Sejumlah pekerja migran Indonesia (PMI) berolahraga saat menjalani isolasi di Mess Karantina Kesehatan Pelabuhan di Perbatasan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Rabu (8/9/2021). Pemeriksaan WGS dari para pekerja migran sedang dilakukan Unair. | ANTARA FOTO/Agus Alfian/jhw/rwa.

Nasional

Kasus Covid-19 Pekerja Migran Diteliti

Pemeriksaan WGS dari para pekerja migran sedang dilakukan Unair.

SURABAYA – Sebanyak 78 sampel pasien Covid-19 di Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya dikirim ke laboratorium untuk diteliti. Sampel tersebut berasal dari pasien pekerja migran Indonesia (PMI) yang baru pulang ke kampung halaman dan diketahui memiliki CT value relatif rendah.

Penanggung Jawab RSLI Surabaya, Laksamana Pertama Ahmad Samsulhadi mengatakan, dari 148 pasien Covid-19 yang dirawat di RSLI, 122 orang di antaranya pekerja migran yang kembali dari perantauan. Karena PMI berpotensi besar membawa varian baru, begitu masuk RSLI mereka biasanya langsung diukur CT value-nya.

Sesuai instruksi Kemenkes, kata Samsul, pasien dengan CT value di bawah 25 sampelnya harus dikirim ke laboratorium untuk dilakukan penelitian terkait kemungkinan terpapar varian baru atau tidak. “Sebanyak 78 (sampel yang dikirim ke laboratorium) itu kumpulan sampel dari awal Mei 2021,” ujar Samsul di Surabaya, Jumat (10/9).

Samsul menjelaskan, sejak awal Mei 2021, sebanyak 78 sampel pasien Covid-19 PMI telah dikirim ke laboratorium untuk diteliti terkait kemungkinan terpapar varian baru. Kesemua sampel yang dikirim berasal dari pasien Covid-19 PMI dengan CT value di bawah 15 dengan kondisi klinis tertentu.

photo
Sejumlah pekerja migran Indonesia (PMI) berolahraga saat menjalani isolasi di Mess Karantina Kesehatan Pelabuhan di Perbatasan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Rabu (8/9/2021). Sebanyak 40 PMI yang terkonfirmasi Covid-19 setelah kembali dari Malaysia melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong tersebut menjalani isolasi selama 15 hari di tempat itu dan diawasi oleh Satgas Penanganan Covid-19 bersama TNI. - ( ANTARA FOTO/Agus Alfian/jhw/rwa.)

“Kalau ngikutin anjuran Kemenkes, sebenarnya harusnya CT value di bawah 25, tapi jumlahnya mencapai 879 orang. Karena laboratorium sangat terbatas, kita pilih lagi CT value-nya di bawah 15 dengan kondisi klinis tertentu,” ujar Samsul.

Samsul menegaskan, pihaknya tidak mempunyai kewenangan untuk mengumumkan ada atau tidaknya pasien yang terpapar Covid-19 varian baru. Yang boleh mengumumkan temuan Covid-19 varian baru adalah pihak laboratorium. “Kita hanya selalu waspada angka (CT value) ekstrem itu,” ujar Samsul.

Dokter Penanggung Jawab Pelayanan RSLI Surabaya, Fauqa Arinil Aulia, menjelaskan terkait hebohnya temuan pasien Covid-19 yang memiliki nilai CT value 1,8. Rendah atau tingginya nilai CT value pasien Covid-19 bisa dipengaruhi alat dan metode PCR.

Fauqa menjelaskan, ada beberapa jenis tes PCR, seperti RT-PCR (reverse transcription PCR) dan iiPCR (insulated isothermal PCR). Teknik spesifik yang digunakan pada kedua pemeriksaan ini berbeda. RT-PCR temperatur yang digunakan pada proses amplifikasi gen target bersiklus-siklus. Sementara iiPCR temperaturnya cenderung konstan (isothermal).

Menurut dia, sampel PMI yang memiliki nilai CT value 1,8 tersebut karena diperiksa menggunakan metode iiPCR. Jika CT value mereka senilai 1,8 pada metode iiPCR, kemudian dikonversi dalam satuan yang ada pada metode RT-PCR, hasilnya berada di angka 20 ke bawah.

“Jadi 1,8 itu bukan CT value. Itu index ratio. Kalau di bawah 1,1 itu negatif, kalau 1,8 itu positif, makanya kami terima di sini. Berikutnya monitoring dengan alat di sini,” kata dia.

Juru Bicara Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, CT value tidak bisa menggambarkan mutasi varian baru Covid-19. CT value atau cycle threshold value, kata dia, adalah suatu nilai yang muncul dalam pemeriksaan PCR. CT value PCR berfungsi untuk menentukan status apakah seseorang positif atau negatif terkait infeksi virus Covid-19.

Perihal mutasi varian Covid-19, lanjut Nadia, hanya bisa dipastikan dengan melakukan whole genome sequencing (WGS). Ihwal dugaan varian baru di Surabaya, Nadia akan menunggu hasil pemeriksaan WGS yang dilakukan di laboratorium dan sequencing yang dilakukan oleh Universitas Airlangga.

“Sampai saat ini kita belum mendeteksi adanya varian Mu. Tetapi penting adalah kita melakukan pengetatan dan pengawasan dan tentunya pengetatan dan pengawasan di bandara ini bukan hanya pintu masuk di Jakarta, tapi juga pintu masuk perjalanan internasional di beberapa provinsi lainnya,” ujar Nadia.

Isyarat Varian Dalam Negeri

Mutasi virus adalah keniscayaan ketika penularan terus terjadi. Munculnya virus korona varian Alfa asal Inggris, Beta asal Afrika Selatan, Gamma asal Brasil, dan Delta asal India, adalah bukti atau legitimasi dari teori-teori itu. Lantas, apakah ada varian baru yang hasil mutasi dari proses penularan yang terjadi di Indonesia?

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, ancaman varian baru virus Covid-19 tidak hanya dari luar, tetapi juga dari dalam negeri. “Selama virus masih ada dan beredar di masyarakat, ancaman varian baru tidak hanya berasal dari luar Indonesia, tapi dapat pula terbentuk di dalam negara kita,” ujar Wiku dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (10/9).

Pemerintah kini berupaya menekan angka kasus Covid-19 di Tanah Air untuk mencegah penularan Covid-19 dan mutasi dari virusnya. Sebab, semakin rendah penularan Covid-19, akan semakin kecil pula kemungkinan virus mengalami perubahan menjadi varian baru.

“Mayoritas hanya mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan terhadap karakteristik virus, tapi beberapa di antaranya mempengaruhi karakteristik dari virus tersebut,” ujar Wiku.

Dalam proses perubahan karakteristik itu, banyak yang justru merugikan virus dan membuatnya tidak mampu bertahan. Namun demikian, terdapat pula kemungkinan sebagian kecil perubahan yang menguntungkan bagi virus, sehingga karakteristik virus dapat berubah ke arah yang berisiko.

“Misalnya, kemudahan virus menyebar, pengaruhnya terhadap keparahan gejala yang ditimbulkan ataupun pengaruhnya terhadap vaksin, obat-obatan, metode terapi, alat diagnostik, dan intervensi pencegahan lainnya,” ujar Wiku.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) membagi jenis varian virus Covid-19, yakni variant of concern (VOC) atau varian yang menjadi perhatian dan variant of interest (VOI) yaitu varian yang diamati. Varian yang termasuk dalam VOC, yakni yang sudah terbukti mengalami perubahan karakteristik seperti lebih menular, meningkatkan keparahan gejala, menurunkan efektivitas kekebalan tubuh, menurunkan akurasi alat diagnostik atau menurunkan efektivitas obat dan terapi.

Varian yang masuk kategori VOC, yakni varian Alfa, Beta, Gamma, dan Delta. Sedangkan untuk varian yang diamati, per hari ini terdapat lima jenis varian yaitu Eta, Iota, Kappa, Lambda dan Mu.

“Sehingga respons yang tepat dalam menghadapi keberadaan varian VOI ini ialah terus memantau perkembangan informasi dari WHO,” ujar dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat