Asma Nadia | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Menulis, Peluang Baru di Masa Pandemi

Ternyata penghasilan penulis berpotensi meningkat drastis setelah pandemi Covid.

Oleh ASMA NADIA

OLEH ASMA NADIA

Sekitar seratus toko buku tutup selama pandemi. Dunia penerbitan dan perbukuan tiarap, terimbas hebat --sama seperti bidang usaha lain. Maka kabar-kabar sederhana berikut terasa lebih istimewa dan membahagiakan.

Pengirimnya mereka dari berbagai usia dan daerah, yang awalnya karena keadaan, ‘terpaksa’ menulis. “Alhamduillah, dari menulis saya bisa membelikan kursi roda untuk ibu saya.” ujar seorang di antaranya.

“Saya, suami dan keempat anak terpapar Covid-19. Kami harus isolasi mandiri dan istirahat total selama 14 hari. Akibat penyakit ini suami juga kehilangan pekerjaan. Usai isoman saya langsung menulis untuk menutup kebutuhan sehari-hari. Alhamdulillah kami bisa bertahan hidup sambil menunggu suami mendapat pekerjaan kembali.”

“Pertama kali bisa kurban sapi, masya Allah!”

“Sebenarnya awal menulis saya hanya ingin mendapat penghasilan untuk tabungan pribadi, tapi selama pandemi cicilan mobil menunggak dua bulan. Alhamdulillah bulan lalu dari menulis saya mendapatkan uang lebih dari cukup untuk membayar cicilan mobil selama dua bulan itu.”

 

 
Alhamdulillah. Rasa syukur mereka menulari saya dan teman-teman dari Komunitas Bisa Menulis (KBM), grup di satu media sosial yang saya dirikan bersama suami bertahun lalu. Dari semula KBM memang menjadi ranah membaca dan menulis. 
 
 

 

“Saya terjebak riba yang nilainya dua kali dari gaji suami. Sementara omzet berdagang di rumah selama pandemi menurun drastis. Akhirnya saya bisa menyelesaikan utang dari menulis.”

“Setelah aktif menulis selama setahun, bisa beli mesin cuci buat mertua, emak minta TV baru -- bisa kebeli, sama tanah sepetak di Jawa. Terharu banget.”

Alhamdulillah. Rasa syukur mereka menulari saya dan teman-teman dari Komunitas Bisa Menulis (KBM), grup di satu media sosial yang saya dirikan bersama suami bertahun lalu. Dari semula KBM memang menjadi ranah membaca dan menulis. 

Dari iseng-iseng, benefit-nya terasa sekali khususnya setelah wabah merebak. Secara ekonomi, memang nyaris tidak satu pun pihak yang tak terpengaruh. Namun, sebagaimana janji Allah, selalu ada kemudahan yang mengiringi setiap kesulitan.

Termasuk pandemi yang meluluhlantakkan semua. Sejatinya pandemi identik kesulitan, kekurangan, kehilangan penghasilan. Benar. Namun, beberapa  pihak ternyata mampu mengolah kesempatan. Maka pandemi juga berarti peluang baru.

Berbagai perusahaan besar berlomba menyediakan masker, hand sanitizer, air purifier, penyedia tabung dan isi ulang oksigen. Tak sedikit perusahaan kosmetik banting setir mengisi ceruk kebutuhan kelengkapan kesehatan dan kebersihan terkait pandemi.

 
Namun tersamar di antara ingar bingar dunia usaha lain dan masih belum banyak diketahui, ternyata penghasilan penulis berpotensi meningkat drastis setelah korona.
 
 

Namun tersamar di antara ingar bingar dunia usaha lain dan masih belum banyak diketahui, ternyata penghasilan penulis berpotensi meningkat drastis setelah korona.

Peluang lebih terbuka, uniknya bukan bagi penulis buku konvensional, melainkan penulis untuk mengisi cerita bersambung (cerbung) secara berkala di aplikasi kepenulisan.

Barangkali karena banyak  masyarakat  memutuskan di rumah saja, atau bekerja dari rumah, kian banyak pembaca beralih dari menikmati buku fisik ke buku digital. Jika dulu mereka memburu novel, kini cerbung digital ramai dicari.

Penulis diuntungkan sebab bisa menjual per bagian tanpa menunggu cerita selesai. Penulis di platform kepenulisan, merilis bab awal sampai tamat. Meski proses kreatif masih berlangsung, penulis bisa menuai pendapatan dari pembaca yang membuka kunci bab berbayar.

Kegemaran membaca novel digital menjadi tren baru di antara pembaca dan juga penulis usia remaja hingga ibu rumah tangga. Dan yang menakjubkan, penghasilan mereka bisa berlipat-lipat dari penulis senior yang secara nama lebih dikenal luas.  

Penghasilan bulanan penulis di aplikasi bisa mencapai puluhan juta bahkan lebih dari seratus juta jika tulisan mereka meledak. Nominal yang dicapai per bulan bahkan melampaui royalti kebanyakan penulis selama setahun atau bertahun lamanya, di Tanah Air.

 
Penghasilan bulanan penulis di aplikasi bisa mencapai puluhan juta bahkan lebih dari seratus juta jika tulisan mereka meledak.
 
 

Di sisi lain tak banyak tuntutan dari pembaca cerbung digital.  Berbeda dengan penulis buku konvensional yang harus melewati standar penerbit yang superketat, pembaca buku digital bisa menerima kesalahan minor bahkan mayor dari penulisnya. 

Barangkali karena sama  seperti industri digital lain, peminat  buku digital lebih membutuhkan kecepatan penulis daripada kesempurnaan karya. Asal cepat rilis, mereka masih bisa menoleransi kesalahan minor.  

Ini pekerjaan rumah lain yang semoga disadari para penulis platform yang sebenarnya secara kualitas sebagian besar masih jauh dari standar hingga mereka terus memperbaiki diri dan meningkatkan keterampilan.

Saya jadi teringat saat Elon Musk memperagakan mobil terbarunya yang mempunyai kaca antipeluru. Bagaimana sosoknya tidak terpengaruh dan terkesan santai, meski kaca pecah ketika uji coba. Terbukti, pembeli tetap mengantre memiliki mobil tersebut.

Kesempurnaan penting tetapi ternyata tidak bagi semua orang. Atau kepercayaan dan rasa suka membuat sebagian pihak bisa memaafkan kekurangan kecil.

Kabar gembira terkait menulis di platform kepenulisan ini barangkali bisa menjadi motivasi bagi siapa saja yang sedang mencoba mencari alternatif penghasilan. Dengan peluang besar dan tuntutan sedikit, seharusnya  menulis di aplikasi digital menjadi peluang menggiurkan bahkan bagi mereka yang awalnya merasa terpaksa.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat