Haedar Nashir. Muhammadiyah menegaskan bahwa radikalisme bertentangan dengan Pancasila. | Daan Yahya | Republika

Khazanah

Muhammadiyah: Pancasila Inspirasi Moderasi

Muhammadiyah menegaskan bahwa radikalisme bertentangan dengan Pancasila.

JAKARTA — Selama ini banyak isu mengenai radikalisme yang dibenturkan dengan Pancasila. Terkait hal ini, Muhammadiyah menegaskan, Pancasila memiliki watak dasar moderat yang tak sejalan dengan paham radikal ekstrem.

"Segala paham radikal ekstrem tidaklah sejalan dengan Pancasila. Menghadapi paham radikal ekstrem tidak semestinya pula dengan cara radikal ekstrem yang sama," ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, saat menyampaikan pidato kebangsaan bertajuk “#Indonesia Jalan Tengah, Indonesia Milik Semua” dalam rangka peringatan kemerdekaan ke-76 RI, Senin (30/8), secara daring.

Paham radikal ekstrem bertentangan dengan jiwa Pancasila yang moderat. Karena itu, pikiran loyalis dan kritis yang hidup dalam tubuh bangsa Indonesia seyogianya mengandung pikiran yang moderat atau jalan tengah dan tidak berparadigma radikal ekstrem.

Pemikiran Sukarno tentang Pancasila sangatlah moderat. Karena itu, dia mengingatkan, Pancasila maupun negara Republik Indonesia jangan ditarik ke kanan dan kiri. “Namun, letakkan di posisi tengah agar tetap menjadi rujukan bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," ujarnya.

Pada posisi moderat itulah, menurut Haedar, Pancasila tidak boleh diinterpretasikan dengan pandangan radikal dan ekstrem apa pun sebab hal itu akan bertentangan dengan hakikat Pancasila itu sendiri.

Lebih lanjut, Haedar memaparkan, pikiran-pikiran nasionalisme yang radikal-ekstrem (ultranasionalisme, chauvinisme), keagamaan yang radikal-ekstrem (cita-cita negara agama atau teokrasi, fundamentalisme agama), multikulturalisme radikal-ekstrem (paham demokrasi, hak asasi manusia, pluralisme, dan toleransi liberal-sekular), sosial-demokrasi, dan segala ideologi radikal-ekstrem lainnya seperti komunisme dan liberalisme-sekularisme tidaklah sejalan dengan Pancasila yang berwatak dasar moderat.

“Maka, jika ingin menjalankan Pancasila yang moderat, strategi membangun dan mengembangkan pemikiran keindonesiaan pun semestinya menempuh jalan moderat atau moderasi, bukan melalui pendekatan kontra-radikal atau deradikalisasi yang ekstrem,” ujar dia.  

Dalam pandangan Haedar, isu-isu kontroversial, seperti tes wawasan kebangsaan (TWK), survei lingkungan belajar (SLB), lomba pidato tentang hukum menghormat bendera, dan pemikiran-pemikiran pro-kontra lainnya mesti dihindari jika ingin meletakkan Pancasila bersama tiga pilar lainnya, yaitu NKRI, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai ideologi jalan tengah yang moderat.

Pada kesempatan itu, Haedar juga menyinggung soal gagasan amendemen UUD 1945 yang kini kembali menyeruak. Mengenai hal ini, dia mengajak agar gagasan itu dipikirkan dengan hikmah kebijaksanaan yang berjiwa kenegarawanan yang autentik.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Persyarikatan Muhammadiyah (lensamu)

"Belajarlah dari empat kali amendemen di awal Reformasi yang mengandung sejumlah kebaikan dan kemajuan, tetapi menyisakan masalah lain yang membuat Indonesia kehilangan jati dirinya yang asli," ujar Haedar.

Dia juga mengingatkan, jangan sampai di balik gagasan amendemen ini memuat kepentingan-kepentingan pragmatis jangka pendek yang bisa menambah berat kehidupan bangsa dan menyalahi spirit Reformasi 1998. Bahkan, lebih krusial lagi jika sampai bertentangan dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945 yang dirancang bangun oleh para pendiri bangsa 76 tahun silam.

Di sinilah, menurut Haedar, pentingnya hikmah kebijaksanaan para elite negeri ini dalam membawa bahtera Indonesia menuju ‘pantai idaman’. Yaitu, Indonesia yang bukan sekadar ragad fisik.

“Namun, menurut Mister Soepomo, Indonesia yang bernyawa, itulah Indonesia jalan tengah dan Indonesia milik bersama,” ujar dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat