Sejumlah aktivis yang tergabung dalam gerakan People Heist melakukan aksi antioligarki nasional di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (5/10). | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Opini

Membangun Masyarakat Meritokrasi

Dua persyaratan utama adalah adanya pemimpin bangsa yang kompeten dan berakhlak mulia serta terbangunnya masyarakat meritokrasi.

ROKHMIN DAHURI, Ketua Dewan Pakar Ikhwanul Mubalighin dan Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Pusat

Seluruh rakyat Indonesia mendambakan terwujudnya kehidupan yang maju, adil-makmur, dan berdaulat. Kita bersyukur, sejak kemerdekaan bangsa Indonesia mengalami kemajuan signifikan hampir di semua bidang kehidupan.

Namun, sudah 76 tahun merdeka, Indonesia hingga kini masih sebagai negara berpendapatan-menengah bawah dengan pendapatan kotor nasional (PKN) per kapita 3.870 dolar AS dan indeks pembangunan manusia (IPM) hanya 0,71.

Padahal, suatu  negara layak dinobatkan sebagai bangsa maju dan makmur, bila PKN-nya lebih dari 12.695 dolar AS per kapita dan IPM-nya di atas 0,80 (Bank Dunia, UNDP, 2021).

Banyak persyaratan, supaya suatu negara keluar dari ‘jebakan negara berpendapatan menengah’.

 
Dua persyaratan utama adalah adanya pemimpin bangsa yang kompeten dan berakhlak mulia serta terbangunnya masyarakat meritokrasi.
 
 

Mulai dari kapasitas iptek dan inovasi tinggi, sampai pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas tujuh persen  per tahun, berkualitas (menyerap banyak tenaga kerja), inklusif (mensejahterakan seluruh rakyat secara adil), ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

Dua persyaratan utama adalah adanya pemimpin bangsa yang kompeten dan berakhlak mulia serta terbangunnya masyarakat meritokrasi.

Allah SWT, memastikan Nabi Muhammad SAW adalah manusia dan pemimpin terbaik sepanjang masa dengan empat akhlak utamanya shidiq (jujur), amanah, fathonah (cerdas dan visioner), dan tabligh (mampu berkomunikasi dan berempati dengan rakyat dengan baik).

Salah satu peran Rasulullah dalam membangun peradaban adalah menjadi sosok inspiratif. Rasulullah menjadi titik sentral masyarakat sosial yang disebut sebagai sahabat saat itu. Penyebutan sahabat sendiri, menjadi inspirasi sepanjang zaman yang bisa kita teladani.

Rasulullah tak memilih sebutan umat, rakyat, atau kaum. Padahal beliau, bukan saja pemimpin agama, tapi juga pemimpin sosial, politik, ekonomi, bahkan pimpinan militer tertinggi. Beliau memilih panggilan sahabat, untuk orang-orang disekelilingnya di masa itu.

 
Rasulullah tak mengandalkan kemampuan beliau. Tapi Rasulullah bersandar pada sumber segala kekuatan, Allah.
 
 

Dan layaknya sahabat, Rasulullah menawarkan persaudaraan, kedekatan, keakraban. Sebab Rasulullah sadar betul, yang sedang dibangun adalah peradaban yang memerlukan ikatan kuat, persatuan tinggi, dan toleransi yang sangat luas.

Layaknya masyarakat, komunitas sosial di zaman itu memiliki latar belakang beragam sekaligus mengakar. Rasulullah tentu saja sosok yang sangat cerdas, bijak, multitalenta dan dengan kemampuan penguasaan segala perikehidupan masyarakat yang tinggi.

Namun, keberhasilan Rasulullah tak terletak pada kemampuan embedded, justru terletak pada menempatkan diri sebagai Al faqir ila Allah. Rasulullah tak mengandalkan kemampuan beliau. Tapi Rasulullah bersandar pada sumber segala kekuatan, Allah.

Segala bentuk kebijakan, amal, keputusan, bahkan ide dan gagasan, Rasulullah bersandar sepenuhnya pada pertolongan Allah. Tidak ada hal lain yang beliau harapkan, dalam memimpin dan menjalankan tata sistem kemasyarakatan, kecuali petunjuk dari Allah.

Setelah datang petunjuk, beliau mengimplementasikan dalam kehidupan dengan kualitas tinggi. Rasulullah berdagang dengan sangat profesional dan mulia, bermuamalah dengan penuh hikmah dan bijaksana.

 
Sistem berbangsa dan bernegara yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memimpin lembaga pemerintahan, legislatif, perusahaan, dan lembaga lainnya berdasarkan pada kompetensi, prestasi, dan akhlak mulia.
 
 

Rasululullah beribadah dengan sangat intens, khusyuk, dan ikhlas. Rasulullah menegakkan keadilan, memberikan manfaat hidup bukan hanya kepada muslim, tetapi kepada seluruh umat manusia dan alam semesta.

Dalam perjalanan sejarah kita kemudian mengenalnya dengan terminologi rahmatan lil alamin. Barangkali, dalam bahasa lebih kekinian kita mengenalnya dengan sebutan masyarakat meritokrasi.

Sebuah sistem sosial yang lahir dan dipimpin dengan orientasi memberikan manfaat dan kebajikan sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat melalui prestasi yang setinggi- tingginya.

Sistem berbangsa dan bernegara yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memimpin lembaga pemerintahan, legislatif, perusahaan, dan lembaga lainnya berdasarkan pada kompetensi, prestasi, dan akhlak mulia.

Bukan atas dasar kedekatan keluarga, keturunan, kepentingan politik, harta, dan atribut kepentingan lainnya.

Melintasi zaman dan segala dimensi ruang. Rasulullah menjadi inspirasi, bukan saja untuk seratus ribu sahabat yang hidup di samping beliau tetapi hamba-hamba Allah lainnya sejagat raya dan sepanjang masa, yang ingin mengikuti akhlaknya.

Selamat memperingati Maulidurrasul 1443 Hijriyah. Semoga kita menjadi pengikut Rasulullah yang meneladani seluruh perilaku beliau; dan berkontribusi signifikan bagi terwujudnya Indonesia yang maju, adil-makmur, dan berdaulat, paling lambat pada 2045. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat