Bayi tabung | rednewswire.com

Sehat

Mendongkrak Keberhasilan Bayi Tabung

Secara konvensional diperlukan sekitar 40 ribu sperma untuk bisa membuahi satu sel telur.?

Tidak semua orang mengetahui bahwa masalah kesu buran atau infertilitas sudah menjadi persoalan kesehat an saat ini. Banyak orang mengalami masalah tersebut dan terus mendambakan buah hati.Tak hanya itu, pendapat masyarakat lebih menyoroti masalah kesuburan ini dari faktor pihak perempuan.Apakah hal itu benar?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mem perkirakan, sekitar 48,5 juta pasangan di dunia yang tidak dapat me miliki keturunan pada 2010. Selain itu, WHO juga memperkirakan satu dari empat pasangan di negara berkembang mengalami masalah kesuburan atau infertilitas.

"Diperkirakan, hampir 10 persen da ri pasangan yang masuk usia reproduksi (di dunia) mengalami kesulitan punya anak," jelas CEO Morula IVF Indonesia dr Ivan Sini SpOG dalam diskusi kesehatan bersama Morula IVF Jakarta, beberapa waktu lalu.

Infertilitas merupakan kondisi pasangan suami-istri yang tidak dapat mencapai kehamilan meski sudah melakukan hubungan seksual tanpa pengaman secara rutin selama 12 bulan. Sekitar 40 sampai 50 persen kasus infer tili tas berasal dari pihak laki-laki menurut studi dalam Journal of Human Reproductive Science.

In Vitro Fertilization(IVF) atau bayi tabung merupakan salah satu prosedur teknologi reproduksi berbantu untuk pasangan dengan infertilitas. Teknologi ini membantu mempertemukan sel telur istri dengan sperma suami di luar tubuh dalam settinglaboratorium. Embrio yang terbentuk nantinya akan 'ditanam kan'(embryo transfer-ET) kembali ke dalam rahim istri.

Teknologi ini dianjurkan bagi suami de ngan kondisi masalah sperma cukup berat atau kurang dari 10 juta per mili meter (mm), bahkan kurang dari lima juta mm air mani. "Apalagi, kalau azoospermia, nggak ada sperma," ungkap Medical Director Morula IVF Indonesia dr Arie Adria nus Polim DMAS SpOG(K).

Sementara, dari pihak istri, program IVF dianjurkan pada istri dengan ma salah tuba fallopi (saluran antara ova rium dan rahim) yang buntu dan masa lah jumlah sel telur yang rendah. Semakin tua, semakin sedikit jumlah sel telur nya. "Tapi, ada juga yang muda, namun telurnya sedikit, terutama mereka yang pernah operasi kista," tutur Arie.

Pada masalah-masalah kesuburan seperti ini, program IVF meningkatkan kemungkinan kehamilan. Bila program IVF dilakukan pada usia di bawah 30 tahun, angka keberhasilannya bisa men capai 50 sampai 60 persen. Karena itu, program IVF sebaiknya dilakukan sesegera mungkin bila pasangan suami-istri memiliki indikasi untuk melakukan program IVF.

Untuk meningkatkan keberhasilan prog ram IVF, pasangan suami-istri perlu mempersiapkan diri sebelumnya. Persiapannya, antara lain, memperbaiki pola hidup, khususnya meninggalkan kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol.

Istri perlu mengatur pola makan dan olahraga jika mengalami kegemukan. Soalnya, makin gemuk perempuan akan makin buruk pula kualitas sel telurnya. "Itu harus diperhatikan. Kalau tidak, hasil programnya nggak maksimal," ucap Arie.



Perkembangan teknologi

Pemanfaatan teknologi terbaru dan inovatif dalam program IVF juga dapat membantu memperbesar keberhasilan kehamilan. Setidaknya, ada lima tekno logi mutakhir yang dimanfaatkan oleh Morula IVF untuk menunjang keber hasilan program IVF.

Dua di antaranya adalah teknologi Intracytoplasmic Sperm Injection atau ICSI dan Intracytoplasmic Morpho logically Selected Sperm Injection atau IMSI. Kedua teknologi ini dapat diman faatkan dalam proses pertemuan antara sel telur dan sperma atau fertilisasi.

Secara konvensional, diperlukan sekitar 40 ribu sperma untuk bisa mem buahi satu sel telur. Kemung kinan kega galan fertilisasi ada bila terjadi penolak an sperma suami oleh sel telur istri.

photo
canadianliving.com



Pemilihan sel telur dan sperma juga menentukan keberhasilan IVF. Kualitas keduanya harus baik berdasarkan pemeriksaan mikroskop. Sedangkan, penilaian kualitas sperma dilakukan lewat tiga hal, yaitu jumlah, kecepatan gerak, dan bentuk.

Melalui teknologi ICSI, embryo logistatau ahli em briologi bisa menyuntikkan satu sperma langsung ke dalam sel telur.Sperma yang disuntikkan ada lah yang terpilih dan lolos pemeriksaan kualitas melalui mikroskop dengan pembesaran gambar hingga 40 kali. Teknologi ICSI juga dapat menghindari risiko terjadinya penolakan sel telur terhadap sperma.

Sementara, IMSI pada dasarnya serupa ICSI, tapi pemilihan sperma terbaiknya lewat pembesaran gambar sperma hingga 6.000 kali. Ahli dapat meng hindari sperma yang cacat bentuk saat fertilisasi. Kecacatan bentuk sperma penting untuk dideteksi karena dapat berakibat kurang baiknya perkembangan embrio yang berujung pada kega galan IVF.

"Di Indonesia, hanya Morula IVF yang melakukan (IMSI). Jadi, memilih sperma bukan hanya berdasarkan kecepatannya," jelas Scientific Director Mo rula IVF Indonesia sekaligus ahli embriologi Prof Arief Boediono PhD.

Teknologi lain yang dapat dimanfaatkan dalam program IVF adalah timelapse incubator yang memungkin kan kultur embrio secara individual. Dulu, lanjut Arief, embrio dikultur dalam inkubator besar yang mampu memuat banyak embrio. Namun, embrio harus dipantau berkala, sehingga proses buka-tutup inkubator memicu perubahan suhu dan derajat keasaman untuk semua embrio di dalam inkubator tersebut.

Melalui timelapse incubator, tiap embrio memiliki 'ruangan'sendiri dan embriolog tak harus sering membuka-tutup inkubator. Karena, di dalam inkubator dilengkapi mikroskop untuk meng ambil gambar perkembangan embrio secara berkala.Ahli embriologi juga bisa mengakses gambar-gambar ini dari mana dan kapan saja. "Ini ibaratnya inkubator VIP," jelas Arief.

Ada pula teknologi Endometrial Receptivity Analysis atau ERA. Teknologi ini menganalisis untuk menentukan waktu transfer embrio (ET) yang tepat. ET merupakan proses penanaman embrio ke dalam rahim istri.

Penanaman ini dilakukan saat em brio mencapai usia tiga hari, tapi Arief mengatakan, ET idealnya ditanamkan pada hari kelima. Ini dilakukan sebagai proses seleksi karena tak jarang embrio mati di hari keempat. "Kita extend kultur (embrio) untuk seleksi, mana yang mampu bertahan dan yang hidup, jangan sampai salah. Jadi, kita hampir semua lari ke hari kelima," terang Arief.

Analisis ERA dilakukan dengan cara biopsi dinding rahim. Cara ini diperuntukkan bagi pasien yang telah meng alami kegagalam program IVF berulang, tapi bukan karena kualitas embrio yang kurang bagus.

Teknologi lainnya adalah Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy atau PGT-A sebelum ET dilakukan. Teknologi ini mampu memeriksa kromosom embrio. Soalnya, dalam proses fertilisasi, dihasilkan beberapa embrio, sementara yang direko men dasikan untuk di-ET hanya satu embrio. Rekomendasi ini dianjurkan untuk menghindari risiko kehamilan kembar.

Jadi, kata Arief, embrio yang ditanam kan haruslah yang terbaik. Biasanya, pemilihan embrio untuk ET didasar kan pada penilaian bentuknya.

Namun, embrio dengan bentuk ba gus belum tentu kromosomnya juga demikian. Itu sebabnya, penting untuk mengetahui kondisi kromosom embrio ET.

Pemeriksaan PGT-A mampu menge ta hui hingga 90 persen kondisi kro mosom embrio. Penanaman embrio dengan bentuk dan kromosom yang baik dapat meningkatkan keberhasilan implan tasi atau penempelan embrio didinding rahim sampai 80 persen. "Maka nya, angka keberhasilannya lebih tinggi," jelas Arief.

Menurut Ivan, perkembangan teknologi kedokteran dan pengalaman penerapan program IVF di Indonesia tidak kalah dengan negara-negara tetangga. Indonesia sudah melakukan 14 ribu siklus program IVF dalam lima tahun terakhir. Sekitar 4.000 siklus dilakukan pada tahun lalu, di mana 40 persennya merupakan kontribusi dari Morula IVF.

Di sisi lain, beberapa negara tetangga tidak pernah mengungkapkan berapa banyak siklus program IVF yang mereka lakukan per tahunnya. Namun, jumlah siklus ini diperkirakan tidak lebih dari 1.000 siklus per tahun. "Kita sudah menemui berbagai bentuk kasus. Pengalaman itu yang membuat kita lebih baik," jelas Ivan. (ed:dewi mardiani)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat