Peternak menunjukan produk olahan susu kambing etawa di koperasi Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqo, Sindang, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (20/10/2021). Permintaan susu kambing etawa mengalami peningkatan hingga 50 persen di masa pandemi Covid-19 dengan pe | ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/wsj.

Tajuk

Santri Berjiwa Entrepreneurship

Lahirnya santri berjiwa entrepreneurship bukan lagi sekadar harapan, tapi kenyataan.

Lahirnya santri berjiwa entrepreneurship atau kewirausahawan menjadi harapan yang menggema pada Peringatan Hari Santri 2021. Bahkan, secara khusus,  Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong pondok pesantren (ponpes) di Tanah Air untuk membidani lahirnya para entrepreneur dari kalangan santri.

Menurut Jokowi, para santri harus mengubah orientasinya dari mencapai pekerjaan menjadi pencipta lapangan kerja bagi banyak masyarakat lainnya. Diakui Presiden, pendidikan pesantren, madrasah, serta pendidikan tinggi agama Islam sangat strategis dalam mencetak lulusan, yang inovatif dan berkewirausahaan. Sehingga, para santri  mampu bersaing di pasar kerja dan menjadi wirausahawan sosial yang sukses.

Isu kemandirian para santri secara ekonomi juga disorot Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI), Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta. Menurut RMI PWNU Jakarta, memiliki kemandirian ekonomi akan membuat santri lebih bermanfaat bagi umat. Dengan begitu, mereka tak hanya berdakwah dengan ilmunya, tapi juga dengan rezeki dari hasil usahanya masing-masing.

Santri yang mandiri secara ekonomi akan lebih merdeka saat menentukan sikapnya dalam membina umat. Jadi, menurut RMU PWNU Jakarta, para santri tidak terkontaminasi dalam urusan lain, mereka fokus menyampaikan kebenaran, menyampaikan yang hak dari ajaran Islam.

 
Memiliki kemandirian ekonomi akan membuat santri lebih bermanfaat bagi umat. 
 
 

Hal yang sama diungkapkan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Menurut dia, menumbuhkan jiwa entrepreneurship para santri sangatlah penting. Khofifah mengingatkan, Rasulullah Muhammad SAW memiliki jiwa entrepreneurship luar biasa, yang sudah selayaknya ditiru para santri. Pada usia 12 tahun, menurut Khofifah, Rasulullah SAW sudah memulai berdagang yang dibarengi sikap jujur, tekun, gigih, ulet, dan bekerja keras.

Harapan akan lahirnya santri berjiwa entrepreneur membutuhkan dukungan penuh dari berbagai elemen, terutama pemerintah dan dunia usaha. Pondok pesantren sebagai lembaga tertua yang berjasa besar memerdekakan bangsa ini, memang layak mendapat perhatian serius. Saat ini, ada sekitar 31.385 pondok pesantren dengan jumlah santri mencapai 4,29 juta orang.

Lembaga pendidikan yang dikenal mandiri dan telah lahir mencerdaskan anak bangsa sejak pra-kemerdekaan itu adalah aset penting bagi republik ini. Karena itu, sangat pantas apabila pemerintah melalui berbagai kementerian dan BUMN serta dunia usaha, mendukung terwujudnya kemandirian ekonomi pesantren dan para santrinya.

Bank-bank BUMN, terutama bank syariah perlu hadir memberi bantuan permodalan bagi pondok pesantren, untuk mengembangkan Baitul Mal Wat Wamwil di seluruh pondok pesantren. Kehadiran BMT di lingkungan pesantren tak hanya akan mendongkrak kemandirian para santri, kiai dan ustaznya, tapi juga mampu memerangi praktik rentenir di lingkungan sekitar pesantren.

Kementerian Ketenagakerjaan, misalnya, hadir di pesantren dengan mendirikan balai latihan kerja (BLK). Melalui BLK tersebut, para santri dilatih berbagai keterampilan. Jadi, begitu lulus dari pesantren, mereka memiliki keterampilan untuk membuka usaha. Pemerintah juga harus hadir untuk memberi akses bagi para santri agar mendapatkan bantuan permodalan.

 
Melalui BLK tersebut, para santri dilatih berbagai keterampilan. Jadi, begitu lulus dari pesantren, mereka memiliki keterampilan untuk membuka usaha.
 
 

Kementerian UKM dan Koperasi bisa hadir dengan mendorong berdirinya koperasi yang profesional di pesantren. Kementerian Informasi dan Komunikasi bisa hadir dengan memberikan pelatihan-pelatihan terkait teknologi informasi pada era digital.

Kementerian Pertanian membantu pengembangan pertanian di pesantren. Melatih para santri menjadi petani yang profesional. Kementerian Kelautan dan Perikanan juga bisa hadir membantu dalam mengembangkan usaha pesantren di kawasan pesisir.

Kementerian-kementerian lain bisa turut berkontribusi melahirkan para santri usahawan. Ditambah lagi dengan dukungan dunia usaha swasta. Kolaborasi besar berbagai elemen dengan dunia pesantren ini akan melahirkan dampak yang besar bagi kemajuan bangsa.

Lahirnya para santri berjiwa entrepreneurship bukan lagi sekadar harapan, melainkan juga akan menjadi kenyataan. Jika sudah menjadi kenyataan, pasti akan menjadi kekuatan besar bagi kemandirian ekonomi bangsa.

Namun, sekali lagi, untuk mewujudkan itu semua dibutuhkan political will yang kuat dari berbagai elemen. Bukan hanya retorika, melainkan juga benar-benar aksi nyata. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat