
Olahraga
Martin Luther King dan Senegal: Si Raja Baru Benua Hitam
Senegal mencatat sejarah baru menjadi kampiun setelah berhasil mengalahkan timnas Mesir dengan skor 4-2 lewat adu penalti.
YAOUNDE-- Sepak bola begitu dinamis, olahraga satu ini tidak berjalan di tempat dan kerap menyajikan hiburan serta cerita menarik. Salah satunya adalah kemenangan tim nasional Senegal pada kejuaraan Piala Afrika 2021 (Afcon) yang berlangsung di Kamerun.
Senegal mencatat sejarah baru menjadi kampiun setelah berhasil mengalahkan timnas Mesir dengan skor 4-2 lewat adu penalti setelah laga berlangsung ketat dengan skor imbang pada waktu normal di Stadion Olembe, Yaounde, Senin (7/2).
Praktis ini menjadi gelar pertama Senegal di Piala Afrika sepanjang sejarah. Negara yang terletak di Afrika Barat ini sebelumnya dua kali terpaksa menjadi runner-up pada edisi 2002 serta 2019 silam.
Pelatih Senegal Aliou Cisse mungkin merupakan sosok yang paling bahagia di samping Sadio Mane dan Kalidou Koulibaly. Pasalnya, kritik dan sorotan tajam sempat menghantui Cisse selama menangani timnas berjuluk Singa Teranga.
"Ini menunjukkan bahwa ketika Anda bekerja keras, ketika Anda bertahan dan Anda mendapatkan apa yang Anda inginkan. Saya memiliki banyak emosi karena orang-orang Senegal menginginkan trofi ini selama 60 tahun," kata Aliou Cisse melepas rasa emosionalnya, dilansir BBC Sports Internasional, Senin (7/2).
Barangkali Cisse menyerap sabda tokoh terkenal berdarah Amerika-Afrika, Martin Luther King, seorang aktivis yang memenangkan hati para masyarakat Afrika. Bagi Martin Luther King, iman tetap mengambil langkah pertama meski ia tidak melihat ujung tangga. Kicauan King terasa benar bahwasanya Cisse berhasil memetik buah dari iman, trofi Piala Afrika, dengan para pemain mendukung proyek tersebut dengan segenap doa.
"Kami berjuang bersama-sama mengakhiri suatu penantian panjang dan saya serta tim merasa sangat bangga. Ini adalah gelar untuk para pemenang," sambung Cisse.
Dalam buku yang ditulis Richard L Daft berjudul The Leadership Experience, Aliou Cisse tahu betul makna dari servant leadership yang ditunjukkan Martin Luther King. Seorang pemimpin perlu melampaui kebutuhan orang lain terlebih dahulu, membantu mereka untuk tumbuh, dan memberikan kesempatan bagi masyarakat Senegal untuk mendapatkan material pun perasaan emosional seusai menjuarai Piala Afrika.
Menariknya lagi bahwa Cisse mencatatkan sejarah sebagai sosok yang berpengaruh dalam sepak bola Senegal. Sebab, saat menjadi pemain dan kapten untuk Senegal, ia berhasil membawa negaranya masuk ke Piala Dunia 2002 untuk kali pertama. Hal yang sama yang juga terjadi pada kemenangan Piala Afrika kali ini.
Cisse mungkin segelintir dari jutaan masyarakat Benua Afrika yang mengultuskan tentang perjuangan, kesabaran, dan tekad keras. Namun, hal itu tak terlepas dari skuad yang mumpuni, seperti Sadio Mane, Koulibaly, dan Edouard Mendy.
Mane sendiri sukses menyabet gelar pemain terbaik Piala Afrika 2021. Tercatat, pemain berusia 29 tahun itu berhasil membukukan tiga gol selama turnamen berlangsung. Selain itu, Mane juga berhasil mencatatkan dua assist dan menjadikan Senegal sebagai Raja Afrika untuk pertama kalinya.
"Perasaan saya luar biasa senang. Kami percaya pada diri sendiri dan kekuatan kami. Allah menolong kami untuk menggapai mimpi bangsa ini," kata Mane.
Mantan pemain Tottenham Hotspur Jermaine Jenas pun mengatakan, Mane sukses menjawab semua kegelisahan publik Senegal dengan menjuarai trofi bergengsi dari Benua Hitam.
"Ini adalah waktu yang tepat untuk negara mereka. Anda lihat, Mane adalah pemain hebat dan kami tahu itu. Tetapi, perkembangannya selama bertahun-tahun sangat jelas dan ini momen paling penting dalam hidupnya," kata Jermaine Jenas.
Menukil Opta, Senegal menjadi tim ke-15 yang meraih supremasi tertinggi sepak bola Afrika. The Lions of Teranga meraihnya dari 16 kali kesempatan sejak debut di Piala Afrika pada 1965.
Mesir masih tercatat sebagai negara tersukses di Piala Afrika. The Pharaohs total menyabet tujuh titel sejak edisi pertama pada 1957 hingga terakhir kali meraihnya pada 2010. Timnas Kamerun menempati posisi kedua dengan koleksi lima trofi.
View this post on Instagram
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.