Guru mengobati muridnya yang mengalami luka ringan saat berlangsung simulasi gempa dan tsunami di Sekolah Luar Biasa (SLB) Desa Lamjabat, Banda Aceh, Aceh, Selasa (23/11/2021). | ANTARA FOTO/Ampelsa

Nasional

Hampir Seluruh Pantai di Indonesia Rawan Tsunami

Sekitar 34 persen dari 514 kabupaten/kota di Indonesia menjadi prioritas dalam pembangunan berketahanan iklim.

JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengatakan, hampir seluruh pantai di Indonesia rawan dilanda tsunami. Hal itu mengacu pada peta bencana tsunami sejak tahun 1600-2021.

Dalam periode tersebut, kata Dwikorita, terjadi 246 kali tsunami, di antaranya sebanyak 135 terjadi dalam periode 1900 - 2021. "Wilayah terdampak nya hampir seluruh pantai di Indonesia," kata dia dalam webinar bertajuk 'Membangun Ketangguhan Wilayah dan Komunitas Pesisir di Masa Turbulen', Kamis (2/12).

Dwikora memerinci, wilayah terdampak tsunami sejak tahun 1600 itu adalah daerah pesisir Samudera Hindia, Samudera Pasifik, Laut Banda, dan Laut Arafura. "Di Sulawesi itu seluruh pantainya rawan tsunami," ujarnya.

Dalam pemaparannya, Dwikora menampilkan berkas presentasi berjudul 'Kerawanan Tsunami di Indonesia'. Jika diperhatikan, daerah pesisir yang tak terdampak tsunami hanya sebagian pantai timur pulau Sumatera, sebagian pantai utara Pulau Jawa, dan pantai barat serta selatan Pulau Kalimantan.

Dwikorita menambahkan, bencana tsunami di Indonesia juga kerap disertai bencana lainnya. Tsunami di Palu pada 2018, misalnya. Selain dihantam gelombang laut dahsyat, bencana itu didahului oleh gempa, lalu disusul bencana likuifikasi atau tanah bergerak.

Karena itu, perlu ada peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat. “Sebab, mau teknologi semaju apapun, kalau masyarakat di pantai itu tidak paham atau kurang mengerti cara merespons, dan tidak terampil melakukan evakuasi secara mandiri maupun kolektif, (maka) pengembangan teknologi itu jadi sia-sia," ujarnya.

Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Arifin Rudiyanto menyatakan, terdapat beberapa tantangan dalam implementasi kebijakan tahan bencana dan iklim, termasuk belum optimalnya dukungan lintas sektor dan multipihak. Ia mengatakan, sekitar 34 persen dari 514 kabupaten/kota di Indonesia menjadi prioritas dalam pembangunan berketahanan iklim.

Arifin menjelaskan, 176 dari total 514 kabupaten/kota itu mengalami ancaman tidak hanya karena naiknya permukaan air laut akibat menghangatnya suhu permukaan bumi. 

Pembangunan berketahanan iklim fokus pada empat isu prioritas untuk menekan potensi kerugian Rp544,9 triliun.

"Pembangunan berketahanan iklim merupakan gabungan antara upaya adaptasi dan peningkatan ketahanan untuk memperkuat sistem pembangunan agar tahan terhadap guncangan atau dampak negatif akibat bahaya iklim dalam aspek sosial, ekonomi dan ekologi," kata dia.

Kepala BNPB Mayjen TNI Suharyanto mengatakan, Indonesia sudah mengalami delapan kali tsunami sejak 26 Desember 2004. Namun, masyarakat dan para pemangku kebijakan masih memandang peristiwa tsunami sebagai kejadian alam, tetapi tidak mempertimbangkan dampak kejadian tersebut.

Ia pun mendorong adanya pergeseran paradigma penanganan bencana. Ia juga meminta ada perubahan dalam proses pembangunan dengan mengedepankan sains, bukti, fakta, dan pengetahuan. "Semua itu hanya  dapat dicapai dengan menghapus sekat-sekat dan dinding imajiner yang dibangun oleh ilusi ego disipiliner dan ego sektoral," kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat