Drama Korea All of Us Are Dead | Youtube

Geni

Primadona Baru Drama Korea: All of Us Are Dead

Serial drama Korea All of Us Are Dead disebut-sebut sebagai The Next Squid Game.

OLEH UMI NUR FADHILAH

Serial thriller Korea berjudul "All of Us Are Dead" mampu menyedot perhatian penikmat film. Tayangan bertema zombi yang dirilis pada 28 Januari ini langsung menduduki peringkat teratas dalam daftar Netflix Global Top 10 TV (Non-Inggris) di 91 negara, di antaranya, Korea Selatan, Prancis, Jerman, dan Jepang.

Serial arahan sutradara Lee Jae-kyoo dan Kim Nam-su itu sekaligus dipuji dengan julukan The Next "Squid Game". Serial garapan Netflix yang terdiri atas 12 episode ini berkisah mengenai sekelompok murid SMA yang terperangkap di sekolah yang menjadi tempat penyebaran wabah zombi. Mereka harus bersatu dan berjuang bersama untuk bertahan hidup sampai bala bantuan tiba.

Dilansir dari siaran resmi Netflix pada Kamis (3/1), "All of Us Are Dead" diangkat dari sebuah webtoon populer karya Joo Dong-geun. Webtoon ini disebut sebagai novel grafis zombi bergaya Korea berkat imajinasinya yang liar, kisahnya yang mencekam, dan detailnya yang cermat. Popularitas yang tinggi dari webtoon ini juga menjadi alasan para pemain untuk bergabung dalam serial live-action "All of Us Are Dead".

Aktor Yoon Chan-young menyatakan antusiasmenya ketika ditawarkan audisi karena familier dengan webtoon aslinya. Hal yang serupa dirasakan aktris Lee You-mi. Dia sudah membaca webtoon aslinya dan selalu penasaran dengan karakter yang diperankankannya. “Merupakan suatu kehormatan bagi saya untuk bisa memainkannya,” ujarnya.

Menurut sang sutradara, Lee Jae-kyoo, ada sebuah tekanan dan tanggung jawab besar dalam mengadaptasi sebuah webtoon legendaris. Sebelum memulai proses syuting, dia bertemu dengan penulis aslinya dan berdiskusi banyak tentang bagaimana mereka bisa menghidupkan ceritanya. 

Lee dan tim ingin mengangkat tentang harapan seperti apa yang harus dibawa ketika menjalani hidup dan apa artinya menjadi manusia. “Tidak hanya menghibur, kami juga ingin membuat sebuah drama yang dapat membuat orang berpikir,” ujarnya.

Meskipun zombi bukan genre yang asing di industri film Korea, "All of Us Are Dead" memiliki faktor unik yang membedakannya dari yang lain. Menurut Lee, serial ini berfokus pada sekolah sebagai latar utamanya di mana penonton dapat melihat anak-anak muda membuat pilihan mereka.

Aktor Lim Jae-hyeok menimpali bahwa latar sekolah juga tidak memungkinkan para murid untuk memiliki senjata ampuh seperti senapan layaknya kisah-kisah zombi lainnya. “Kami hanya menggunakan apa yang ada di sekitar, seperti peralatan sekolah, meja, dan kursi. Menurut saya, ini faktor yang sangat membedakan,” ujarnya.

Para pemain membutuhkan pelatihan tiga bulan yang menantang. Hal ini tak lepas dari banyaknya adegan laga yang ditampilkan. Yoon Chan-young berbagi kisah mengenai beratnya latihan bela diri yang dilakukan selama sejam penuh sebanyak tiga kali. Efek pelatihan ini juga dirasakan oleh Park Solomon yang hanya bisa terbaring di kasur selama tiga hari dan membutuhkan akupuntur.

Sutradara bercerita mengenai kekhawatirannya dan sang pengarah laga di awal mengenai para pemain yang sepertinya membutuhkan stunt double. “Meski sempat khawatir, ternyata mereka cepat sekali membaik karena masih muda. Mereka mampu membangun energi dengan cepat,” kata Lee.

 

Netflix dikiritik

Meski mampu mencuri perhatian pemirsa, serial ini tak luput dari kritikan. Pada episode pertama, sekelompok pria melecehkan seorang siswa laki-laki dan seorang siswa perempuan. 

Pemirsa yang telah menantikan serial kengerian zombi dibuat kaget oleh penggambaran brutal kekerasan di sekolah. Beberapa dari mereka berharap, Netflix memilih untuk tidak memasukkan adegan-adegan ini ke dalam serial.

"Sebelum memulai tayangan, Anda harus tahu bahwa ada pemicu kekerasan seksual. Saya akan muntah bahkan sebelum sampai ke bagian zombi yang jorok," tulis salah satu pengguna Twitter, dilansir Korea Boo, Selasa (1/2).

"Saya membaca beberapa webtoon dan sejauh ini saya suka adaptasi Netflix “All of Us Are Dead”, tapi saya sangat berharap mereka tidak memasukkan adegan kekerasan seksual," tulis pengguna lain.

Pemirsa lain mengkritik Netflix karena dianggap gagal memberikan peringatan pemicu (trigger warning) yang terperinci, terutama peringatan terkait serangan seksual. Apalagi, konten tayangan “All of Us Are Dead” memuat banyak sekali adegan kekerasan.

"Netflix benar-benar perlu menempatkan peringatan yang lebih tepat di film dan acara mereka. ‘All of Us Are Dead’ memiliki begitu banyak adegan yang terlalu banyak (kekerasan), tapi saya tidak melihat tanda-tanda peringatan, seperti pelecehan seksual di episode pertama," tulis seorang pengguna.

Peringkat kedewasaan untuk serial dan episode satu mencantumkan bahasa, kekerasan, darah kental, dan merokok. Tidak ada yang menunjukkan bahwa adegan kekerasan seksual muncul dalam serial tersebut.

Kurangnya kejelasan ini dinilai bisa sangat meresahkan bagi penggemar serial Korea yang belum terbiasa dengan drama korea di Netflix. Serial yang ditayangkan di jaringan televisi Korea mematuhi aturan penyiaran yang lebih ketat untuk konten kekerasan, ketelanjangan, dan seksual.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat