Dewa Putu Adhi memeluk Islam sejak 2017 lalu. | DOK IST

Oase

Kesaksian Dewa Putu Adhi: Islam Agama Universal

Dewa Putu Ardhi tertarik pada sebuah video yang menjelaskan Islam merupakan agama universal.

OLEH RATNA AJENG TEJOMUKTI

 

 

Bagi Dewa Putu Adhi, keputusannya untuk beriman dan berislam tidak terjadi secara seketika. Mualaf tersebut menuturkan, dia memeluk Islam pada 2017 lalu. Dan, jauh sebelumnya ia telah mendalami berbagai aspek tentang agama ini. Pendalaman itu dilakukannya hingga lima tahun.

Kepada Republika, lelaki yang kini berusia 39 tahun itu menceritakan kisahnya. Ia pertama kali tertarik mempelajari Islam sesudah membaca sebuah buku karya Fait Parkas, Kalki Awatara. Pengarang pustaka itu merupakan seorang profesor yang beragama Hindu. Di India, Parkas telah mendirikan sekolah yang dinamakan Kampus Hindu.

Dalam Kalki Awatara, terdapat perbandingan yang mendetail antara ajaran Islam dan agama lain—yakni yang mayoritas dipeluk penduduk India. Dewa mengenang, buku tersebut juga memuat pelbagai narasi tentang seorang tokoh agama. Kalau penjabaran Parkas itu dibaca dengan saksama, menurutnya, sosok yang dimaksud memiliki ciri-ciri seperti halnya Nabi Muhammad SAW, sang pembawa risalah Islam.

“Di dalam buku yang saya baca, yakni karangan Fait Parkas itu, menjelaskan bahwa justru mereka yang menganut agama mayoritas di negaranya itu (India) haruslah menjadi Muslim,” ujar dia kepada Republika, beberapa waktu lalu.

Tidak hanya senang dengan buku karya Prof Parkas. Dewa juga gemar menonton video-video diskusi yang menghadirkan Dr Zakir Naik. Walaupun saat itu dia belum menjadi mualaf, gaya tutur dan pesan yang disampaikan mubaligh itu menarik perhatiannya. Menurutnya, banyak pelajaran yang bisa diambil dari dakwah tersebut.

Dalam sebuah video, Zakir Naik menjelaskan, Islam merupakan agama yang universal. Nabi yang menyebarkannya adalah Rasulullah Muhammad SAW. Di wilayah mana pun di muka bumi, semua Muslimin mengakui bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah.

 
Tidak hanya senang dengan buku karya Prof Parkas. Dewa juga gemar menonton video-video diskusi yang menghadirkan Dr Zakir Naik.
 
 

Alquran adalah kitab suci yang dibaca dan diamalkan oleh Muslimin. Di manapun mereka tinggal, teks Alquran selalu sama. Dari zaman ke zaman, tidak berubah satu huruf pun.

Keuniversalan Islam juga tampak dari ritual yang dijalankan umatnya. Di mana pun Anda berada, ibadah shalat haruslah menghadap ke arah kiblat, yakni Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. Dan, minimal lima kali sehari seorang Muslim harus mendirikan shalat.

“Katanya (Dr Zakir Naik), setiap Muslim wajib untuk shalat Subuh, Zhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Waktunya pun selalu tetap, disesuaikan dengan pergerakan matahari,” ucapnya mengenang.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Dewa Putu Adhi (dewaputuadhi)

Saat itu, lanjut Dewa, dia melihat adakah keuniversalan pada agama yang sedang dianutnya. Ternyata, menurutnya, ajaran di satu tempat akan berbeda di tempat lain. Ini pula yang menggoyahkan keyakinannya pada agamanya itu—yang dipeluknya sebelum menjadi mualaf.

Dewa kemudian secara intens mendalami Islam dari beragam sumber. Kali ini, dia masih mengandalkan konten-konten dari internet. Ia pun menonton dakwah yang disampaikan sejumlah dai terkenal, semisal Ustaz Adi Hidayat dan Habib Bahar.

Walaupun belum resmi menjadi mualaf, kenangnya, ada kepuasan tersendiri saat menyimak pemaparan dari para ustaz tersebut. Dari dakwah yang mereka sampaikan, ia merasa tercerahkan dan kian tertarik untuk mendalami Islam.

 
Walaupun belum resmi menjadi mualaf, ada kepuasan tersendiri saat menyimak pemaparan dari para ustaz
 
 

Bahkan, pria yang pernah berkecimpung di dunia musik ini juga mulai belajar shalat dan membaca Alquran. Perkara yang terakhir itu cukup sukar, tetapi dirinya pantang menyerah. Memang, tidak pernah sebelumnya ia berbahasa Arab, baik lisan maupun tulisan. Karena itulah bahasa Alquran, pastilah harus untuk menguasai—sebisa mungkin—bahasa Arab.

Pada titik ini, Dewa mulai rajin mengikuti kajian-kajian keislaman secara langsung. Ia mencari informasi tentang majelis-majelis taklim, termasuk yang mengadakan kegiatan diskusi akidah. Jamaah pun menerima dengan baik walaupun saat itu lelaki ini masih berstatus non-Muslim.

Dengan bimbingan sejumlah ustaz, Dewa lalu berlatih membaca Alquran. Dimulai dari mengkhatamkan buku Iqra, sejak jilid pertama hingga akhir. Syukurlah, dari waktu ke waktu dirinya kian fasih melafalkan surah-surah, khususnya yang termaktub dalam Juz 30.

Ia merasa dimudahkan oleh Allah SWT dalam mempelajari akidah Islam selama lima tahun. Ya sebelum berikrar syahadat, proses belajar itu dilaluinya. Akhirnya, tepat pada 21 Juli 2017 di sebuah masjid di Bekasi, Jawa Barat, dirinya mengucapkan dua kalima tauhid: “Asyhaduan Laa Ilaaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah.” Resmilah Dewa menjadi seorang Muslim.

photo
Sebelum memutuskan untuk berhijrah, Dewa Putu Adhi, seorang mualaf, pernah aktif di dunia musik. - (DOK IST)

Ujian hidup

Dari seorang ustaz, Dewa mendapatkan petuah. Dalam Alquran dijelaskan, seorang Mukmin akan mendapatkan berbagai ujian dari Allah SWT. Dan, itu adalah tanda perhatian dan sayang-Nya. Dengan itu, seseorang akan teruji kadar keimanan dan ketakwaannya.

Sejak berstatus Muslim, Dewa merasakan ada banyak ujian yang dihadapinya. Terlebih lagi, semenjak dirinya memutuskan untuk hijrah, yakni meninggalkan pola hidup yang menjurus perkara-perkara syubhat—apatah lagi haram—untuk menuju jalan yang diridhai-Nya.

Dimulai dari pekerjaan. Profesinya selama ini dekat dengan hal-hal yang dilarang agama, semisal minuman keras. Maka semua itu ditinggalkannya. “Niat saya untuk mencari rezeki yang berkah. Lalu, Allah mengambil seluruh harta benda saya, yang saya dapat dari pekerjaan sebelumnya itu. Hidup saya seperti dari titik nol lagi,” ujar Dewa.

Dalam kondisi demikian, ia tetap bertawakal. Sejak menjadi mualaf, ia dipertemukan dengan seorang perempuan yang kemudian dinikahinya. Pasangan suami-istri itu dikaruniai buah hati.

 
Niat saya untuk mencari rezeki yang berkah. Lalu, Allah mengambil seluruh harta benda saya, yang saya dapat dari pekerjaan sebelumnya.
 
 

Ia ingat, saat istrinya sedang hamil anak kedua. Waktu itu, dia tidak memiliki biaya persalinan. Uang yang dimilikinya hanya tersisa sekitar Rp 26 ribu.

Dewa kemudian berusaha untuk meminjam uang kepada rekan-rekannya. Namun tak ada satupun yang mau membantunya. Sebagai orang yang baru memeluk Islam, Dewa tidak ingin terkesan mengemis. Sebab, itu akan menimbulkan kesan buruk pada kalangan mualaf.

Dalam sebuah majelis, ia lalu bertanya kepada Ustaz Khalid Basalamah. Dimintanya amalan-amalan agar kesulitan hidupnya dipermudah oleh Allah. Sang ustaz menjelaskan, setiap manusia tidak ditugaskan untuk mencari jalan keluar. Tugas manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya.

Maka Dewa pun meningkatkan ibadahnya, baik yang wajib maupun sunah. Dalam setiap zikir, hatinya terus mantap bahwa Allah pasti akan menolong hamba-hamba-Nya. Di rumah sakit, pada hari bersalin ia shalat dengan khusyuk di mushala setempat.

Usai melaksanakan shalat, Dewa kembali ke kamar tempat istrinya berada. Tiba-tiba, datanglah seorang kawannya yang juga mualaf. Setelah menanyakan kabar dan mengobrol, temannya itu lalu bersedia melunasi seluruh biaya persalinan di rumah sakit. Dewa mengucapkan hamdalah. Apalagi, dia kemudian mengetahui bahwa bayinya telah lahir. Buah hatinya itu sehat walafiat, begitu pula dengan istri tercinta.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Dewa Putu Adhi (dewaputuadhi)

Ikut berdakwah

Dewa bersyukur ke hadirat Allah Ta’ala. Menurutnya, Allah telah menempatkannya dalam lingkungan yang baik, dengan para sahabat yang baik pula. Bersama mereka, ia kerap menghabiskan waktu di jalan dakwah, menyampaikan syiar Islam.

Dalam salah satu kesempatan, Dewa ikut program dakwah ke rumah tahanan. Salah satu lembaga pemasyarakatan yang jadi sasaran dakwah ialah Lapas Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat. “Saya pikir akan kesulitan karena jamaah yang, kita ketahui, adalah narapidana dengan berbagai kasus. Ternyata, semua berjalan lancar,” katanya mengingat momen itu.

Ia mengenang, ceramahnya di masjid setempat dihadiri banyak penghuni lapas. Mereka seluruhnya fokus mendengarkan. Kalapas saat itu sempat mengaku heran. Sebab, para narapidana tidak pernah seantusias ini sebelumnya saat menghadiri kajian keagamaan.

 
Ia mengenang, ceramahnya di masjid setempat dihadiri banyak penghuni lapas. Mereka seluruhnya fokus mendengarkan.
 
 

Mereka hanya duduk di pojok-pojok masjid. Atau mendengar acuh tak acuh. Menurut Dewa, mungkin karena penampilannya yang mirip dengan mereka. Atau, bahwa ia pernah berada dalam dunia yang sama dengan orang-orang tersebut.

Ada satu cerita yang berkesan. Usai ceramah, seorang narapidana—sebut saja bernama Adam—mendekatinya. Narapidana tersebut telah divonis hukuman mati oleh majelis hakim. Kepadanya, Adam mengungkapkan bahwa sebelum menghadiri majelis, dia hobi berkeluh kesah. Penghuni lapas ini mengira, apa pun yang dilakukannya akan sia-sia belaka. Sebab, toh sebentar lagi akan dieksekusi mati.

Sesudah menyimak tausiyah Dewa, Adam tersadar. Ternyata, sekecil apa pun yang dilakukannya di dunia akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Dan, seperti disampaikan dalam Alquran, Allah Maha penerima tobat. Karena itu, jangan berputus asa dari rahmat dan kasih sayang-Nya.

Kini, Dewa dipercaya sebagai salah satu penceramah yang rutin mengisi kajian di lapas seluruh Indonesia. Tentu ada tantangan tersendiri ketika berdakwah di berbagai daerah.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat