Gelombang tinggi disertai angin kencang menerjang kawasan tersebut di Teluk Labuan, Pandeglang, Banten, Ahad (6/2/2022). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menghimbau masyarakat agar mewaspadai adanya gelombang tinggi yang terjadi di perai | ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Nasional

Warga Dilarang Dekati Gunung Anak Krakatau

Kolom abu vulkanis yang dikeluarkan masih belum berdampak pada masyarakat sekitar.

BANDAR LAMPUNG – Pascaerupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) dengan kolon abu vulkanisnya mencapai 200 meter dari puncak kawah pada Kamis pekan lalu, siapapun dilarang mendekati dalam radius dua kilometer. Saat ini, kondisi GAK yang berada di perairan Selat Sunda masih dalam status waspada (level II).

Kepala Pos Pemantau GAK Andi Suardi mengatakan, pascaterjadinya letusan (erupsi) dengan mengeluarkan abu vulkanis, status GAK masih waspada (Level II). “Ada larangan mendekati Gunung Anak Krakatau radius dua kilometer,” kata Andi dalam keterangan persnya, Ahad (6/2).

Ia mengatakan, GAK terjadi erupsi dapat diamati hembusan abu vulkanik  mencapai 200 meter dari puncak kawah atau 357 meter dari permukaan laut  pada Kamis (3/2) sekira pukul 16.15 WIB.

Menurut dia, petugas terus memantau perkembangan kolom abu berwarna kelabu dengan intensitas sedang, condong ke arah Timur Laut atau menuju Pulau Jawa. Pascaerupsi, masih terdapat bunyi dentuman dan pembentukan kolom abu meski tidak setinggi saat erupsi pekan lalu.

photo
Warga beraktivitas di bibir pantai saat ombak menerjang kawasan tersebut di Teluk Labuan, Pandeglang, Banten, Ahad (6/2/2022). - (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Andi mengatakan, kolom abu vulkanis yang dikeluarkan masih belum berdampak pada masyarakat sekitar, karena masih mengarah timur laut. Namun, kata dia, masyarakat tetap waspada dengan adanya erupsi GAK yang mulai terjadi beberapa hari terakhir.

Erupsi GAK dapat dipantau langsung di Desa Kunjir, Desa Waymuli, dan juga Pulau Sebesi dalam Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan. “Erupsi Gunung Anak Krakatau kemarin (Kamis pekan lalu) sangat terlihat jelas dari sini,” kata Eli, warga Desa Kunjir.

Menurut dia, erupsi atau hembusan abu vulkanik ke atas mulai terlihat warga sejak selepas waktu Ashar pukul 3.30 petang sampai waktu Maghrib. “Besoknya (Jumat), masih terlihat juga abunya di langit,” ujarnya.

Eli mengatakan, meski terjadi erupsi GAK nelayan di desanya masih melakukan aktivitas sehari-hari. Hal sama juga diperoleh kabar dari masyarakat Pulau Sebesi, yang dekat dengan GAK, masih melakukan aktivitas sehari-hari normal, baik sebagai nelayan dan petani.

photo
Warga melintas di kapal nelayan yang bersandar saat tidak melaut di Teluk Labuan, Pandeglang, Banten, Ahad (6/2/2022). Menurut nelayan setempat sudah seminggu terakhir ini tidak melaut di perairan Selat Sunda akibat adanya aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) serta cuaca buruk sehingga khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. - (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Musibah gelobang tsunami pernah menerjang Desa Kunjir, Desa Way Muli, dan Desa Tejang (Pulau Sebesi) Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan pernah menjadi daerah terparah. Desa-desa tersebut wilayahnya memang lebih dekat dengan GAK.

Pada Jumat (4/2),  Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengimbau masyarakat untuk tidak mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 2 kilometer (km) dari kawah aktif. Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono menyampaikan bahwa telah teramati letusan di Gunung Anak Krakatau sebanyak sembilan kali dengan tinggi kolom abu berkisar antara 800-1.000 meter di atas puncak dan warna kolom kelabu-hitam tebal.

"Sehubungan dengan tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau berada pada Level II (Waspada), kami merekomendasikan agar masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Krakatau dalam radius 2 km dari Kawah Aktif," tegas Eko di Kantor Badan Geologi Bandung, Jumat (4/2).

Pada fase erupsi ini teramati transisi dari embusan asap berwarna putih menjadi embusan dan letusan abu berwarna kelabu hingga hitam pekat. Pemantauan visual mengindikasikan bahwa erupsi yang terjadi merupakan tipe magmatik, sejalan dengan kegempaan vulkanik yang terekam.

photo
Wisatawan lokal berjalan-jalan di Pantai Cidatu Carita, Pandeglang, Banten, Ahad (6/2/2022). Pengelola pantai setempat mengatakan kunjungan wisatawan dari luar daerah saat hari libur cenderung sepi akibat adanya aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda dalam beberapa hari terakhir. - (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

"Secara visual, tinggi hembusan asap selama periode 16 Januari - 4 Februari 2022 dari arah Pos PGA Pasauran dan Kalianda serta dari CCTV umumnya tidak dapat teramati karena gunung umumnya tertutup kabut. Saat cuaca cerah hembusan asap kawah selama periode evaluasi teramati berwarna putih tipis hingga tebal secara menerus dengan ketinggian 25 – 1.000 meter dari atas puncak Gunung Anak Krakatau, dominan condong tertiup angin ke arah utara, timur laut, timur, dan selatan. Pada 3 Februari 2022, teramati peningkatan intensitas hembusan asap hingga abu dan pada malam hari teramati sinar api di atas kawah," ujar Eko.

Pada periode erupsi Februari 2022, peningkatan intrusi magmatik kemungkinan mulai terjadi sejak 20 Desember 2021 yang diindikasikan dengan terekamnya gempa Vulkanik Dalam dan Vulkanik Dangkal dalam jumlah yang cukup signifikan. Pada Januari 2022 kegempaan vulkanik masih teramati cukup tinggi dan gempa-gempa dangkal semakin banyak terekam.

Pada akhir Januari 2021, terindikasi magma sudah berada pada kedalaman sangat dangkal dan emisi abu mulai teramati sejak 3 Februari 2022 sekitar pukul 10.00 WIB. Pada 4 Februari 2022 terekam 9 kali gempa letusan.

Secara historis, potensi bahaya longsoran tubuh Gunung Anak Krakatau merupakan ancaman bahaya permanen yang perlu selalu diwaspadai dan diantisipasi utamanya oleh instansi yang berwenang dalam peringatan dini bahaya ikutan gunungapi seperti tsunami.

"Longsoran tubuh gunung api tidak dapat diprediksi waktu kejadian dan volumenya, serta tidak bergantung pada kondisi gunungapi ini sedang mengalami erupsi maupun tidak. Longsoran tubuh gunung api dapat terjadi dengan atau tanpa diawali peningkatan aktivitas gunungapi," tutup Eko. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by PVMBG (@pvmbg_)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat