Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) - Arif Satria. Republika/Putra M. Akbar | Republika/Putra M. Akbar

Khazanah

ICMI Ingin Jadi Sumber Inspirasi Bangsa

ICMI harus besar karena gagasan-gagasannya, bukan karena kekuasaan.

JAKARTA – Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) di bawah kepemimpinan Prof Arif Satria ingin menjadi sumber inspirasi dan solusi bangsa. Sehubungan dengan itu, ICMI akan memberikan gagasan-gagasan besar sekaligus menjadi hub kolabolator berbagai elemen bangsa untuk mengatasi persoalan-persoalan bangsa.

Arif mengatakan, saat ini bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lain di dunia sedang gamang menghadapi ketidakpastian karena disrupsi. Karena itu, ICMI harus memberikan inspirasi dengan gagasan-gagasan besar guna menyelesaikan berbagai persoalan bangsa dan mempersiapkan bangsa ini menghadapi perubahan.

"Karena ICMI berisi para cendekiawan, semoga para cendekiawan ini punya peran besar untuk mereproduksi gagasan-gagasan besar untuk menyelesaikan berbagai isu di Tanah Air," kata Arif saat bersilaturahim ke kantor Republika, Jakarta, Selasa (14/12).

Ketua Umum ICMI periode 2021-2026 ini menjelaskan, perubahan yang terjadi diakselerasi oleh industri 4.0, pandemi Covid-19, dan perubahan iklim. Maka, ICMI harus besar karena gagasan-gagasannya, bukan karena kekuasaan. Karena itu, ICMI akan fokus pada gagasan-gagasan besar untuk diwujudkan di lapangan.

“Dengan demikian ICMI akan memberikan dampak dan manfaat yang bisa dirasakan masyarakat,” ujar Arif yang terpilih sebagai ketua umum ICMI dalam muktamar organisasi cendekiawan Muslim ini, belum lama berselang.

Arif juga menjelaskan, gagasan ICMI di antaranya melakukan akselerasi transformasi desa. Hal ini dinilai penting mengingat desa bisa menjadi tumpuan atau penyelamat di saat krisis. Karena itu, kata dia, desa harus benar-benar diperkuat di tengah inovasi sosial dan teknologi, sehingga bisa menjadi sumber pertumbuhan baru pada masa depan.   

Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) ini berpandangan, akselerasi transformasi desa menjadi penting karena sekarang terjadi ketimpangan. Dengan memperkuat desa, diharapkan bisa mengurangi ketimpangan antarwilayah dan masyarakat. Jadi, ketimpangan harus diselesaikan dengan solusi-solusi konkret. 

"ICMI tidak bisa sendiri, ICMI harus menjadi hub kolabolator ormas, kampus, pemerintah daerah, dengan ICMI sebagai hub kolabolator itu maka Insya Allah berbagai program bisa kita selesaikan," ujar dia.

ICMI, lanjut Arif, juga perlu memperkuat literasi dai-dai dengan isu kekinian seperti isu lingkungan, kesehatan, dan ekonomi. Sebab, dai adalah orang yang sangat berpengaruh bagi masyarakat. Melalui penguatan literasi itu diharapkan para dai bisa membantu mencerdaskan masyarakat dengan berbagai pandangan yang konstruktif terhadap penyelesaian berbagai masalah, seperti masalah perubahan iklim, lingkungan, ekonomi, teknologi, dan sebagainya.

 "Kita jadikan dai sebagai salah satu sumber transformasi, kita harus sama-sama berkolaborasi untuk memperkuat bangsa kita ke depan," ujar Arif.

Di tempat yang sama, Pemimpin Redaksi Harian Republika, Irfan Junaidi, menyampaikan, kondisi umat Islam hari ini belum ideal karena opini tentang Islam belum bisa dikuasai dengan baik. Dalam bidang ekonomi, umat Islam harus mengejar ketertinggalan dengan sangat cepat agar umat benar-benar berdaya.

"ICMI memang harus menjadi pilar yang penting sekali yang berada di lini terdepan membangun kekuatan umat Islam," kata Irfan.

Irfan juga menyampaikan bahwa kalau tidak ada ICMI, mungkin tidak akan ada Republika. “Republika yang dulu dilahirkan oleh ICMI sekarang sudah berkembang,” katanya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat