Ilustrasi Hikmah Hari ini | Republika

Hikmah

Membantu yang Lemah

Perintah membantu yang lemah juga sejatinya mengajarkan ketawadhuan.

Oleh AHMAD RIFAI

 

OLEH AHMAD RIFAI

Kesalehan tak diraih hanya melalui ibadah ritual. Islam mengajarkan, hakikat kesalehan adalah berpadunya ibadah ritual dan sosial. Itulah salah satu hikmah disebutkannya shalat dan zakat secara bersamaan pada banyak tempat dalam Alquran.

Ibnul Qoyyim menyebutkan, “Tanggung jawab seorang Muslim secara garis besar ada dua. Kewajiban antara dia dengan penciptanya dan kewajiban dengan sesamanya. Adapun kewajiban dengan sesama adalah tolong-menolong.” (Zadul Muhajir, Ibnul Qoyyim, 1/1-7).

Tolong-menolong dengan sesama adalah ibadah yang efeknya sangat dahsyat. Tidak saja kepada pihak yang mendapatkan pertolongan, tapi juga kepada yang memberikan pertolongan. Nabi SAW bersabda yang artinya, “Bukankah kalian ditolong dan diberi rezeki karena (ketulusan doa-doa) orang-orang lemah di antara kalian.” (Muttafaqun alaih).

Hadis ini mengajarkan prinsip dan paradigma berpikir yang sangat penting. Melalui hadis di atas kita diingatkan adanya hubungan kasualitas antara menolong orang lemah dengan pertolongan Allah kepada kita. Itu berarti, membantu yang lemah bukan lagi sebatas tuntutan, tapi sudah menjadi kebutuhan. Karena menolong mereka adalah asbab mendapat pertolongan Allah.

Hal ini makin dikuatkan oleh hadis Nabi SAW yang lain. Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong sesamanya.” (HR Imam Muslim).

Perintah membantu yang lemah juga sejatinya mengajarkan ketawadhuan. Sebab, dengan memaham filosofi membantu yang lemah, seseorang akan terhindar dari perasaan lebih hebat dari yang lain. Sekomplet apa pun kelebihan seseorang, dia tetap butuh sesamanya. Meskipun secara harta melimpah, tetap butuh pada doanya orang lemah.

Dalam sejarah, saat pembagian ghanimah beberapa prajurit yang kuat merasa berjasa dalam kemenangan. Sebagian mereka sangat optimistis akan mendapatkan bagian yang lebih dibandingkan yang prajurit lain yang lemah.

Namun, saat pembagian harta rampasan, Nabi tidak membedakan. Ibnu Hajar menjelaskan alasan penyamaan itu, “Orang pemberani menjadi utama karena keberaniannya dan orang lemah menjadi utama karena doa dan ketulusannya.” (Fathul Bari, 6/89). Jadi, kedua-duanya memiliki keutamaan.

Lemah pada satu sisi, tidak berarti lemah pada sisi yang lain. Lemah di satu sisi adalah kekuatan pada sisi yang lain. Demikian sebaliknya. Kuat di satu sisi, lemah pada sisi yang lain.  

Ketika seorang merasa lemah baik secara materi ataupun fisik maka akan menumbuhkan rasa rendah dan butuh kepada Allah yang sangat tinggi. Berdoa dengan suasana hati demikian sangat besar peluang dikabulkan.

Karena itu, para ulama menganjurkan orang-orang tua yang lemah dihadirkan saat shalat istisqa (meminta hujan). Doa mereka sangat diandalkan karena ketulusan dan rasa butuhnya yang sangat tinggi. Semoga Allah mengaruniakan sikap peduli kepada orang-orang lemah.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat