Laporan Utama
Umrah Penentuan
Karantina jamaah umrah dari Arab Saudi merupakan kewajiban yang harus dilakukan dengan ketat.
OLEH IMAS DAMAYANTI
Jamaah umrah asal Indonesia berhasil mendarat ke Tanah Suci setelah dua tahun absen karena pandemi. Pemberangkatan umrah dilakukan di tengah kasus Omikron yang sedang tinggi di Saudi. Kemenkes bahkan menyatakan Saudi (bersama Turki) menjadi negara dengan transmisi terbanyak ke Indonesia. Padahal, umrah perdana itu akan menjadi ajang penentuan apakah pintu umrah dan haji akan lanjut dibuka atau dihentikan.
Pastikan Prokes Ketat
Eko Kusumawan akhirnya mengepak koper untuk berangkat ke Tanah Suci. Salah satu jamaah umrah dari Delegasi Kesatuan Travel Haji dan Umroh RI (Kesthuri) ini harus melalui prosedur kesehatan yang cukup ketat.
Dia harus melalui proses perjalanan umrah dengan hadir pada H-1 pemberangkatan untuk karantina. Pagi hari, para jamaah melakukan tes PCR yang ditetapkan persetujuannya.
Mereka mendapatkan hasil tes PCR dari rumah sakit pada pukul 15.00 WIB. Dua jam kemudian, para delegasi mendapat briefing mengingat mereka adalah prototipe yang menjadi contoh dan duta umrah agar bagaimana Indonesia dapat membangun kepercayaan.
“Pertama, delegasi ini sudah secara resmi meminta izin ke Kemenag untuk menyimak secara langsung umrah di new normal. Setelah itu kita melakukan sejumlah prosedur bahkan sebelum pemberangkatan di Pondok Gede kemarin,” kata Eko saat dihubungi Republika, Rabu (12/1).
Dalam perjalanan umrah kali ini, terdapat sejumlah dokumen baru yang perlu dilengkapi. Yakni dokumen sertifikat vaksin dua dosis, yaitu vaksin yang disetujui Saudi maupun vaksin yang berlaku dan ditetapkan Indonesia.
View this post on Instagram
Selain itu, mereka harus melampirkan dokumen hasil PCR yang negatif, serta adanya jaminan hotel karantina tertentu di Makkah dan di Madinah. Jika salah satu dari kelengkapan persyaratan dokumen tersebut tak dipenuhi, calon jamaah umrah tidak bisa terbang.
Setibanya di Saudi, dia menyampaikan, prokes pun berlangsung ketat. Begitu keluar dari pesawat, para jamaah dimintai sertifikat vaksin dan hasil tes PCR. Sesampainya di gerbang imigrasi para jamaah ditanyai jenis pesawat yang ditumpangi. Setelah itu, mereka harus karantina di hotel.
“Di sini saya sudah hari ketiga, landing di Madinah, dan ini saya masih melakukan karantina di hotel. Benar-benar nggak keluar kamar, bahkan makanan kami saja diantarkan ke kamar. Kita ada 24 orang delegasi, kita kompak dan 100 persen jaga prokes,” ujar dia.
Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) pada akhir pekan lalu telah melepas 419 jamaah umrah Indonesia ke Tanah Suci. Pelepasan tersebut tentunya bukan tanpa persiapan.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief menyampaikan bahwa perjalanan umrah kali ini dapat dibilang sebagai umrah penentuan. Pihaknya menekankan kepada para jamaah umrah Indonesia untuk tetap mematuhi prokes yang ditetapkan oleh Pemerintah maupun Kerajaan Arab Saudi.
“Untuk itu, jamaah diminta menjaga kepercayaan pemerintah Indonesia di Saudi dengan menjaga prokes sebaik-baiknya,” kata dia.
Jamaah diminta menjaga kepercayaan pemerintah Indonesia di Saudi dengan menjaga prokes sebaik-baiknya
Hilman mengatakan, sesuai arahan menteri agama, pihaknya telah melakukan finalisasi regulasi tentang penyelenggaraan umrah pada masa pandemi. Termasuk yang terkait dengan integrasi sistem dengan pemerintah Arab Saudi. Pelaksanaan ibadah umrah dipastikan dengan prokes yang ketat di Indonesia maupun di Saudi. Dia menyebut, Kemenag telah melaksanakan rapat dengan lembaga terkait.
Kepala Subdirektorat Pemantauan dan Pengawasan Ibadah Umrah dan Haji Khusus M Noer Alya Fitria menyampaikan, Kemenag akan mengevaluasi kebijakan pemberangkatan satu pintu sebab saat ini masih terpusat di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta. Asrama haji digunakan sebagai lokasi screening kesehatan sebelum keberangkatan. Evaluasi nantinya akan dilakukan mulai 15 Januari.
“Kita akan evaluasi nanti 15 Januari, karena kondisi (kasus) Omikron sedang tinggi,” ujar dia.
Pihaknya pun menekankan, untuk menghindari kecurangan (fraud) terkait dengan PCR para calon jamaah, pemerintah akan menjamin keberlangsungan umrah dengan tertib. Tak hanya itu, dia menjelaskan bahwa pemerintah juga menekankan edukasi kepada calon jamaah umrah sebelum berangkat untuk benar-benar mematuhi prokes yang berlaku, baik di Indonesia maupun Arab Saudi.
Untuk itu pihaknya akan terus berkoordinasi dengan para jamaah terkait prokes di dua negara, baik sebelum berangkat, saat di Tanah Suci hingga kembali ke Tanah Air. Epidemiolog dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono menekankan, karantina jamaah umrah yang kembali dari Arab Saudi merupakan kewajiban yang harus dilakukan dengan ketat. Hal ini mengingat adanya pelonjakan kasus varian Omikron yang berasal dari pelaku perjalanan dari Arab Saudi.
Dia menyebut jika umrah dilakukan selama sepuluh hari, maka dibutuhkan waktu sekitar 24 hari bagi para jamaah dalam melakukan perjalanan ibadah. Ada 14 hari lainnya harus dihabiskan untuk menjalani karantina sesampainya di Tanah Air.
Di sisi lain pihaknya menyarankan, guna menghindari lonjakan kasus varian Omikron berkembang maka pemerintah perlu memperimbangkan opsi mengurangi jumlah jamaah yang diberangkatkan ke Tanah Suci.
Baca Selengkapnya';Waspadai Omikron dari Tanah Suci
Melonjaknya kasus varian Omikron di Arab Saudi memunculkan kewaspadaan berlapis masyarakat dunia.
SELENGKAPNYA