Petugas melayani nasabah di BPRS HIK, Ciledug, Banten, Selasa (13/3). Saat ini total aset yang dimiliki BPRS HIK sebesar Rp 285 | Republika/ Wihdan

Ekonomi

Pembiayaan BPRS Diproyeksi Meningkat

Pangsa pasar BPRS tercatat lebih tinggi dibandingkan pangsa pasar industri perbankan syariah.

JAKARTA -- Penyaluran pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) diperkirakan akan lebih bergairah pada 2022. Pemulihan ekonomi dan perbaikan kinerja sektor ekonomi yang terus berlanjut dinilai akan mendorong penyaluran pembiayaan pada tahun depan.

"Dengan perbaikan kinerja sektor ekonomi yang terlihat pada kuartal III 2021, diharapkan bank-bank akan lebih terdorong menyalurkan pembiayaan sehingga pertumbuhan pembiayaan dapat membaik pada 2022," kata Direktur Pengaturan dan Perizinan Perbankan Syariah OJK Nyimas Rohmah, pekan lalu.

Menurut Nyimas, ketidakpastian kondisi ekonomi akibat pandemi Covid-19 telah menyebabkan bank semakin berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaannya. Hal tersebut terjadi sejak September 2020, pertumbuhan pembiayaan menurun hingga berada di bawah pertumbuhan aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK).

Akan tetapi, pada 2021, ekonomi Indonesia mulai menunjukkan perbaikan. Secara umum, menurut Nyimas, stabilitas industri perbankan syariah masih dapat terjaga dengan baik. Per September 2021 jumlah aset perbankan syariah telah mencapai Rp 646,21 triliun. Angka itu tumbuh positif sebesar 12,22 persen (yoy).

Hal yang sama juga terjadi pada pertumbuhan DPK dan pembiayaan yang juga tumbuh positif masing-masing 9,4 persen dan 7,45 persen. Pangsa pasar perbankan syariah mencapai 6,52 persen per September 2021 yang didukung oleh 12 Bank Umum Syariah (BUS), 20 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 165 BPRS.

Selain itu, dari sisi jumlah rekening juga mengalami peningkatan. Hingga akhir September 2021, jumlah rekening pembiayaan tercatat sebanyak 6 juta rekening dan DPK sebanyak 49 juta rekening.

Khusus di industri BPRS, Nyimas menjelaskan, total aset per September 2021 telah mencapai Rp 16 triliun dengan jumlah DPK mencapai Rp 11 triliun dan pembiayaan yang diberikan sebesar Rp 11,45 triliun. Kemudian, jumlah rekening juga mengalami peningkatan dengan rekening DPK tercatat sebanyak 2 juta rekening dan pembiayaan 360 ribu rekening.

Sementara itu, pangsa pasar BPRS tercatat lebih tinggi dibandingkan pangsa pasar industri perbankan syariah, yaitu mencapai 8,98 persen. Nyimas mengatakan, pertumbuhan industri BPRS memang jauh lebih tinggi dibandingkan industri perbankan syariah nasional. Pertumbuhan asetnya mencapai 14,37 persen, pertumbuhan DPK 18,25 persen, dan pembiayaan tumbuh mencapai 8,03 persen.

"Mudah-mudahan ke depannya tren pertumbuhan ini bisa tetap dipertahankan dan ditingkatkan," tutur Nyimas.

Ketua Umum Kompartemen BPRS Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (Asbisindo), Cahyo Kartiko, mengatakan, industri BPRS yakin dapat melakukan pengembangan ke depan. Kompartemen BPRS Asbisindo pun telah menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan menyusun peta jalan BPRS 2022-2027. Ada tiga pengembangan yang akan dicanangkan sebagai katalisator akselerasi proses pengembangan BPRS di Indonesia.

Tiga arah tersebut terdiri atas penguatan kelembagaan BPRS yang meliputi aspek permodalan, tata kelola, dan manajemen risiko. Kemudian, peningkatan edukasi melalui penguatan identitas dan keunikan BPRS, memperluas jangkauan ke masyarakat khususnya UMKM, dan pemerataan keberadaan BPRS di Indonesia.

Kemudian, asosiasi bersepakat untuk menghadirkan koneksi ekosistem, infrastruktur dengan membangun koneksi ekosistem khususnya ekosistem halal, memperkuat infrastruktur khususnya digitalisasi, dan pengembangan SDM BPRS.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat