Ilustrasi Hikmah Hari ini | Republika

Hikmah

Cinta Allah

Membalas cinta Allah yang paling ideal adalah beribadah dengan sungguh-sungguh.

Oleh FERI ANUGRAH

OLEH FERI ANUGRAH

Sering kali kita merasa Allah tidak cinta kepada kita hanya karena hidup terasa susah. Hanya karena hidup tidak sesuai dengan harapan yang ideal. 

Allah begitu cinta kepada semua hamba-Nya tanpa pilih kasih. Kepada hamba yang suka keterlaluan pun, Allah hakikatnya cinta dengan bentuk berbeda.

Ya, cinta Allah itu mewujud dalam bentuk yang berbeda-beda. Satu wujud cinta Allah kepada kita yang harus disyukuri, yakni masih konsistennya kita beribadah kepada-Nya.

Kita bisa beribadah dengan tenang dan khusyuk, itu bukan karena fisik kita kuat, melainkan karena kebaikan Allah yang menggerakkan kita. Allah yang menggerakkan kita secara konsisten.

Mensyukuri nikmat jangan terlalu muluk-muluk melihat bukti fisik. Kita sudah mampu berjalan ke masjid untuk shalat berjamaah atau sedekah kepada fakir miskin saja itu atas nikmat Allah yang luar biasa.

Bahkan dalam salah satu firman-Nya, Sang Khalik berkata bahwa nikmat dari-Nya tidak akan terhitung sampai kapan pun. Terlalu banyak untuk dihitung.

Tugas kita bukan menghitung nikmat Allah. Namun, kita harus menggunakan nikmat sebagai kasih sayang Allah itu untuk konsisten ibadah kepada-Nya.

Sudah, itu saja. Tidak ada konsekuensi lain yang lebih pantas untuk kita lakukan sebagai seorang hamba kepada Sang Khalik.

Mengapa nikmat bisa ibadah itu bukti cinta Allah kepada kita? Karena itu anugerah terbesar seorang hamba yang memang tugasnya adalah beribadah kepada Allah.

Coba tengok ke sekitar kita, berapa banyak orang yang saat dipanggil-Nya malah tidak datang? Berapa banyak saudara atau tetangga yang sejatinya butuh pertolongan, tetapi kita malah asyik sendiri tak peduli.

Allah sudah mencintai kita dengan dipenuhinya hati kita dengan iman sehingga mampu beribadah. Lantas, harus menunggu alasan apalagi agar kita mau bersyukur kepada-Nya?

Kita ada keinginan untuk beribadah, mampu beribadah dengan konsisten, tidak enak hati saat berbuat dosa untuk kemudian ingin bertobat, itu bukti cinta Allah kepada kita. Cinta yang sangat jelas dan tampak.

Suatu ketika Rabiah al-Adawiyyah didatangi seseorang yang menanyakan apakah Tuhan sudi menerima dosanya yang sudah banyak. Orang itu pesimistis dosanya tidak diampuni-Nya.

Rabiah kemudian menjawab bahwa niat dan keinginan orang tersebut untuk berhenti dari berbuat dosa itu justru merupakan tanda Allah sudah menerima tobatnya. Itu tanda awal cinta Allah sudah masuk hatinya.

Begitu pun dengan kita, sejatinya tetap optimistis karena Allah Mahabaik yang selalu memberikan cinta dan kasih tanpa batas kepada siapa saja yang dikehendaki.

Terlepas kita sering terpeleset ke kubang dosa, bukan berarti bersedih dan tidak bersemangat dalam beribadah. Orang yang imannya baik, selalu memperbaiki diri dengan bertobat kepada Allah.

Selain itu, dia akan selalu optimistis dalam menjalani hidup dan selalu menjaga cinta Allah yang sudah diberikan kepadanya dengan sebaik-baiknya. Membalas cinta Allah yang paling ideal adalah beribadah dengan sungguh-sungguh kepada-Nya setiap saat dengan hati yang ikhlas.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat