Dr Acep Purqon, dosen Prodi Fisika ITB yang menjadi pengampu mata kuliah ekonofisika. | Istimewa

Inovasi

Riset Ekonofisika dan Big Data untuk Analisis Sosio-ekonomi

Saat ekonofisika dan big data bertemu, sarana tepat menyerap informasi dari interkoneksi dinamika sosio-ekonomi.

Dunia global berubah sangat cepat dan memasuki babak baru era disrupsi. Salah mengambil keputusan bisa berakibat fatal. Di era big data dan meledaknya informasi ini, orang yang bisa menambang data (data mining) adalah penguasanya.

Menurut dosen Prodi Fisika FMIPA ITB, Dr Acep Purqon, saat ekonofisika dan big data bertemu, maka menjadi harapan tool yang powerful untuk mendapatkan informasi tepat dari interkoneksi dinamika sosio-ekonomi. Tujuannya untuk memperbaiki kinerja perusahaan atau pemerintah yang menyangkut hajat hidup orang banyak dengan berbagai kebutuhannya.

Terkait dengan hal ini, ITB menyelenggarakan International Virtual Course (IVC-118) dengan tema “Econophysics and Big Data Analytics in Global Socio-Economic Complexity” pada 16-27 Agustus 2021. Kuliah yang diampu oleh Acep Purqon ini mengundang kolega-koleganya untuk ikut mengajar di ITB. "Ada 12 dosen profesor asing yang ikut mengajar berasal dari Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Korea Selatan, Cina, India, Malaysia, Turki, Jepang, dan lainnya," kata Acep dalam rilis kepada Republika, Selasa (17/8).

Era baru dan babak baru big data dengan mesin-mesin komputasi awan (cloud computing) dan metode ekonofisika seolah menjadi harapan besar untuk membantu menyelesaikan permasalahan rumit pada dinamika sosio-ekonomi. Hal ini pada akhirnya bisa membantu pengambil kebijakan melalui dashboard dengan opsi dan skenario yang lebih baik serta bisa memberi early warning jika ada kebijakan yang membahayakan di masa depan.

Menurut Acep, tindak lanjutnya dengan segera mengubah kebijakan untuk menjaga entropi sosio-ekonominya di posisi yang tepat dan tidak meledak. "Tool ini juga selaras untuk membantu analisis tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs)," katanya.

IVC ini menawarkan mahasiswa luar ITB untuk kuliah di ITB dan mengambil 2 SKS. Kuliah ini diminati baik dalam negeri maupun luar negeri dengan seleksi ketat. Kelas besar dengan 250 mahasiswa ini tercatat 38 mahasiswa asing dari 10 negara, 42 mahasiswa pascasarjana (14 S3 dan 28 S2), serta mahasiswa dari lebih 60 universitas di Indonesia. 

Mahasiswa luar ITB yang paling banyak ditempati berturut-turut oleh UI, UGM, IPB, Unpad, Undip, UNS, UB, UNJ, Unesa, USU, Unair. Karena bidang ini multidisplin, kata Acep, maka peminatnya hampir dari semua prodi baik eksakta maupun sosial. "Perkuliahan ini juga membekali mahasiswa berpikir komprehensif dengan metode systems thinking, design thinking, dan computational thinking," kata Acep.

Pembukaan program ini dilakukan pada 16 Agustus 2021 pukul 10.00 WIB dengan menghadirkan kuliah tamu pertama dari Prof Peter Sloot (University of Amsterdam, Belanda) yang membahas sistem kompleks. Contoh permasalahan yang dibahas dalam kuliah ini, ungkap Acep, misalnya analisis dan pemodelan ketimpangan sosio-ekonomi pada permasalahan kesehatan, ketangguhan kluster industri, jaringan kriminal dan rantai nilai, pemilihan sekolah dan segregasi.

“Tidak masuk akal lagi membicarakan sebab akibat karena di sistem kompleks semua jejaring itu saling terkait membentuk sistem kompleks dengan perilaku sistem yang baru. Seluruh bidang multidisiplin mendambakan satu bahasa pemersatu. Di ITB inilah, ilmu ini akan diajarkan di kuliah fantastis ini,” ujar Sloot.

photo
Prof Peter Sloot (University of Amsterdam, Belanda) - (Istimewa)

Topik-topik menarik seputar ekonofisika dan big data sebagai perkakas penyelesaian masalah kompleksitas dinamika sosial dan ekonomi terkini ini akan dibahas misalnya oleh Prof Hawong Jeong (KAIST, Korea selatan) terkait Google dan ilmu jejaring, Prof Cheong Siew Ann (NTU, Singapore) terkait metode ekonofisika, Prof Cigdem Yalcin (Istanbul Univ, Turki) dari sudut metode ilmu mekanika statistik untuk solusi sosio-ekonomi.

Juga oleh Prof Hongguang Ma (BUCT, China) terkait big data pada transportasi, Prof Sudhir Jain (Aston University, UK) terkait pemodelan sosio-ekonomi, Prof Fatimah A Razak (UKM, Malaysia) contoh kasus di keuangan Malaysia. Semuanya bisa diakses di bit.ly/IVC-118.

Dalam perkuliahan ini juga menyinggung prediksi ekonomi pada pertengahan 2021 oleh Prof Yoon Min Kim (Keimyung University, Korea), juga dibahas data global pada energi baru dan terbarukan. Sementara terkait topologi jaringan untuk analisis pasar saham akan dijelaskan oleh Prof Maman Djauhari. 

Acep mengungkapkan, untuk memudahkan mahasiswa, maka dibekali tutorial dan hand-ons berupa pemrosesan data dan data storytelling oleh Keisha dari Bukalapak. Sementara pembuatan policy brief dan publikasi dan komunikasi sains dibahas oleh Prof Jacob Wickham (Rutger University, US). Penjelasan terkait lomba startup dijelaskan juga oleh Acep Purqon yang sering membawa para mahasiswa juara nasional dan internasional untuk lomba idea-thon ini. 

Acep menambahkan, permasalahan sosial dan ekonomi yang semakin kompleks, tidak bisa lagi diselesaikan dengan cara-cara lama. Ilmu terus berkembang memunculkan cara baru dengan pendekatan multidisplin adalah harapan untuk bisa mendekati permasalah yang kompleks.

"Interaksi rumit antar pelaku sosial yang melakukan kegiatan ekonomi bisa dimodelkan dan didekati dengan metode di ekonofisika yang merupakan perkawinan antara fisika dan ekonomi," kata pengampu mata kuliah FI-3261 Ekonofisika ini. 

Yang menarik, kata Acep, bagaimana jadinya kalau ekonofisika bertemu dengan analisis big data akan menjadi tool yang powerful untuk mengurai permasalahan kompleksitas pada dinamika sosio-ekonomi.

photo
Peserta mata kuliah Ekonofisika di Prodi Fisika ITB - (Istimewa)

"Yang nanti bisa dijadikan alat bantu untuk skenario kebijakan di level mikro skala kecil terutama untuk membantu menganalisis dan memunculkan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru di berbagai daerah di Indonesia. Juga bisa dijadikan alat analisis interaksi rumit di sosio-ekonomi global," kata Acep.

"Bayangkan connecting the dot dengan interkoneksi elemen-elemen yang heterogen dan tumbuh secara self-organization, adaptasi dan dinamis. Butuh metode baru dan tool baru," kata Acep menambahkan.

Dalam kuliah ini, ujar Acep, juga diadakan lomba big data idea-thon yang akan diikuti 45 kelompok dengan masing-masing kelompok lima mahasiswa dengan latar belakang beragam yang merepresentasikan simbol kebinekaan Indonesia saat bekerja sama dengan mitra luar negeri. Hal ini untuk mengasah softskill mahasiswa dan membiasakan mahasiswa bekerja secara teamwork. Mengasah kemampuan pitching, presentasi.

Juara dari lomba ini akan mendapat hadiah menarik. Lomba ini mengajak semua mahasiswa menggunakan tool yang diajarkan di kuliah ini, yaitu ekonofisika dan big data analytics termasuk artificial intelligence untuk menyelesaikan beragam permasalahan sosial dan ekonomi.

"Tentu terbuka untuk para mahasiswa untuk mengembangkan teknologi untuk membuka usaha rintisan atau startup di bidang ini. Ilmu ini sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan beragam permasalah sosial dan ekonomi di Indonesia, regional maupun global," ungkap Acep.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat