
Nasional
Pandemi Bawa Hikmah Munculkan Kepedulian Masyarakat
Pandemi memberikan pelajaran yang sangat penting untuk masyarakat.
JAKARTA -- Pimpinan Redaksi Republika, Irfan Junaidi mengatakan, pandemi Covid-19 seperti sebuah ruang kuliah yang sangat besar. Situasi pandemi Covid-19 membuat masyarakat Indonesia mau tidak mau harus belajar lebih giat serta menjadi masyarakat yang peduli dengan sesama.
"Pandemi membuat kita seperti kuliah solidaritas, masyarakat jadi saling bantu, itu yang memperkuat ketahanan sosial kita dan tidak ditemui negara lain," kata Irfan, dalam Diskusi Kongres Kemanusiaan Indonesia, Rabu (15/12). "Kemudian kuliah kepemimpinan, pemimpin ini yang dibutuhkan dalam situasi tak pasti, di pandemi keliatan mana pemimpin benar-benar dan pemimpin jadi-jadian," sambungnya.
Ruang kuliah tersebut, lanjutnya, harus bisa dimanfaatkan dengan baik, agar ilmu yang didapat selama pandemi bisa dimanfaatkan ke depannya. "Jangan sampai ilmu penting ini dilupakan saat pandemi berlalu," tegasnya.

Menurutnya, alangkah baiknya bila pandemi yang dirasakan saat ini diabadikan dalam sebuah ruangan atau satu tempat, agar nantinya generasi selanjutnya dapat merasakan apa yang dialami pada saat pandemi kini. "Bisa dibuatkan museum atau secamacamnya agar generasi setelah kita bisa merasakan dan meneliti apa yang kita rasakan saat ini," ujarnya.
Irfan mengatakan, saat ini ada dua pilihan dalam memghadapi pandemi, tetap bertahan dengan meratapi atau optimistis dapat melewati pandemi. "Mau tidak mau kita harus optimis dan bangkit," kata dia.
Karena, pandemi saat ini adalah momen yang tepat dalam memperbaiki posisi bangsa di era global. "Saat ini semua bangsa mulai lagi dari titik 0. Pilihannya apakah mau berjalan biasa dan tetap tertinggal atau jalan cepat dan bisa mengejar," ujarnya.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA, Celestinus Eigya Munthe mengatakan, pandemi memberikan pelajaran yang sangat penting untuk masyarakat. Masyarakat menjadi saling peduli membantu satu sama lain.
Namun, tak sedikit pula masyarakat Indonesia yang lebih percaya pada informasi bohong daripada memutus mata rantai Covid-19. Selain itu, pada saat kasus sedang meningkat tajam, banyak yang lebih mementingkan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan kelompok.
"Dan yang menjadi fokus kami selama pandemi ini masih banyak yang mengabaikan hak-hak orang dengan gangguan jiwa, bahkan saya pernah mendengar omongan bahwa orang dengan gangguan jiwa tidak butuh vaksin karena sudah kebal, padahal vaksin merupakan hak setiap orang," tegasnya.
Oleh karenanya, pelajaran ke depan yang harus dipetik adalah kesadaran meningkatkan sumber daya manusia agar bisa lebih cepat merespons dalam keadaan darurat bencana, baik bencana alam maupun pandemi seperti saat ini.
Sedang Ketua Badan Pengurus Filantropi Indonesia, Rizal Algamar mengatakan, saat ini kampanye perubahan perilaku tetap harus digulirkan meski kasus Covid-19 sudah melandai. Caranya dengan menggandeng komunitas, khususnya para key opinion leader dan pegiat sosial untuk terlibat dalam melakukan persuasi publik agar tetap menjalankan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.