Foto udara banjir rob yang menggenangi rumah dan tambak warga di Kampung Sembilangan, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (9/11/2021). Banjir rob akibat pasang surut air laut menggenangi wilayah tersebut selama empat hari dengan ketinggian 30 | ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah

Internasional

COP26: Pemanasan Global Sudah Berlangsung

COP26 akan menyuarakan “kecemasan dan prihatin” karena pemanasan global sudah berlangsung

GLASGOW – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim PBB atau COP26 akan menyuarakan “kecemasan dan prihatin” karena pemanasan global sudah berlangsung. Poin itu diungkap dalam rancangan pernyataan COP26 yang beredar Rabu (10/11).  

Rancangan itu juga menyebutkan, negara-negara yang hadir di COP26 saling mendorong untuk mengakhiri penggunaan batu bara. Negara di dunia, kata rancangan itu, “harus mempercepat penghapusan subsidi batu bara dan bahan bakar berbasis fosil.”

Namun, tidak ada pernyataan yang eksplisit tentang kapan langkah untuk mengakhiri penggunaan minyak bumi dan gas alam.  Saat ini memang ada desakan kuat di kalangan negara maju agar mereka menutup Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan bahan bakar batu bara.

Batu bara memang menjadi sumber besar penghasil gas yang mampu memerangkap panas di dalam atmosfer. Namun, batu bara masih menjadi bahan bakar penting dan sumber listrik yang murah di negara seperti Cina dan India.

photo
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Barito, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Rabu (1/9/2021). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat produksi batu bara nasional semester l/2021 mencapai 286 juta ton, realisasi itu baru mencapai 45,76 persen dari target produksi tahun ini yaitu sebesar 625 juta ton. - (ANTARA FOTO/Makna Zaezar)

Poin lainnya adalah adanya desakan agar negara-negara memotong emisi karbondioksida  separuhnya hingga 2030. Namun, komitmen yang ada hingga kini belum memenuhi target tersebut.

Rancangan COP26 ini tidak menyebutkan kesepakatan pada tiga tujuan akhir yang ditetapkan PBB. Ini menjadi sumber kekecewaan bagi para pengamat COP26. Ketiga tujuan itu adalah memotong emisi gas, meminta negara kaya untuk memberikan bantuan dana iklim 100 miliar dolar AS untuk negara miskin, dan memastikan separuh dari dana itu untuk upaya beradaptasi pada pemanasan global yang kian memburuk.

Namun, rancangan itu tentu belum final. Masih ada beberapa hari sebelum COP26 berakhir pada Jumat (12/11). Sisa hari itu diperkirakan akan diisi dengan beragam perundingan. Apapun hasil dari COP26, maka semua poinnya harus disetujui secara bulat oleh hampir 200 negara yang menghadiri COP26.

Dunia, kata rancangan ini, dunia harus berupaya mencapai “emisi net-nol pada pertengahan abad ini”. Untuk memenuhi poin itu, maka negara-negara harus mengupayakan agar gas yang menghasilkan efek rumah kaca ke atmosfer bisa diserap kembali melalui cara alami atau buatan.

Namun, pernyataan itu juga mengakui bahwa negara-negara kaya gagal memberikan dana bantuan iklim. Poin lainnya, COP26 memperkuat komitmen dalam Kesepakatan Paris untuk membatasi pemanasan suhu agar di bawah 2 derajat Celcius dibanding era praindustri.

Dokumen itu “mengungkapkan kecemasan dan prihatin bahwa aktivitas manusia telah menyebabkan pemanasan global sekitar 1,1 derajat Celsius hingga saat ini dan dampaknya sudah dirasakan di setiap kawasan.” n ap

Janji-janji

Di antara beberapa poin dalam COP26 adalah soal penggundulan hutan atau deforestasi. Lebih dari 100 pemimpin global telah berjanji akan menghentikan deforestasi dan memulihkan dampaknya hingga akhir dekade saat ini.

Upaya ini akan membutuhkan 19 miliar dolar AS dari dana umum dan swasta. Menurut data nirlaba World Resources Institute, hutan mampu menyerap sekitar 30 persen emisi karbondioksida.

Sekitar 100 negara juga bergabung dalam upaya yang dipimpin Amerika Serikat dan Uni Eropa (UE) untuk mengurasi emisi gas metana. Gas ini adalah salah satu penyebab pemanasan global.

Dibanding karbondioksida, metana memiliki masa lebih singkat berada di atmosfer. Namun, metana memiliki potensi untuk memanaskan bumi hingga 80 kali lipat daripada karbondioksida.

Pengguna batu bara seperti Indonesia, Polandia, Vietnam, dan negara lain berjanji akan mengurangi bertahap penggunaan PLTU berbasis batu bara. Sebanyak 20 negara sudah berkomtmen menghentikan pendanaan proyek berbasis batu bara di luar negera mereka hingga 2022. Namun, komitmen ini tak melibatkan negara yang amat tergantung pada batu bara, yaitu Australia, Cina, dan India.

Puluhan negara juga sudah berjanji akan lebih melindungi alam. Mereka akan memulihkan sistem pertanian yang tidak bersahabat dengan alam. Janji ini diungkap 45 negara termasuk Amerika Serikat, Jerman, India, dan Indonesia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat