Ustaz Dr Amir Faishol Fath | Republika

Khazanah

Bahaya Dosa

Dosa bukan saja berbahaya, tetapi akan menyeret pelakunya kepada dosa yang lain.

DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute

Dalam urusan dosa, Allah SWT menggunakan pesan “wa laa taqrabuu” (jangan dekati). Contoh dosa zina, Allah SWT berfirman: “Wa laa taqrabuz zinaa (janganlah kamu mendekati zina).” (QS al-Isra’: 32). Sebab, dosa bukan saja berbahaya, tetapi akan menyeret pelakunya kepada dosa yang lain.

Di antara bahaya dosa adalah membuat lupa kepada Allah. Lupa bahwa ia mempunyai kewajiban kepada-Nya, lalu lupa bahwa dirinya sendiri adalah makhluk yang lemah dan kelak di akhirat akan dihisab. Karena itu, ia berbuat kerusakan di muka bumi.

Inilah makna ayat: “Walaa takuunuu kalladziina nasullaha fa ansaahum anfusahum ulaaika humul faaiquun.” (QS al-Hasyr: 19). Kata al faasiquun menunjukkan bahwa para pendosa itu telah merasa tidak butuh Allah dan karenanya ia tenggelam dalam kemaksiatan.

Di antara bahaya dosa adalah hilangnya rasa malu. Tidak malu mempertontonkan auratnya, lalu tidak malu bergaul bebas, setelah itu tidak malu berzina. Semakin bejat, ia tidak malu perbuatan mesumnya disebarkan di sosial media.

Begitulah tabiat dosa, akan terus menyeret pelakunya kepada dosa-dosa yang lain. Iman yang selama ini melindunginya dari dosa menjadi lemah. Karena itu Nabi SAW bersabda: “Al hayaau minal iimaani (rasa malu itu bagian dari iman).” (HR Bukhari-Muslim).

 
Dengan berbuat dosa seseorang secara bertahap telah melemahkan imannya, lalu secara bertahap pula menghilangkan rasa malunya.
 
 

Artinya, dengan berbuat dosa seseorang secara bertahap telah melemahkan imannya, lalu secara bertahap pula menghilangkan rasa malunya.

Dari hilangnya rasa malu, akan lahir dosa berikutnya, yaitu lemahnya hati. Maksudnya di dalam hati tidak ada lagi kesadaran muraaqabah (merasa dikontrol oleh Allah). Padahal, Allah berfirman: “Inna rabbaka labil mirshaad (sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi).” (QS al-Fajr: 14).

Setelah itu, hilanglah rasa takut akan dihisab. Padahal, hisab ini suatu kepastian. “inna ilaina iyaabahum tsumma inaa ‘alaiana hisaabahum” (sesungguh kepada Kamilah kamu akan kembali dan Kamilah yang berhak melakukan hisab atas kamu) (QS al-Ghasyiah: 26).

Akibat dosa berikutnya adalah tidak ada ihsan (sungguh-sungguh) dalam beramal. Misalnya, dalam menjalankan shalat ia malas-malasan. Seperti shalatnya orang-orang munafik, “wa idzaa qaamuu ilash shalati qaamu kusaala”.

Mereka melakukannya hanya untuk riya (ingin dlihat orang), bukan ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT. “yuraa’uunan naasa wa laa yadzkuruunallaha illaa qaliilaa” (QS an-Nisa: 142).

Shalat seperti ini, sekalipun tampaknya baik, tetapi hakikatnya busuk. Karena itu, Allah SWT mengancam pelakunya dengan neraka. “Fawailun lil mushallin, alaldziina hum ‘an shlaaatihim saahuun alladziina hum yuraa’uun (Celakalah orang yang melaksanakan shalat, yaitu yang lalai terhadap shalatnya, yang berbuat riya).” (QS al-Ma’uun: 4-6).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat