Bendera negara-negara G-20. | istimewa

Opini

Presidensi G-20 dan Restorasi Ekonomi Global

G-20 berkontribusi dan jadi bagian solusi atas restorasi ekonomi global.

REMON SAMORAAnalis Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

“Jika ingin berjalan cepat, berjalanlah sendiri. Jika ingin berjalan jauh, berjalanlah bersama”. Kalimat bijak ini, selaras dengan misi Indonesia pada Presidensi G-20 tahun depan.

Mengusung tema ‘Recover Together, Recover Stronger’, Indonesia seolah ingin menyampaikan pesan penting. Kepemimpinan kolektif global harus dikedepankan untuk menciptakan pemulihan ekonomi dunia yang merata dan seimbang.

Pemilihan tema pemulihan ekonomi global dinilai tepat. Gelombang pandemi Covid-19 menghantam perekonomian semua negara. Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut, pertumbuhan ekonomi dunia 2020 anjlok menjadi negatif 3,3 persen.

Nasib serupa menimpa Indonesia. Pertumbuhan ekonomi domestik mengalami kontraksi 2,07 persen. Optimisme restorasi perekonomian global patut disematkan pascamenjalani fase kelam tahun lalu.

Dalam laporan bertajuk World Economic Outlook edisi Juli 2021, pertumbuhan ekonomi global pada 2021 diproyeksikan 6,0 persen. Senada dengan kinerja di tingkat global, pemulihan ekonomi juga sedang berlangsung di dalam negeri.

Bank Indonesia memprakirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini pada kisaran 3,5-4,3 persen. Dari sisi substansi, topik pemulihan ekonomi global sejatinya sejalan dengan tujuan lahirnya forum G-20, 22 tahun silam.

 
Kepemimpinan kolektif global harus dikedepankan untuk menciptakan pemulihan ekonomi dunia yang merata dan seimbang.
 
 

Pada awalnya, kelompok 20 negara dengan ekonomi terbesar dunia ini dibentuk untuk mengatasi dampak krisis ekonomi Asia 1997-1998. Kala itu, sidang pembahasan hanya diperuntukkan bagi menteri keuangan dan gubernur bank sentral untuk merumuskan respons kebijakan bersama.

Fenomena krisis keuangan global 2008, tak luput dari pembahasan forum G-20 satu dekade berselang. Pada tahun inilah, eksistensi G-20 menemukan titik balik. Pertemuan kepala negara G-20 di konferensi tingkat tinggi (KTT) berhasil dinisiasi untuk pertama kalinya.

Alhasil, peristiwa ini semakin memperkuat relevansi G-20 sebagai forum ekonomi utama dunia. Lanskap keuangan global turut berubah sejak saat itu.

Forum G-20 sukses mengorkestrasi paket stimulus fiskal dan moneter dalam skala masif untuk menanggulangi imbas krisis keuangan global 2008. Dana insentif fiskal sebesar dua persen dari produk domestik bruto (PDB) digelontorkan negara-negara anggota. Tak ketinggalan, kebijakan rekapitalisasi perbankan dan restrukturisasi aset bermasalah yang menelan biaya mencapai 2-5 triliun dolar AS.

Forum G-20 juga ikut berkontribusi dalam penanganan krisis ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Sejumlah inisiatif G-20 dijalankan.Di antaranya, penangguhan pembayaran utang luar negeri bagi negara berpenghasilan rendah, injeksi dana pengendalian Covid-19 lebih dari 5 triliun dolar AS, serta penurunan bea dan pajak impor vaksin, alat medis, dan obat-obatan.

 
Peran sebagai tuan rumah KTT G-20 menjadi simbol pengakuan atas pentingnya posisi Indonesia di kancah internasional. 
 
 

Kesempatan emas

Indonesia tentu tak boleh melewatkan kesempatan emas ini. Peran sebagai tuan rumah KTT G-20 menjadi simbol pengakuan atas pentingnya posisi Indonesia di kancah internasional.

Momentum langka ini harus dimanfaatkan. Kapasitas menakhodai pembahasan pemulihan ekonomi global wajib ditonjolkan. Apalagi G-20 merepresentasikan 60 persen populasi dunia, 80 persen PDB global, dan 75 persen perdagangan internasional.

Kesepakatan dalam ajang strategis ini niscaya menentukan arah kebijakan ekonomi dunia ke depan. Sebagai tuan rumah KTT G-20, Indonesia memiliki andil signifikan dalam menyuarakan kepentingan masyarakat dunia dan nasional.

Lagi pula, Indonesia mempunyai hak istimewa menginisiasi agenda pembahasan.

Isu-isu kontemporer seperti mendorong produktivitas, stabilitas sistem keuangan dan makroekonomi, serta pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan ditengarai masih mewarnai subjek diskusi pada forum G-20 tahun depan.

Dalam konteks kekinian, topik akselerasi program vaksinasi Covid-19 diyakini menjadi diskusi hangat sepanjang perhelatan berlangsung. Ini tekntu tak mengejutkan. Vaksin Covid-19 merupakan game changer pemulihan ekonomi global.

 
Di bawah Presidensi Indonesia tahun depan, penduduk dunia menyelipkan harapan tunggal.
 
 

Semakin cepat kekebalan kelompok terbentuk, semakin cepat pula perekonomian sebuah negara berangsur pulih. Selayaknya, akses pintu mendapatkan vaksin Covid-19 dibuka selebar-lebarnya. Meski demikian, harus diakui upaya ini bukan perkara mudah.

Setiap negara berlomba-lomba mengamankan kebutuhan stok vaksinnya masing-masing. Bentrok kepentingan antara ego blok negara maju dengan aspirasi blok negara berkembang, berpotensi meruncing tajam.

Pada titik inilah, Indonesia wajib memosisikan dirinya sebagai mediator independen. Prinsip "no one left behind" harus dijunjung tinggi sebagai landasan utama sinergitas kedua kelompok negara.

Tidak ada satu pun negara yang benar-benar pulih sampai semua negara mengalaminya bersama-sama. Hanya dengan semangat inilah laju pemulihan ekonomi global yang inklusif akan terwujud.

Kemampuan Indonesia sebagai komando acara bergengsi sekelas G-20 jelas tak perlu diragukan. Di bawah Presidensi Indonesia tahun depan, penduduk dunia menyelipkan harapan tunggal. G-20 berkontribusi dan jadi bagian solusi atas restorasi ekonomi global.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat