IKHWANUL KIRAM MASHURI | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Bukan Perang Ideologi

Bila perang terjadi, akan menjadi yang terburuk sekaligus mengerikan sejak Perang Dunia II.

Oleh IKHWANUL KIRAM MASHURI

OLEH IKHWANUL KIRAM MASHURI

Perang atau tidak, atau perang? Jadi, yang benar perang atau tidak? Kalau perang, kapan? Menurut Menlu Amerika Serikat Antony Blinken, serangan militer Rusia ke Ukraina bisa terjadi dalam waktu dekat. Pendapat ini ia katakan 19 Januari 2022 ketika ke Kiev, ibu kota Ukraina.

Sembilan hari kemudian, Presiden AS, Joe Biden menegaskan ‘ada kemungkinan jelas Rusia akan menyerang Ukraina bulan depan’.

Menlu Inggris Elizabeth Truss memperingatkan Rusia, bila perang terjadi, akibatnya sangat mengerikan. Ukraina negara di Eropa Timur, pecahan Uni Soviet.

Luasnya 603.628 km2, yang membuatnya negara terluas di Eropa dan terluas ke-46 di dunia, hitungan ini masih memasukkan Semenanjung Krimea yang dicaplok Rusia pada 2014 tetapi hingga kini tidak diakui komunitas internasional.

 
Sejak 2013, masyarakat Ukraina terpecah, dipicu sikap Presiden Ukrania saat itu, yang membatalkan pembicaraan kerja sama politik dan perdagangan dengan Uni Eropa atas tekanan Rusia.
 
 

Presiden Ukraina sekarang Volodymyr Oleksandrovych Zelensky, 44 tahun. Sebelum terpilih pada 2019, ia lebih dikenal sebagai seniman--penulis skenario, aktor, serta sutradara film dan sinetron.

Namanya melejit sejak memerankan presiden Ukraina di serial televisi populer, Sluha Narodu, bermakna pelayan rakyat. Ia menjadikan Sluha Narodu nama partai politik yang dibentuknya untuk kendaraan mencalonkan diri sebagai presiden.

Kini, Zelensky tak sedang berperan dalam film serial satir yang menempatkan jabatan presiden sebagai objek tertawaan dan sinisme. Ia presiden Ukraina sesungguhnya.

Sejak kampanye Pemilu Presiden 2019, Zelensky terang-terangan pro-Eropa, pro-NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara), pro-Amerika, pro-Barat. Ia menolak Ukraina bergabung dengan aliansi pro-Rusia.

Sejak 2013, masyarakat Ukraina terpecah, dipicu sikap Presiden Ukrania saat itu, Viktor Yanukovych, yang membatalkan pembicaraan kerja sama politik dan perdagangan dengan Uni Eropa (UE) atas tekanan Rusia.

Unjuk rasa menuntut Yanukovych mundur bergulir hingga akhirnya ia digulingkan. Presiden Rusia Vladimir Putin mengecam penggulingan Yanukovich, yang ia anggap plot kudeta. Rusia berkeras tak mengakui pemerintahan baru Ukraina.

 
Tak lama setelah penggulingan Yanukovich, pemberontak bersenjata mengepung fasilitas dan pos penting di Semenanjung Krimea. 
 
 

Penggulingan Yanukovich memicu perpecahan internal, kelompok  pro-UE dan pro-Rusia. Pro-UE adalah politikus dan warga daratan Ukraina. Pendukung Rusia sebagian besar warga Krimea dan wilayah tetangganya yang berbatasan dengan Rusia.

Tak lama setelah penggulingan Yanukovich, pemberontak bersenjata mengepung fasilitas dan pos penting di Semenanjung Krimea. Mereka berseragam tempur mirip tentara Rusia minus lencana pengenal, dengan kemampuan menggunakan senjata andal.

Mulanya, Presiden Putin menyangkal pasukan itu tentara Rusia tetapi akhirnya mengakuinya, setelah berhasil menduduki Krimea. Hanya dalam beberapa hari, pasukan Rusia menduduki seluruh wilayah Semenanjung Krimea dibantu pemberontak pro-Moskow.

Sejak itu hubungan Ukraina dan Rusia menegang. Apalagi setelah Zelensky yang pro-UE menjadi presiden. Relasi Ukrania-NATO kian erat sekaligus sumber ketegangan dengan Rusia. Puncaknya saat Rusia mengerahkan pasukan berjumlah besar ke perbatasan Ukraina.

Rusia dituduh mempersiapkan invasi ke Ukraina. Sekutu Ukraina, AS-NATO mengirimkan bantuan, mengantisipasi serangan. AS mempertimbangkan mengirim 8.500 personel dan sejumlah rudal ke negara-negara NATO di Eropa Timur.

Menurut laporan intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina, hingga Januari 2022 Rusia menempatkan lebih dari 127 ribu pasukan di dekat negaranya. Rusia mengirimkan lebih banyak rudal taktis-operasional ke perbatasan dan meningkatkan aktivitas intelijen.

 
AS dan Uni Eropa mengultimatum soal konsekuensi berat dan sanksi jika Putin melancarkan invasi ke Ukraina.
 
 

Peningkatan ketegangan di lapangan itu memunculkan perang pernyataan. AS dan Uni Eropa mengultimatum soal konsekuensi berat dan sanksi jika Putin melancarkan invasi ke Ukraina. Putin berulang kali membantah merencanakan invasi ke Ukraina.

Putin justru balik menuduh AS dan Uni Eropa memicu kegaduhan menyusul aliran bantuan keamanan dan senjata dari  NATO kepada Ukraina. Menurut Rusia, langkah NATO mengancam keamanan negaranya.

Ia menuntut tiga hal. Pertama, Ukraina tak bergabung dengan NATO. Kedua, NATO harus mengakhiri aktivitas militernya di Eropa Timur dan menarik pasukannya dari Polandia, Baltik, Estonia, Latvia, dan Lituania.

Ketiga, NATO seharusnya tidak menyebarkan rudal di negara-negara yang dekat atau berbatasan dengan Rusia. Ketiga tuntutan itu ditolak Ukrania, AS, dan Uni Eropa. Ukraina menegaskan, Rusia tak berhak melarang Kiev menjalin kedekatan dengan siapa pun.

AS dan Uni Eropa menyatakan, perlu langkah diplomasi untuk mengurangi ketegangan. Mereka mengancam memberi sanksi berat pada Rusia jika tetap menyerang Ukrania. Ketegangan Ukrania-Rusia tampaknya belum akan reda dalam waktu dekat.

Bahkan, menurut sejumlah analis, eskalasi hubungan kedua pihak akan meningkat bahkan mengarah ke perang. Bila perang terjadi, akan menjadi yang terburuk sekaligus mengerikan sejak Perang Dunia II.

Bahkan lebih buruk daripada konflik sepanjang Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur, antara AS dan Sekutunya dan Uni Soviet dan koleganya, termasuk Perang Vietnam yang menewaskan lebih dari 3 juta jiwa.

Bedanya, kalau dalam Perang Dingin yang diperjuangkan ideologi, kini perang kepentingan. Termasuk karena ada tipe pemimpin yang hobinya berperang. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat