vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling signifikan untuk mengurangi angka kematian," ujarnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat