
Tajuk
Piala Thomas tanpa Merah Putih
Pemerintah dan seluruh pihak yang terkait harus serius dalam menyelesaikan masalah ini.
Indonesia mencatatkan prestasi dengan berhasil menjuarai Thomas Cup 2021. Kemenangan itu berhasil diraih setelah tim bulu tangkis Indonesia sukses mengalahkan Cina secara telak dengan skor 3-0 di Aarhus, Denmark, Ahad (17/10) malam. Prestasi ini merupakan kemenangan yang sudah lama dinantikan.
Penantian tersebut bukan tanpa alasan karena Piala Thomas terakhir kali dibawa pulang ke Tanah Air pada 19 tahun lalu, yakni tepatnya pada 2002. Ketika itu, Indonesia mengalahkan tim jiran Malaysia dengan skor 3-1 di kejuaraan yang digelar di Guangzhou, Cina.
Selama 19 tahun itu, terakhir kali tim Indonesia menjadi finalis Piala Thomas terjadi pada 2016. Tim Indonesia saat itu harus puas menjadi runner-up setelah kalah dari Denmark dengan skor tipis 2-3. Melihat catatan-catatan itu, dapat kita ketahui bersama bahwa Indonesia telah menanti panjang untuk dapat mengangkat kembali Piala Thomas. Penantian pun terbayar penuh setelah Jonatan Christie mengalahkan Li Shi Feng pada partai ketiga atau tunggal kedua.
Akan tetapi, kegembiraan dan kebanggaan itu sedikit ternoda karena bendera Merah Putih tidak diperbolehkan berkibar pada saat pemberian medali di podium tertinggi Piala Thomas 2021. Alih-alih, bendera Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) yang dikibarkan.
Akan tetapi, jerih payah mereka justru dicederai oleh ketidakmampuan pihak lain mengurus persoalan nonteknis.
Penyebabnya pun bukan karena Indonesia tidak memiliki kualitas, melainkan karena mendapatkan sanksi dari Badan Antidoping Dunia (WADA) yang diberikan pada 7 Oktober 2021. Sanksi diberikan akibat Indonesia dianggap tidak mampu memenuhi rencana jumlah tes doping tahunan.
Ini sungguh hal yang sangat kita sayangkan. Atlet-atlet terbaik di Tanah Air berjuang keras untuk mengharumkan nama Indonesia. Akan tetapi, jerih payah mereka justru dicederai oleh ketidakmampuan pihak lain mengurus persoalan nonteknis.
Terkait ini, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) telah menyampaikan permintaan maaf. Begitu juga, dengan Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI), yang mengakui kesalahan dan menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada Presiden Joko Widodo, serta seluruh masyarakat Indonesia terhadap persoalan antidoping.
Kita semua tentu berpendapat bahwa permintaan maaf ini tidak bisa diterima begitu saja. Apalagi, LADI mengatakan, tidak mampu memenuhi target tes doping tahunan dengan alasan pandemi Covid-19.
Pandemi memang mengganggu seluruh sendi kehidupan kita. Namun, tidak menjadi alasan untuk tidak menjalankan tugas yang memang sudah menjadi pekerjaan rutin. Apalagi, sudah hampir dua tahun kita menjalani kehidupan new normal pada era pandemi. Artinya, kita harus sudah bisa beradaptasi untuk hidup pada era pandemi dan tetap menjaga performa kinerja.
Pandemi memang mengganggu seluruh sendi kehidupan kita. Namun, tidak menjadi alasan untuk tidak menjalankan tugas yang memang sudah menjadi pekerjaan rutin.
Terbukti, para atlet bulu tangkis yang juga ikut merasakan dampak pandemi bisa membuktikan diri. Dengan kemenangan di Piala Thomas, mereka menegaskan bahwa situasi sulit ini tidak menjadi halangan untuk tetap bekerja dengan baik, bahkan berprestasi.
Dari surat klarifikasi Kemenpora kepada WADA, kita juga kemudian bisa mengetahui bahwa LADI berencana untuk mengirim 700 sampel dari rencana tes doping PON ke WADA. Terkait itu, LADI berencana mengambil 300 tes doping pada 2021. Akan tetapi, sayangnya, capaian maksimum tes doping di kuarter pertama dan kedua baru 72 sampel. Capaian ini masih jauh dari angka yang dibutuhkan.
Karena itu, tak cukup hanya dengan permintaan maaf. Pemerintah dan seluruh pihak yang terkait harus serius dalam menyelesaikan masalah ini. Apalagi, ada beberapa agenda kejuaraan internasional lain yang akan digelar di Tanah Air dalam waktu dekat, termasuk di antaranya World Superbike (2022).
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.