Ilustrasi saham syariah | Republika/Agung Supriyanto

Ekonomi

Yayasan BSMU-BSI Perkuat Literasi Saham Syariah

Investor bisa memilih beberapa opsi indeks saham syariah di Bursa Efek Indonesia

JAKARTA -- Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat (Yayasan BSMU) bersama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) berupaya meningkatkan literasi dan edukasi mengenai pasar modal syariah. Dalam talk show Literasi Keuangan dan Ekonomi Syariah (Likes) yang digelar Yayasan BSMU dan BSI, dibahas sejumlah tips dan trik untuk aman berinvestasi di saham-saham syariah.

Founder Kuliah Saham Firman Siregar menyampaikan, salah satu strategi untuk meraih hasil maksimal adalah memulai investasi sejak dini. “Semakin awal kita berinvestasi, maka kita akan lebih produktif dalam mengalokasikan dana kita,” kata Firman, akhir pekan lalu.

Jika investasi dilakukan sejak awal, menurut Firman, aset investasi dapat terus bertumbuh dan meningkatkan keuntungan di masa mendatang. Sebagai pemula, dia mengatakan, investor juga harus mempelajari dasar-dasar berinvestasi.

"Setelah mengetahui dasarnya, mengetahui hukum, transaksi, mekanisme, supply, dan demand transaksi saham, baru mulai menentukan, apakah ingin melakukan investasi jangka panjang atau jangka pendek," katanya.

Co-Founder Ngerti Saham dan Founder Komunitas Investor Saham Pemula, Frisca Devi Choirina, menyampaikan, untuk berinvestasi ke saham syariah investor bisa memilih beberapa opsi indeks saham syariah di Bursa Efek Indonesia. Beberapa indeks saham syariah ini antara lain Indeks Syariah Saham Indonesia (ISSI), Jakarta Islamic Index (JII), Jakarta Islamic Index 70 (JII70), dan IDX-MES BUMN 17.

Dengan adanya indeks atau kelompok saham syariah bisa memudahkan masyarakat untuk berinvestasi. Selain itu, untuk mempermudah transaksi syariah saat ini sudah ada sistem transaksi yang khusus memilih saham syariah, yakni Sharia Online Trading System (SOTS).

Pasar modal syariah Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, di tengah pandemi yang belum berakhir dan sejumlah faktor yang memengaruhi kondisi pasar modal global, pasar modal syariah Indonesia dinilai mampu bertahan, dan menunjukkan kriteria yang terus membaik.

Kondisi tersebut tercermin dari sejumlah indikator. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per 30 September 2021 jumlah kepemilikan efek saham syariah tumbuh 45,95 persen year-to-date (ytd) sehingga jumlahnya menjadi 1.060.704 investor. Sementara itu, kepemilikan reksa dana syariah tumbuh 66,69 persen (ytd) menjadi 805.867 investor. Sedangkan, jumlah kepemilikan sukuk korporasi tumbuh 26,68 persen menjadi 945 investor.

Data statistik produk per 29 Oktober 2021 menunjukkan nilai kapitalisasi saham syariah mencapai Rp 3.683 triliun. Nilai sukuk korporasi outstanding tercatat sebesar Rp 34,98 triliun dan nilai sukuk negara outstanding mencapai Rp 1.152 triliun. Sementara itu, Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana syariah tercatat mencapai Rp 40,95 triliun.

Dari 40 emiten baru yang melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) saham ataupun Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS) sampai 6 November 2021, terdapat 30 emiten yang sahamnya memenuhi kriteria Daftar Efek Syariah (DES). Selain itu, terdapat satu emiten yang melakukan penawaran umum sukuk.

Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida mengatakan, pertumbuhan dan pencapaian pasar modal syariah ini berkat dukungan ekosistem syariah yang terus berkembang. "Optimisme yang tinggi atas perkembangan pasar modal syariah Indonesia tidak terlepas dari perkembangan ekosistem syariah," kata Nurhaida.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat