Air terjun atau curug di Kabupaten Bogor tak henti dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah. | Shabrina Zakaria/Republika

Bodetabek

'Surga Tersembunyi' di Bogor Barat

Air terjun atau curug di Kabupaten Bogor tak henti dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah.

OLEH SHABRINA ZAKARIA

Air terjun atau curug di Kabupaten Bogor tak henti dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah. Salah satunya, curug yang tersembunyi di Kampung Suka Asih, Desa Cibitung Wetan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Curug Cikuluwung namanya. 

Konon, curug ini dulu merupakan tempat persembunyian pada zaman kolonial. Di bawah rumpun bambu yang lebat, terdapat sebuah curug serta tiga kolam dengan aliran Sungai Cikuluwung yang masih jernih.

Salah seorang wisatawan, Annisa Karuniawanti (20 tahun), rela datang jauh-jauh dari Bekasi untuk menikmati indahnya Curug Cikuluwung. Setibanya di Kampung Suka Asih, ia harus berjalan kaki sekitar 200 meter untuk tiba lokasi Curug Cikuluwung.

Belum selesai sampai di situ, Annisa dan wisatawan lain masih harus berjalan kaki dari pintu masuk area wisata Curug Cikuluwung, menuju daya tarik utama dari destinasi wisata ini. Setelah berjalan kaki di antara bebatuan yang curam, lelah para wisatawan akan terbayar. Disambut gemericik Curug Cikuluwung, kolam yang jernih, serta diapit oleh bebatuan yang eksotis.

Kayak semacam surga tersembunyi gitu karena benar-benar di bawah banget lokasinya. Kita harus turun banyak anak tangga yang lumayan bikin deg-degan. Tapi pas kita turun, capek-nya terbayarkan karena lihat keindahan curug yang benar-benar bagus,” kata Annisa, beberapa waktu lalu.

photo
Konon, curug ini dulu merupakan tempat persembunyian pada zaman kolonial. - (Shabrina Zakaria/Republika)

Tak hanya pemandangan yang indah, Annisa juga merasa puas dengan harga tiket masuk yang cukup terjangkau, yakni sebesar Rp 35 ribu. Ditambah dengan warga setempat yang ramah kepada para wisatawan. Selain curug, ada juga fasilitas pelampung, gazebo, mushala, toilet, spot selfie, camping ground, serta lahan parkir.

Destinasi wisata seluas sekitar 1 hektare ini dikelola warga sekitar sejak 2018. Salah satunya Apay yang bertugas sebagai pengawas dan pemandu para pengunjung di sekitar curug dan kolam.

Apay bersama tiga kru lain, siap untuk membantu wisatawan yang tiba di spot utama. Membantu menyimpan alas kaki, mengambil foto, memasang pelampung, menuntun wisatawan berjalan di sekitar bebatuan, mengingatkan wisatawan agar tidak pergi ke titik terlarang, dan tak jarang menolong wisatawan yang keram ketika berenang.

Meskipun ada tiga kolam, para pengawas dan pemandu harus selalu mengingatkan para wisatawan agar tidak berenang di kolam yang berada tepat di bawah curug. Hal itu lantaran kedalaman kolam tersebut masih belum diketahui, ditambah dengan adanya pusaran air yang membahayakan.

photo
Destinasi wisata seluas sekitar 1 hektare ini dikelola warga sekitar sejak 2018. - (Shabrina Zakaria/Republika)

Wisatawan pun hanya bisa berenang di kolam kedua dengan kedalaman 1,2 meter dan kolam ketiga sedalam 2,5 meter jika aliran air dari hulu mengalir normal. Hulu dari Sungai Cikuluwung ini berada di atas Kawah Ratu, Gunung Salak Endah. Nantinya akan bermuara ke Sungai Cisadane.

“Setiap hari, kami juga ada tim pemantau cuaca dari hulu. Jadi, kalau ada kenaikan debit air, akan ada informasi kapan air bahnya datang. Biasanya 3-4 jam kemudian. Nah saat itu, kami minta wisatawan untuk segera pergi,” kata Apay.

Ketika air bah datang, air curug dan kolam otomatis akan berubah menjadi coklat bak kopi susu. Namun, saat waktu normal, air di Curug Cikuluwung biasanya berwarna biru dan hijau ketika musim kemarau atau sedikit keruh jika gerimis melanda kawasan tersebut.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Curug Cikuluwung (curug.cikuluwung)

Marketing dari Curug Cikuluwung, Dea Arisandi, memaparkan, sejak dibuka menjadi destinasi wisata pada 2018, Curug Cikuluwung bisa didatangi hingga 1.000 pengunjung pada akhir pekan. Sementara pada hari biasa, pengunjung hanya berkisar di angka 100-200 orang per hari.

“Itu sebelum pandemi Covid-19. Setelah pandemi, jumlah pengunjung turun sekitar 70 persen,” kata Dea.

Meskipun demikian, pihaknya terus menjaga kebersihan dan perawatan dari fasilitas yang ada di Curug Cikuluwung. Pihaknya juga melakukan evaluasi untuk menghindari pungutan liar yang kerap dilakukan warga sekitar selain pengelola curug.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat