Ilustrasi Hikmah Hari ini | Republika

Hikmah

Kacamata Lalat

Orang yang memakai kacamata lalat akan mencari keburukan.

Oleh HASAN BASRI TANJUNG

OLEH HASAN BASRI TANJUNG

Sungguh, segala sesuatu yang ada di jagat raya memiliki nilai sesuai tujuan penciptaannya. Sebab, tidak mungkin Allah SWT menciptakan sesuatu dengan percuma, tanpa manfaat bagi kehidupan manusia di muka bumi.

“Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.” (QS Ali Imran [3]: 191).

Alam terkembang adalah guru yang tidak akan pernah kering dari nilai-nilai ilahiyah dan insaniyah. Firman Ilahi bukan hanya tertuang dalam Alquran (ayat-ayat qauliyah, tersurat), tetapi juga apa yang terhampar di alam semesta (ayat-ayat kauniyah, tersirat).

Ayat-ayat kauniyah tidak akan terjangkau oleh kemampuan manusia sepanjang masa. Sementara ayat-ayat qauliyah terbatas dalam 30 juz, 114 surat, dan 6.636 ayat.

Sejatinya, ayat-ayat Allah tersebut makin dikaji, justru makin mengalirkan butiran mutiara kearifan (QS ar-Ra’d [13]: 3). Oleh karena itu, setiap orang beriman ditantang untuk berpikir agar menguak pesan-pesan tersembunyi dari segala sesuatu.

Tengoklah dua binatang yang kerap dijadikan umpama, yakni lebah (an-nahl) dan lalat (adz-dzubaab). Keduanya selalu dibandingkan seperti sifat yang baik dan buruk pada manusia. Lebah disebutkan dua kali pada surah an-Nahl ayat 68-69, sedangkan lalat hanya disebut sekali untuk melukiskan lemahnya tuhan-tuhan yang disembah selain Allah (QS al-Hajj [22]: 73).

Nabi SAW pernah bersabda, “Jika ada seekor lalat yang jatuh pada minuman kalian, maka celupkan kemudian angkatlah, karena pada satu sayapnya ada penyakit dan pada sayap lainnya ada penawarnya.” (HR Bukhari).

Prof Samsul Nizar membandingkan lebah dan lalat yang memberi sejuta hikmah di mana manusia belum mampu memetik pelajaran. Ada tiga karakter yang dimiliki keduanya.

Pertama, aspek naluri. Naluri lebah hanya untuk menemukan bunga (kebaikan). Berbeda dengan lalat yang hanya untuk menemukan kotoran (kejahatan). Ia suka mencari kotoran dan menyebar kuman penyakit.

Kedua, aspek solidaritas. Madu yang dihasilkan lebah merupakan akumulasi solidaritas yang kompak. Semua bersatu padu dan saling bekerja keras tanpa dengki. Sedangkan lalat tidak mengenal solidaritas dan hanya berjuang untuk diri sendiri.

Ketiga, aspek lingkungan dan tugas. Rumah lebah dibangun dan dimanfaatkan bersama-sama. Semua tersusun rapi dalam kamar-kamar yang berukuran sama dengan lingkungan yang bersih dengan tugas yang jelas. Sementara lalat, hidup tanpa rumah dan hanya menempel di onggokan sampah.

Orang yang memakai kacamata lalat akan mencari keburukan. Padangannya selalu tertuju pada kekurangan dan kesalahan orang lain. Ia dapat melihat kekurangan orang walaupun sedikit, tetapi tidak melihat kelebihannya meskipun banyak.

Ia mencari makanan (harta dan kekuasaan) dengan menghalalkan segala cara. Bahkan, menjadikannya profesi sambil menebar virus penyakit kepada orang lain (buzzer).

Walhasil, jika kita memakai kacamata lalat, yang tampak adalah keburukan, kekurangan, dan kelemahan serta duri-duri yang berserakan. Lalu, akan timbul penghinaan, kedengkian dan menjatuhkan yang menyengsarakan orang lain.

Allahu a’lam bissawab.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat