Branding baru ekonomi syariah yang diresmikan Presiden Joko Widodo. | KNEKS

Ekonomi

Tahun 2022 Percepatan Bagi Perbankan Syariah

OJK mendorong pengembangan keuangan syariah dengan regulasi.

 

JAKARTA — Tahun depan diproyeksikan menjadi tahun percepatan pertumbuhan ekonomi syariah Indonesia. Sejumlah pemangku kepentingan dan regulator telah menyiapkan strategi agar ekonomi syariah jadi penunjang pertumbuhan dan pemulihan ekonomi nasional dari dampak pandemi Covid-19.

Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI) Anwar Bashori mengatakan, sejumlah proyeksi internasional menyebut Indonesia masih akan terus tumbuh ditopang integrasi ekosistem ekonomi syariah. Pengembangan didorong bersamaan dari industri halal, keuangan syariah, tekfin, hingga keuangan sosial syariah.

"Produk domestik bruto (PDB) kita bisa bertambah hingga 5,1 miliar dolar AS per tahun jika ini terus didorong,” kata Anwar dalam LPPI Sharia Economics and Finance Outlook 2022, Jumat (3/12).

Dalam laporan Indonesia Halal Markets Reports 2021/2022, dengan mendorong pertumbuhan ekspor produk halal, Foreign Direct Investment (FDI) dan substitusi impor, Indonesia berpotensi meningkatkan PDB nasional sebesar 5,1 miliar dolar AS per tahun. Ini menunjukkan kapabilitas dan kapasitas Indonesia dalam menggarap pasar halal.

Anwar menyebutkan, posisi Indonesia di kancah dunia pun terus diperhitungkan. FDI Indonesia kedua tertinggi di negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) setelah Uni Emirat Arab dengan nilai 18,6 miliar dolar AS. Artinya, Indonesia sangat kompetitif untuk menarik investor asing.

Indonesia juga merupakan negara dengan PDB tertinggi di antara anggota OKI dengan nilai 1.060 miliar dolar AS. Di sisi pengembangan fintech, Indonesia termasuk negara dengan volume transaksi fintech terbesar dan menempati posisi keempat dari 64 negara dalam Global Islamic Fintech Index (GIFT) 2021.

Keberadaan tekfin dapat menggairahkan sektor UMKM halal sehingga kembali bisa maju bersama memajukan industri halal. Ukuran pasar fintech syariah di negara-negara OKI tahun 2020 mencapai 49 miliar dolar AS dan diproyeksi mencapai 128 miliar dolar AS pada 2025. "Indonesia tentu bisa ikut bertumbuh dan berperan di dalam perkembangan fintech syariah tersebut,” ujar Anwar.

Mengingat market size fintech syariah Indonesia mencapai 2,9 miliar dolar AS, dan diproyeksi 8,3 miliar dolar AS pada 2025. Indonesia akan bersaing dengan Malaysia, Saudi Arabia, dan Uni Emirat Arab.

Ketidakpastian kondisi ekonomi akibat pandemi Covid-19 menyebabkan bank semakin berhati-hati untuk menyalurkan pembiayaannya. Direktur Pengaturan dan Perizinan Perbankan Syariah OJK Nyimas Rohmah mengatakan, hal ini terlihat sejak Agustus 2020 saat pertumbuhan pembiayaan turun hingga berada pada posisi di bawah pertumbuhan aset dan dana pihak ketiga (DPK).

"Diharapkan pada 2022, perbaikan kinerja sektor ekonomi membuat bank-bank akan lebih terdorong untuk menyalurkan pembiayaan pada 2022," kata Nyimas.

OJK telah mengeluarkan Roadmap Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia 2020-2025 sebagai panduan bagi industri. Tiga pilar tersebut, yakni penguatan identitas perbankan syariah, sinergi ekosistem ekonomi syariah, dan penguatan perizinan, pengaturan, serta pengawasan. 

Nyimas mengatakan, OJK mendorong pengembangan keuangan syariah dengan regulasi-regulasi. Misalnya, dari sisi penguatan permodalan di bank syariah, OJK telah mengeluarkan peraturan kenaikan modal inti bank agar meningkatkan daya saing.

Penguatan permodalan ini bisa dilakukan dengan konsolidasi, penambahan modal dari induk, dan rencana pengembangan usaha. Ekspansinya juga harus menganut keunikan produk perbankan syariah, dan menggunakan akselerasi digital.

Nyimas mengatakan, penyaluran pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) juga diperkirakan akan lebih bergairah pada 2022. Pemulihan ekonomi dan perbaikan kinerja sektor ekonomi yang terus berlanjut dinilai akan lebih mendorong penyaluran pembiayaan pada tahun depan.

Khusus di industri BPRS, Nyimas, menjelaskan, total aset per September 2021 telah mencapai Rp 16 triliun dengan jumlah DPK mencapai Rp 11 triliun dan pembiayaan yang diberikan sebesar Rp 11,45 triliun. Kemudian jumlah rekening juga mengalami peningkatan, dengan rekening DPK tercatat sebanyak 2 juta rekening dan pembiayaan 0,36 juta rekening. 

Pangsa pasar BPRS tercatat lebih tinggi dibandingkan pangsa pasar industri perbankan syariah yaitu mencapai 8,98 persen. Nyimas mengatakan, pertumbuhan industri BPRS memang jauh lebih tinggi dibandingkan industri perbankan syariah nasional dimana pertumbuhan asetnya mencapai 14,37 persen, pertumbuhan DPK 18,25 persen dan pembiayaan mencapai 8,03 persen.

Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Hery Gunardi mengatakan, tahun 2022 juga memiliki tantangan bagi perbankan. Seperti tidak meratanya pemulihan ekonomi dan pencabutan kebijakan relaksasi. 

Beberapa sektor ekonomi mampu pulih lebih cepat dan kembali ke jalur pertumbuhan positif. Namun sektor yang berhubungan erat dengan mobilitas masyarakat cenderung rentan terkontraksi ketika terjadi pembatasan kegiatan.

"Melandainya kasus Covid-19 juga mendorong pemerintah untuk mulai normalisasi kebijakan fiskal dan insentif lainnya, perbankan perlu mengantisipasinya agar tidak menimbulkan shock terhadap kinerja,” kata Hery.

Selain itu, normalisasi kebijakan moneter di negara maju juga akan berdampak terhadap pergerakan suku bunga emerging market. Dengan kemungkinan kenaikan the Fed Rate pada 2022, diperkirakan suku bunga acuan Indonesia terus meningkat.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat