Malnutrisi Kanker | Rd.com

Sehat

Mengantisipasi Malanutrisi pada Pasien Kanker

Pasien kanker umumnya mengalami penurunan berat badan dan kehilangan masa otot dan lemak.

Sri Noviarni (35 tahun) sangat ter pukul saat ibundanya mening gal karena kanker ovarium pada 2008. Ibunda Novi terdiag nosis kanker ovarium setahun sebelumnya.


Sang bunda kemudian melakukan berbagai terapi kanker, di antaranya radioterapi dan kemoterapi. Salah satu dampak nya, sang bunda mengalami penurunan nafsu makan. Setiap makan, bundanya sering merasa mual, bahkan tak jarang muntah. Ini membuat berat badannya makin menurun. Tubuh nya pun semakin kurus. Sampai akhirnya sang bunda sudah tidak tahan lagi dan menyerah dengan penyakitnya.


Medical Senior Manager PT Kalbe Farma Tbk dr Dedyanto Henky Saputra MGizi menjelaskan, kasus yang dialami ibunda Sri terjadi karena ketidakseimbang an nutrisi pada tubuhnya. Malanutrisi mem buat nutrisi yang masuk tidak seimbang dengan yang dibutuhkan tubuh. Kebutuhan nutrisi pasien kanker jauh lebih besar dibanding makanan yang masuk.


Selain itu, malanutrisi pasien kanker juga terjadi karena adanya gangguan mem proses makanan. Untuk mengetahui adanya malanutrisi pada pasien kanker bisa dilihat dari berat badannya. Gejalanya tampak penurunan berat badan yang tidak disadari sebanyak 5 persen atau lebih dalam waktu enam bulan. Kondisinya terutama bila disertai penurunan massa otot.


"Biasanya pasien kanker malas makan. Kalau sudah malas makan, lama-lama berat badan mengecil disebut kahexia kanker yang menyebabkan sarkopenia," ujarnya di sela acara Kalbe Academia for Media, Patient Journey in Oncology Total Solution, di Bogor, Jawa Barat, baru-baru ini.


Pada pasien kanker, kata dia, sangat khas terjadi penurunan berat badan disertai kehilangan massa otot, bisa juga massa lemaknya. Untuk mengatasinya, pasien harus memenuhi asupan nutrisinya, baik makronutrient maupun mikronutriennya. "Makronutrien seperti karbohidrat, lemak, dan protein memberikan energi buat tubuh kita, terutama diambil dari makanan yang bersumber dari karbohidrat," ujarnya.


Untuk memberi makan sel, tubuh mem butuhkan karbohidrat. Bila karbohidrat hilang, kata Dedy, diambil dari cadangan lemak dan protein yang ada di tubuh. Sayangnya, pasien kanker takut makan nasi karena dianggap memberikan makan sel kanker. Menurut dia, tidak diberi makan pun, lemak dan protein akan dipecah untuk memberi makan sel kanker.Justru tubuh membutuhkan karbohidrat lebih banyak.


Dedy mengungkapkan, pasien kanker mengalami gizi buruk karena tiga faktor, yaitu sel kanker, faktor terapi, dan psikis.Sel kanker ada karakteristik mencetuskan inflamasi atau peradangan tubuh sangat tinggi.

photo
independent.co.uk


Dis mengibaratkan sel ganas bisa meng ubah tubuh pasien dari city car menjadi mobil sport. Mobil sportini terkenal dengan borosnya bahan bakar sehingga butuh bensin lebih banyak. Ini sama halnya dengan kebutuhan karbohidrat jauh lebih tinggi bagi pasien kanker. Pada saat yang sama, sel kanker menekan nafsu makan. "Kebutuhan tinggi asupan kurang.Akibatnya memecah protein dan lemak dan orang makin kurus, otot makin hilang, lemak habis," katanya.


Pasien kanker tentunya menjalani terapi. Efek samping terapi kanker, di antaranya mual, diare, juga sariawan. Ini yang menyebabkan status gizi pasien kanker menurun. "Kalau diberikan terapi, menyebabkan ususnya luka. Penyerapan zat nutrisi terganggu. Pasien bisa keku rangan vitamin," ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, psikis pasien tentu tertekan. Pasien merasa depresi dan takut karena adanya mitos dalam mengonsumsi beberapa jenis makanan. Akibatnya status gizi makin jelek.


Dampak malanutrisi pada pasien kanker menurut dokter Dedy akan menurunkan kualitas hidup juga aktivitas harian pasien. "Status gizi jelek juga akan me nurunkan respons terapi dan meningkatkan komplikasi. Pasien pun tidak tahan dengan efek samping kemoterapi. Pasien juga akan mudah terkena infeksi dan akan menambah lama pengobatan. Dan ini menurunkan angka harapan hidup."

Status gizi jelek juga akan me nu runkan respons terapi dan meningkatkan komplikasi.


Peran nutrisi

Peran nutrisi pada pasien kanker, yaitu mencegah dan memperbaiki defisiensi zat gizi, membantu pasien mentoleransi terapi, serta meminimalkan efek samping dan komplikasi terkait nutrisi jaringan serta melawan infeksi. Hal ini bisa membantu memaksimalkan harapan hidup dan hasil terapi.


Selain itu, nutrisi juga membantu mempertahankan berat badan dan kondisi fit, mencegah kerusakan jaringan, dan mem bantu pembentukannya. Untuk itu, kebutuhan kalori pasien kanker terus meningkat. Peningkatan kebutuhannya menjadi 30 sampai 35 kkal/kgBB/hari.


Selain itu, juga terjadi peningkatan kebutuhan protein menjadi 1,2 sampai 2 gram/kgBB/hari, bahkan sampai 2,5 protein gram/kgBB/hari dan peningkatan kebutuhan branched chain amino acids atau BCAA untuk vitamin serat otot. Energi dari lemak berkisar 30 sampai 50 persen dari total kebutuhan lemak harian. Peningkatan kebutuhan asam lemak omega-3 dan dibutuhkan nutrisi spesifik.


Menurut Dedy, ada empat hal yang harus diperhatikan untuk memenuhi nutrisi pasien kanker, yaitu jenis, jadwal, jumlah, dan jeli olah. Untuk jenis, pilih makanan segar serta hindari makanan kalengan dan berpengawet. Pilih makanan tinggi kalori dan protein (termasuk makanan ringan dan pengganti). Selain itu, hindari ma kanan berkalori 'kosong' (seperti soda) ju ga makanan berbumbu dengan aroma tajam.


Sementara untuk jumlah, sedapat mung kin makan sesuai porsi yang dianjurkan dokter. Untuk jadwal, makan dengan porsi kecil tapi sering sangat disarankan.
Demikian juga dengan makan obat dengan cairan tinggi kalori dan protein. Jangan minum bersama makan karena menyebabkan cepat kenyang tanpa kalori yang cukup. Makan saat makanan tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.


Sementara untuk jeli olah, hindari memasak dengan bumbu berlebih atau beraroma tajam. Kreatiflah dalam menyajikan makanan dan hindari mengolah makanan dengan cara dibakar. "Pemberian nutrisi dengan jumlah, jenis, dan cara yang tepat akan menunjang keberhasilan terapi kanker," katanya.


Sementara, dokter spesialis onkologi dr Yuddi Wahyono SpOnk pernah mengata kan, kehilangan nafsu makan pada pasien kanker membuatnya kekurangan energi. Untuk itu, disarankan agar pasien kanker mengonsumsi makanan seimbang dan bervariasi, tinggi kalori, juga tinggi protein. Misalnya, susu atau krim dan keju, telur rebus, minyak, mentega, dan margarin. Konsumsi karbohidrat seperempat porsi, protein seperempat porsi, serta sayur dan buah setengah porsi.
Selain itu, jangan lupa cairan secukupnya dan lebih banyak di luar jam makan.


Sediakan air dua liter, lebih banyak lagi lebih baik. Minuman dikonsumsi tidak sekaligus habis, tapi dibagi. Nutrisi membantu recovery lebih baik. Kalau nutrisi baik, tidak mual-mual. Nutrisi baik, pasien lebih baik. Mempertahankan berat badan cukup, kandungan nutrisi cukup. Sehingga lebih kuat, lebih berenergi. Risiko infeksi rendah dan lebih cepat sembuh, ujarnya.


Dedy menambahkan, pasien disarankan tetap berolahraga. Upayakan meningkatkan selera makan dengan melakukan latihan fisik ringan. "Lakukan olahraga yang gerakkan semua badan, misalnya jogging atau renang. Lakukan 30 sampai 60 menit. (ed:dewi mardiani)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat