Ilustrasi Hikmah Hari ini | Republika

Hikmah

Beruntung dengan Tobat

Orang yang bertobat disebut beruntung karena meninggalkan keburukan kembali kepada kebaikan.

Oleh FAJAR KURNIANTO

 

OLEH FAJAR KURNIANTO

Manusia bukan makhluk sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah. Oleh karena itu, manusia acap kali melakukan kesalahan dan kekeliruan, baik secara sengaja maupun tidak, kepada Allah ataupun kepada sesama.

Namun, rahmat atau kasih sayang Allah sangat luas, bahkan melebihi murka-Nya, seperti dikatakan dalam hadis qudsi, Allah berfirman, “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.” (HR al-Bukhari).

Dengan rahmat itu, Allah membuka pintu tobat, yakni kesempatan kepada manusia untuk menyadari kesalahan dan dosanya, kemudian kembali kepada jalan yang benar. Tobat sendiri berarti “kembali”, dari kata taba-yatubu-taubah.

Bahkan, Allah menegaskan bahwa orang yang bertobat akan beruntung, “Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS an-Nur [24]: 31).

Dalam ayat ini, Allah menyuruh manusia untuk kembali kepada-Nya. Hal ini karena manusia ketika melakukan kesalahan atau dosa, dia sejatinya tengah menjauh dari Allah, yang berarti menjauh dari rahmat-Nya, menuju kepada kerugian dan kesengsaraan di dunia dan kelak di akhirat. Ketika manusia kembali kepada-Nya, yang berarti mendekati-Nya lagi, sesungguhnya dia kembali kepada sumber rahmat, keuntungan dan kebahagiaan, dan karena itu dia akan mendapatkannya.

Keuntungan sejati, kata Syekh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd dalam kitabnya, at-Taubah Wazhifah al-‘Umur, tidak diraih dari aspek material, tetapi dari aspek spiritual, yakni kedekatan manusia dengan Allah, kembali kepada agama. Kedekatan dengan Allah itu hanya bisa dicapai setelah seorang hamba melakukan tobat, titik balik kesadaran dari segala kesalahan, kekeliruan, dosa, dan maksiat, terhadap Allah, menjadi ketaatan total terhadap-Nya.

Taat menjauhi dosa-dosa dan maksiat seperti yang telah digariskan oleh Allah dalam Alquran dan Nabi dalam ajaran-ajarannya, serta taat menjalankan segala yang diperintahkan.

Ibnu al-Qayyim dalam kitabnya, Madarij as-Salikin, mengatakan, orang yang tidak bertobat termasuk orang yang menzalimi dirinya sendiri. Di dalamnya dia menulis, hamba dibagi menjadi dua macam: Pertama, orang yang bertobat; dan kedua, orang menzalimi diri sendiri; tidak ada yang ketiganya.

Perbuatan ini disandangkan bagi orang yang tidak bertobat. Tidak ada kejahilan yang melebihi ketidaktahuan seorang hamba akan Tuhannya dan hak-hak-Nya, aib dirinya serta amalnya yang buruk. 

Tobat yang berarti kembali kepada Allah adalah sumber keberuntungan. Orang yang bertobat disebut beruntung karena dia telah meninggalkan keburukan untuk kembali kepada kebaikan. Dia kembali mendekat kepada Allah dengan tulus dan penuh kesadaran, serta berkomitmen kuat dan sungguh-sungguh untuk tidak kembali melakukan keburukan pada waktu-waktu selanjutnya.

Karena itulah, dalam tasawuf, seperti dikatakan oleh Imam al-Hujwiri dalam kitabnya, Kasyf al-Mahjub, maqam pertama untuk perjalanan ruhani menuju Allah Sang al-Haq adalah tobat. Tobat adalah bukti kuat kesungguhan seseorang untuk menuju kepada-Nya guna mengenal-Nya, dan tak pernah menjauhi-Nya lagi. Hamba yang dekat dengan-Nya sudah pasti beruntung.

Wallahu a’lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat