Walikota Tangerang Selatan Benyamin Davnie memberikan sambutan saat peresmian gedung sekolah dan pesantren tuna netra di Jalan Masjid Al-Latif, Setu, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (27/11). Yayasan Raudlatul Makfufin meresmikan gedung sekolah dan pesant | Republika/Putra M. Akbar

Khazanah

Naungan Baru Santri Pesantren Tunanetra di Tangsel

Di bagian belakang gedung pesantren ada pula kegiatan percetakan yang rutin memproduksi beberapa eksemplar Alquran Braille.

 

Suara pianika yang ditiup oleh seorang santri terdengar hingga ke tiap ruang yang ada di pesantren tunanetra Raudlatul Makfufin di Tangerang Selatan (Tangsel), Senin (29/11) siang. Nada-nada dari alat musik tersebut seolah bersahutan dengan suara mesin komputer berbicara yang tengah berada di hadapan santri di ruang seberangnya.

Para santri sedang mengikuti mata pelajaran matematika di sebuah kelas tak kedap suara. Ruangan itu bahkan cenderung terbuka. Mereka tak hanya disibukkan dengan angka, tetapi juga dengan ragam distraksi di sekitarnya. Para santri tunanetra itu semua sedang mengikuti kegiatan belajar dan mengajar (KBM).

Tak hanya aktivitas pembelajaran santri yang ada di pesantren tersebut, di bagian belakang gedung pesantren ada pula kegiatan percetakan yang rutin memproduksi beberapa eksemplar Alquran Braille. Kesibukan lainnya juga tampak di ruangan pengurus yayasan dan ruangan guru di bagian tengah gedung.

Baik para santri, guru, pengurus, hingga pekerja tampak hilir mudik menjalani aktivitas masing-masing di gedung seluas 1.000 meter persegi itu. Gedung pesantren yang digunakan sejak 2010 itu terlihat cukup tua. Beberapa bagian dindingnya, terlihat cat warna hijau di bagian muka yang sebagiannya telah mengelupas.  

Adalah sebuah angin segar, Pesantren Raudlatul Makfufin yang baru saja memasuki usia ke-38 tahun pada 26 November lalu, segera memiliki gedung baru di kawasan Kademangan, Setu, Tangsel. Luasnya mencapai 1.070 meter persegi. 

Para santri akan segera menempati gedung pesantren dan sekolah baru tersebut pada Januari 2022 mendatang, seusai peresmian yang dihadiri Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie, Sabtu (27/11) lalu.

Tion Iswanto, salah satu santri tuna netra di Pesantren Raudlatul Makfufin mengatakan sangat senang mendengar kabar akan menempati gedung baru. Pria berusia 20 tahun tersebut mengaku telah menuntut ilmu di Pesantren Raudlatul Makfufin sejak 2016. Selama sekitar lima tahun belajar di tempat tersebut, kegiatan belajar memang kerap kali menyatu dengan kelas-kelas lainnya. Hal itu karena keterbatasan ruangan dan fasilitas, sehingga sering mengalami distraksi.

“Alhamdulillah, sudah orientasi di gedung baru, saya senang banget. Kelasnya ada masing-masing gitu, pisah-pisah, jadi insyaAllah bisa lebih fokus belajar. Kalau yang sekarang ini kelasnya kan gabung-gabung, jadi agak terganggu. Kalau di gedung baru kemungkinan lebih nyaman dan kondusif. Kamar (pondok) juga lebih luas, pokoknya fasilitasnya lengkap,” tutur Tion saat ditemui Republika di Pesantren Raudlatul Makfufin, Buaran, Serpong, Senin (29/11).

Tion berharap fasilitas lengkap yang tersedia di gedung baru Pesantren Raudhatul Makfufin tersebut dapat menjadi naungan baru baginya dan santri-santri lainnya yang mondok di tempat tersebut. Dengan adanya fasilitas-fasilitas yang lebih memadai, dia berharap pendidikan bagi para tunanetra dapat mendukung mereka mengasah kemampuan yang dimiliki.

“Diharapkan pendidikan di sini lebih unggul. Tunanetra bisa memiliki ilmu yang baik dan bisa bersaing juga di dunia perkuliahan,” tutur santri yang bersekolah setingkat SMA tersebut.  

Pantauan Republika di gedung baru Pesantren Raudhatul Makfufin yang ada di Jalan Masjid al-Latif, Kademangan, Setu, Tangsel, terlihat bangunan bernuansa hijau dan putih. Gedung yang berada persis di samping sekretariat ESQ Kemanusiaan itu memiliki dua lantai.

Di lantai 1, terdapat sebanyak tujuh ruang kelas, ruang musik, ruang laboratorium komputer, ruang praktik massage, ruang praktik keterampilan, ruang serbaguna, serta dapur dan toilet. Adapun lantai 2 diperuntukkan sebagai asrama santri, lengkap dengan ruang pengasuh pesantren.

Gedung tersebut dilengkapi dengan fasilitas yang ramah terhadap tunanetra. Beberapa ruangan didesain menyesuaikan. Seperti ruang belajar yang dibuat kedap suara lantaran tunanetra memiliki kemampuan berfokus pada pendengaran dan blind road tunanetra. 

Lalu dapur yang didesain lapang pada bagian tengah agar para santri tunanetra tidak bertabrakan. Juga tangga yang didesain cukup landai, serta ujung-ujung dinding yang ditempel semacam amplas untuk melindungi tuna netra agar tidak terluka atau cedera.

Di sekitar gedung baru tersebut, terdapat lapangan yang cukup luas. Lapangan ini dimanfaatkan oleh para santri dalam beraktivitas. Di taman tersebut terdapat lukisan mural di dinding yang salah satu sisinya bertuliskan “Yayasan Raudlatul Makfufin, Tiada Mata tak Hilang Cahaya”.

Kepala Pesantren Raudhatul Makfufin Rohman mengatakan, saat ini pihaknya masih mempersiapkan perpindahan dari gedung lama ke gedung yang baru. Dia mengaku gedung yang saat ini ditempati memang kurang layak untuk aktivitas pembelajaran para santri. Sehingga gedung baru yang merupakan wakaf dari seorang pengusaha brand kosmetik, Lina Liputri, itu sangat membantu menunjang pembelajaran santri. 

“Gedung ini (gedung lama) memang semua terbatas, tempatnya masih belum layaklah dikatakan sebagai sekolah. Itu persoalan kami. Alhamdulillah ada yang bantu, gedung baru itu sebenarnya wakaf,” ujarnya.  

Nantinya, semua santri akan dipindahkan ke gedung baru tersebut pada awal 2022. Total ada 23 santri, meliputi delapan santri putri dan 15 santri putra. “Rencana Januari sekaligus masuk semester II sekaligus pindah dan menempati gedung baru. Mudah-mudahan santri bisa belajar dengan nyaman dan bisa lebih maju lagi,” kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat