Pemanfaatan aplikasi mobile (ilustrasi) | Dok Gojek Indonesia

Inovasi

Gig Economy, Tak Semenggebu yang Dulu

Platform daring harus memberikan perlindungan pekerjaan dasar kepada para mitranya.

Di awal booming-nya aplikasi mobile, lebih kurang lima tahun lalu, istilah economy sharing atau gig economy pun ikut berkibar. Dilansir dari Khaleej Times, menurut definisi umum, gig economy adalah pasar besar di mana organisasi atau bisnis memekerjakan pekerja independen untuk komitmen jangka pendek.

Di era digital, istilah konsep gig economy juga kerap diasosiasikan sebagai pekerjaan yang memiliki jam kerja fleksibel, tak ada hubungan superior-inferior antara atasan dengan bawahan, dan dinamika bekerja yang tak sama dengan konsep kantor tradisional.

Beberapa profesi yang ternasuk dalam ekosistem gig economy, antara lain pengendara kendaraan melalui aplikasi, pengisi survey daring, copywriter yang bekerja sesuai order, hingga guru di aplikasi belajar, dan pengembang perangkat lunak.

Menurut data yang dimiliki Statista, sejak 2018, nilai valuasi global dari perkembangan gig economy terus tumbuh signifikan. Apabila pada 2028, nilai valuasinya sekitar 204 miliar dolar Amerika Serikat (AS), jumlah ini meningkat menjadi 248,3 miliar dolar AS pada 2029, dan 296,7 miliar dolar AS pada 2020.

Pada 2022, diperkirakan, total valuasi global dari gig economy akan mencapai 401, 4 miliar dolar AS. Di masa pandemi, para pekerja dari sektor gig economy ternyata kian memainkan peran krusial.

Namun, hal ini tidak dibarengi dengan lebih banyaknya lagi dukungan kepada para pengemudi pengiriman khususnya, dan pekerja gig economy secara umum. Dalam pidato National Day Rally, pada Ahad (29/8) malam, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengungkapkan, ia sangat khawatir tentang pekerja pengiriman.

Pemerintahannya pun kini berupaya mengatasi situasi dimana  perjuangan para pelaku gig economy saat ini, termasuk golongan penerima upah yang rendah. “Mereka bekerja dengan platform daring seperti Foodpanda, Grab atau Deliveroo,” kata Lee, dilansir dari Nikkei Asia, Rabu (1/9).

Menurut Lee, pengemudi pengiriman adalah pemandangan yang biasa, terutama selama Covid-19. Mereka senantiasa mengantarkan pesanan, baik pagi, siang, hingga malam. “Ini adalah kerja keras, dan sebagian besar mendapatkan penghasilan yang tidak terlalu tinggi,” ujarnya lagi.

Lee juga mengumumkan Singapura telah mencapai tingkat vaksinasi penuh sebesar 80 persen. Hal ini akan membuka jalan bagi pembukaan kembali bertahap lebih lanjut.

Tetapi dengan gig economy yang sudah mengakar kuat, konsep bekerja seperti ini diperkirakan akan terus tumbuh di masa mendatang. Lee mengungkapkan, Kementerian Tenaga Kerja Singapura, saat ini sedang mempelajari bagaimana menciptakan kondisi kerja yang lebih baik, termasuk melalui konsultasi dengan para pemangku kepentingan.

Meskipun dia tidak mengatakan langkah-langkah apa yang akan dilakukan, Lee memastikan, hasilnya akan mempengaruhi beberapa nama besar di kancah perusahaan rintisan di Asia Tenggara.

Mengejar Perlindungan Dasar

photo
A Gojek driver gives a helmets to a customer in Jakarta, Indonesia, Monday, May 17, 2021. Indonesian ride hailing company Gojek and e-commerce firm Tokopedia said Monday that they are merging, in the largest ever deal in the countrys history. - (AP/Achmad Ibrahim)

Langkah Pemerintah Singapura yang menyoroti kesejahteraan para pelaku gig econonomy atau biasa disebut gig worker diyakini akan memiliki dampak yang signifikan. Associate Professor di Singapore Management University, Eugene Tan mengatakan, pendekatan pemerintah kemungkinan akan mengamanatkan bahwa platform daring harus memberikan perlindungan pekerjaan dasar.

Perlindungan ini, juga harus dapat dinikmati oleh sebagian besar karyawan, seperti kompensasi cedera di tempat kerja, perwakilan serikat pekerja, tunjangan medis, dan kontribusi dana tunjangan pemberi kerja. Namun, di sisi lain, hal ini akan ikut berdampak pula pada pelayanan yang akan dirasakan oleh konsumen, termasuk juga dalam hal harga.

Menurut Tan, dalam hal ini masyarakat selaku konsumen juga harus ikut ambil bagian. “Ini tidak hanya akan memungkinkan para pekerja mempertahankan pekerjaan mereka dengan upah yang lebih tinggi. Tapi, juga akan menunjukkan bahwa sebagai masyarakat, kami menghargai pekerjaan dan kontribusi mereka,” ujarnya.

Bagi Singapura, mengurangi tekanan pada pekerja berupah rendah akan berjalan seiring dengan upaya pemerintah untuk menumbuhkan citra masyarakat yang terbuka dan adil. Tan menunjukkan, sejatinya kelompok minoritas Singapura “banyak terwakili” di antara para pekerja di sektor gig economy.

Berkontribusi terhadap perbaikan taraf kehidupan para gig worker Tan melanjutkan, merupakan bagian dari mengakui martabat kerja dan upah yang layak bagi pekerja. Terutama bagi para pekerja di garis depan yang langsung melayani masyarakat. 

 

 

 
Pekerja pengiriman memiliki semua maksud dan tujuan seperti halnya karyawan. Platform daring menetapkan harga produk, menentukan pekerjaan mana yang ditugaskan kepada pekerja, dan mengatur kinerja. Termasuk, menjatuhkan hukuman dan penangguhan. Tetapi gig worker tak memiliki kontrak kerja, ataupun perlindungan pekerjaan dasar yang dinikmati sebagian besar karyawan.
 
LEE HSIEN LOONG, Perdana Menteri Singapura
 
 

 

Pemberdayaan Komunitas

photo
Penumpang menggunakan layanan ojek daring (ojol) yang dilengkapi fasilitas separator khusus di Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Senin (8/6/2020). Untuk menyambut normal baru, Grab Indonesia melengkapi pengemudi di Soloraya dengan fasilitas separator guna memberikan kenyamanan dan keamanan dalam berkendara di tengah pandemi Covid-19 - (Maulana Surya/ANTARA FOTO)

Singapura bukan negara pertama yang menyoroti tingginya tekanan pekerjaan pada para gig workers. Mulai dari, negara anggota ASEAN hingga Korea Selatan dan Cina, isu tentang pekerja kelas bawah teknologi telah muncul di tengah krisis Covid-19.

Di Indonesia, platform teknologi, seperti Grab dan Gojek juga memiliki program pemberdayaan bagi para mitra. Program ini, bertujuan meningkatkan kesejahteraan para karyawan, terutama di tengah sulitnya situasi pandemi.

Awal Agustus lalu, Grab Indonesia menghadirkan program ATASI (Antisipasi, TAngkal, VaksinaSI). Program ini mencakup, pengembalian biaya tes antigen atau PCR mitra pengemudi senilai Rp 800 ribu, serta proteksi pendapatan sampai Rp 3 juta per mitra yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Selain itu, mitra grab juga mendapatkan harga khusus untuk tes kesehatan memperoleh barang kebutuhan sehari-hari (sembako) dan obat-obatan. Langkah serupa juga dilakukan oleg Gojek Indonesia yang berupaya meningkatkan produktivitas para mitra usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Inisiatif ini dihadirkan dalam bentuk paket data dengan harga yang terjangkau. 

Gig Perdana

Bergulirnya konsep gig economy pertama kali hadir pada 2005. Adalah Amazon Mechanical Turk (MTurk) yang merupakan pasar crowdsourcing pertama dan hadir untuk memudahkan individu dan bisnis dalam mengalihdayakan proses dan pekerjaan mereka ke tenaga kerja terdistribusi. Berbagai tugas yang diberikan ini dapat dilakukan secara virtual dan jarak jauh.  

Jenis pekerjaan yang ditawarkan Amazon MTurk mencakup apa saja. Mulai dari, memvalidasi data, melakukan penelitian sederhana, membenarkan kalimat yang memiliki kesalahan ketika pada sebuah jurnal, hingga tugas yang lebih subjektif seperti partisipasi survei, atau moderasi konten. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat