Suasana tribun penonton saat menyaksikan pertandingan bola voli Indoor Putra di GOR Voli Indoor Koya Kosa, Kota Jayapura, Papua Senin (4/10). PON XX Papua digelar pada masa pandemi Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan seperti penggunaan masker, p | Republika/Thoudy Badai

Olahraga

PON XX Papua: Asrama Mahasiswa Jadi Penginapan Nyaman

Tim peliput PON XX Papua juga diperbolehkan mencari hotel sendiri.

OLEH FITRIYANTO

Ada pelipur lara kami yang sempat telantar pada hari pertama di Jayapura, Papua, akibat  miskomunikasi antara bidang akomodasi dan transportasi. Subkoordinator Distribusi Akomodasi PB PON Papua Maximilianus Massang menjemput kami langsung di Hotel Delima, tempat kami menginap.

Dia tampaknya ingin menegaskan komitmen PB PON untuk menyediakan penginapan gratis bagi semua pemilik ID card, termasuk jurnalis peliput PON XX Papua.

Honda HRV warna hitam terparkir di halaman Hotel Delima 30 menit lebih lama dari yang dijanjikan pada pukul 11.00 WIT. Lelaki asal Toraja itu rupanya langsung menjemput kami dengan kendaraan pribadinya. Kami yang sudah siap di lobi hotel langsung bergegas. Tujuannya untuk mencari penginapan karena hotel tempat kami menginap sudah penuh untuk malam berikutnya.

Ada tiga lokasi penginapan yang ditawarkan. Tempat terdekat menjadi pilihan. Ini untuk mengejar waktu liputan agar dekat dari sejumlah venue pertandingan yang sudah dilangsungkan. Wisma Port Numbay ternyata jarak yang terdekat. Maxi yang juga bekerja di dinas pertanian mengatakan, jika penginapan yang ditunjukkan nanti tidak cocok, kami bisa mencari tempat lain. Kami juga diperbolehkan mencari hotel sendiri.

Port Numbay adalah wisma mahasiswa Universitas Cenderawasih. Yang ada di bayangan kami pastinya tempatnya usang dan tidak terawat. Bayangan kamar kecil tanpa pendingin udara dengan kamar mandi kotor menari-nari di pikiran.

Apalagi, beberapa teman sebelumnya menceritakan mendapat kamar yang kurang layak dari PB PON. Sehingga banyak teman jurnalis yang akhirnya pindah dan memilih menyewa rumah warga dengan tarif yang cukup tinggi.

Tidak sampai 30 menit perjalanan, tibalah kami di lokasi yang dituju. Barang diminta tak usah diturunkan, khawatir kami kurang sreg sehingga bisa langsung melihat lokasi penginapan lainnya. Namun, alangkah terkejutnya saya karena saat masuk ke lobi, petugas dengan seragam berlogo Horison menyambut dengan ramah.

Nyesss ... suhu udara dalam ruangan yang dingin menerpa tubuh kami. Hawa panas menyengat udara Jayapura yang dikelilingi pantai langsung hilang. Adem.

Kaki kami langsung dilangkahkan ke kamar tidur dan kamar mandi. Kenyataannya tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya. Yang ada di depan mata adalah kamar dingin nan bersih. Kamar mandi dilengkapi air hangat serta adanya Wi-Fi sebagai kebutuhan utama pekerja media.

Tanpa berpikir dua kali, kami langsung setuju menginap di sana. Semua barang bawaan di mobil pun langsung diturunkan petugas wisma Port Numbay yang berseragam rapi tadi untuk dibawa ke kamar kami masing-masing yang kapasitasnya empat orang.

Rupanya selain membangun venue pertandingan, PB PON juga harus mempersiapkan kamar dalam jumlah besar untuk menampung kedatangan banyak orang. Untuk jurnalis saja lebih dari seribu yang mendaftarkan diri meliput PON Papua.

PB PON tidak mau membangun baru semua kekurangan kamar tersebut. Khawatir seusai ajang multicabor ini bangunan mangkrak karena tak dirawat. Akhirnya sebagian besar kebutuhan kamar tersebut dipenuhi melalui renovasi beberapa wisma mahasiswa, wisma yayasan, hingga barak tentara.

Panpel ingin selain sejarah mencatat pelaksanaan PON XX di Papua, ada juga peninggalan yang bermanfaat untuk seluruh masyarakat setempat. Termasuk menyulap wisma mahasiswa menjadi penginapan dengan fasilitas mumpuni.

Total biaya yang digelontorkan sekitar Rp 200 miliar untuk renovasi wisma mahasiswa, wisma yayasan, dan barak-barak tentara tersebut. Tak mengapa karena nantinya fasilitas-fasilitas ini bisa dimanfaatkan warga setempat. Di Wisma Port Numbay saja ada 2.000 tempat tidur yang bisa digunakan para mahasiswa untuk beristirahat dengan nyaman setelah PON selesai. Renovasi fasilitas yang ada sepertinya sebuah pilihan bijaksana.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat