Ilustrasi Hikmah Hari ini | Republika

Hikmah

Tarbiyah Ilahiyah

Tarbiyah ilahiyah mesti tersemai dan subur dalam diri kita secara bersamaan dan berimbang.

Oleh Hasan Basri Tanjung

OLEH HASAN BASRI TANJUNG 

Sejatinya, Bumi yang terhampar luas diciptakan Allah SWT untuk kesejahteraan umat manusia. Selain menjadi khalifah, manusia juga mengemban tugas mulia, yakni beribadah (QS az-Zariyat[51]:56), dan memakmurkan alam (QS Hud[11]:61). Sebab, semua makhluk bertasbih dan bergerak sesuai ketentuan Ilahi, sekaligus menjadi pelajaran bagi orang-orang yang berpikir. (QS Ali Imran[3]:190).

Dalam menjalani tugas pengabdian, manusia dibekali perangkat lunak berupa naluri (insting), akal pikiran dan hati agar mampu memahami segala kejadian dan mengelola sumber daya alam. Namun, perangkat tersebut belum memadai, sehingga Allah SWT menurunkan agama Islam sebagai petunjuk jalan yang benar disertai panduannya dalam Alquran. (QS Ali Imran[3]: 138).

Petunjuk (ayat-ayat Allah) yang terhampar dan tersirat di alam semesta (ayat kauniyah) akan terus berubah dan berkembang sepanjang zaman. Sementara itu, yang terurai dan tersurat dalam Kitab Suci (ayat qauliyah) tidak akan berubah sedikit pun sampai akhir zaman.

Walaupun secara tekstual tidak berubah, kontekstualnya selalu relevan dan melampaui zaman. Petunjuk dan pengajaran Allah SWT dalam ayat-ayat tersebut dinamai tarbiyah ilahiyah yang gambarannya hidup ada pada keteladanan Nabi Muhammad SAW. (QS al-Ahzab[33:21).

Dalam kajian Tafsir ”Showatut Tafasir” karya Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Prof KH Didin Hafidhuddin menjelaskan, tarbiyah ilahiyah mesti dijadikan model dalam pendidikan Islam, yakni;

Pertama, tarbiyah khuluqiyah (pendidikan akhlak). Model ini menjadi isyarat bahwa pendidikan akhlak harus lebih dahulu ditanamkan sebelum ilmu pengetahuan. Akhlak karimah hanya tumbuh dari hati yang beriman dan takwa kepada Allah SWT (QS al-Mukminun [23]: 1-11]. Konsitensi menjalankan ibadah akan melahirkan akhlak karimah dalam keseharian.

Prof Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar mengatakan, kemenangan pada ayat di atas dapat diraih jika menjaga enam syarat, yakni sembahyang yang khusyuk, membenteng pribadi, pembersihan jiwa, kelamin dan rumah tangga, tugas dan janji serta kembali ke sembahyang. 

Kedua, tarbiyah khalqiyah (pendidikan jasmani). Setelah diajarkan pendidikan akhlak, kemudian Allah SWT mengarahkan kita untuk memahami proses penciptaan manusia mulai dari saripati tanah, setetes air mani, segumpal darah dan daging, lalu menjadi tulang yang dibungkus daging hingga menjadi bentuk yang lain. (QS al-Mukminun [23]: 12-14). Hatta, pada usia empat bulan ditiupkan ruh dan ditentukan rezeki dan pencapaiannya (HR Bukhari). 

Tarbiyah khalqiyah memberikan pelajaran bahwa setiap perjuangan dalam pendidikan dan dakwah (amar makruf dan nahi mungkar) tidak bisa instan. Akan tetapi, membutuhkan proses panjang dan tahapan yang berkelanjutan.

Akhirnya, tarbiyah ilahiyah mesti tersemai dan subur dalam diri kita secara bersamaan dan berimbang. Baginda Nabi SAW mengajarkan doa saat becermin. “Allahumma ahsanta khalqi fa hassin khuluqi”, (Ya Allah, Engkau telah perindah penciptaanku (jasmani), maka perindah pula akhlakku (HR Ahmad). Kiranya, akan lahir pribadi yang beriman dan bertakwa serta berhias akhlak mulia.

Allahu a’lam bish-shaawab.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat