Sudah seyogianya produk asuransi menciptakan perlindungan kepada masyarakat dalam hal ini pemegang polis. | Instagram/IFG Life

Ekonomi

IFG Life Resmi Beroperasi

Market utama yang akan digarap oleh IFG Life adalah ekosistem BUMN.

JAKARTA — PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life), sebagai perusahaan asuransi baru menyatakan siap menggebrak pasar asuransi nasional. Perusahaan yang menjadi bagian dari Indonesia Financial Group (IFG) atau holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) asuransi dan penjaminan itu akan bersaing dengan menghadirkan model bisnis asuransi dengan produk yang berorientasi pada proteksi dan produk investasi berisiko rendah.

Direktur Utama IFG Life Andy Samuel mengatakan, fokus bisnis IFG Life akan menyasar pada produk-produk asuransi yang mampu menjawab kebutuhan pasar. Ia menyampaikan, IFG Life menghadirkan produk asuransi yang berorientasi pada proteksi yang merupakan muruah dari industri asuransi jiwa.

Andy menilai, sudah seyogianya produk asuransi menciptakan perlindungan kepada masyarakat dalam hal ini pemegang polis. “Bagi bisnis IFG Life, produk asuransi proteksi dan produk investasi berisiko rendah masih sangat relevan dengan kebutuhan pasar karena mampu memberikan perlindungan terhadap risiko-risiko yang dipertanggungkan,” kata Andy di Jakarta, Ahad (25/7).

Andy menjelaskan, IFG Life akan mengembangkan produk dan layanan asuransi proteksi yang maksimal, sehat, dan komprehensif yang dilandasi oleh tata kelola yang baik, manajemen risiko yang kuat, dan penuh kehati-hatian. IFG Life juga akan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi termutakhir untuk memperluas akses layanan sehingga layanan proteksi bisa diberikan secara maksimal kepada pemegang polis.

Sementara itu, untuk siap bersaing dengan industri asuransi jiwa nasional, terdapat tiga pilar bisnis yang disiapkan oleh IFG Life. Pertama, pengelolaan portofolio pengalihan polis PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang telah direstrukturisasi.

Kedua, pengembangan bisnis baru yang berbasis jiwa dan kesehatan dengan optimalisasi captive market, saluran distribusi penjualan, dan memanfaatkan ekosistem holding dan BUMN serta pengembangan anorganik asuransi kesehatan. Ketiga, pengembangan pengelolaan dana pensiun melalui Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).

Andy menyebutkan, market utama yang akan digarap oleh IFG Life adalah ekosistem BUMN, mulai dari korporasi, pegawai, hingga pelanggan BUMN.  “Kami yakin IFG Life mempunyai model bisnis yang cukup kuat karena mempunyai target pasar di BUMN yang besar, dan dengan tata kelola dan risk management yang kuat akan membantu memastikan perusahaan dikelola dengan baik,” ujar Andy.

Menurut Andy, IFG Life akan mengandalkan penjualan dan pemasaran produk secara pemasaran langsung melaui saluran distribusi agency channel dan corporate business relationship (CBR). Kedua saluran distribusi itu dijalankan oleh tim profesional dan terlatih serta tersertifikasi dengan mengoptimalkan perannya sebagai perencana atau penasihat keuangan dan menjadi point of contact dengan calon pemegang polis.

Andy menambahkan, dalam upaya mewujudkan perusahaan asuransi yang kuat, profitable, dan berkelanjutan, IFG Life juga akan menerapkan sejumlah standarisasi untuk menjalankan bisnisnya. 

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Abdul Manap Pulungan, menilai, apsek historis yang buruk dari industri asuransi jiwa pelat merah bakal menjadi catatan bagi IFG Life, anak usaha holding BUMN asuransi untuk menjalankan bisnisnya ke depan.

Meskipun menjadi perusahaan yang baru, catatan rekam jejak yang buruk, terutama dari kasus Jiwasraya dan Asabri menjadi tantangan untuk bisa menggaet pasr.

"Walaupun ini baru, tapi unsur historisnya tidak bisa dihilangkan sehingga ini menjadi catatan bagi pelaku usaha dan konsumen untuk menentukan pilihan asuransi yang sudah ada dan lebih baik," kata Abdul kepada Republika.

Abdul mengatakan, selama ini industri asuransi lebih dikuasai oleh perusahaan swasta. Peta persaingan industri asuransi antara swasta dan milik pemerintah akan terbentuk sesuai dengan kinerja yang akan dihasilkan ke depan.

Tantangan lain yang dihadapi, yakni soal literasi keuangan untuk asuransi dari masyarakat yang masih cenderung rendah. Itu bakal menjadi tantangan tersendiri bagi pemain baru, selain bersaing dengan swasta, dalam mendapatkan nasabah.

 
Orang yang ingin berasuransi saat ini dia akan melihat bagaimana prospek pendapatannya saat pandemi.
 
 

"Orang yang ingin berasuransi saat ini dia akan melihat bagaimana prospek pendapatannya saat pandemi ini. Untuk saat ini agak susah bagi masyarakat berpikir asuransi. Justru banyak yang mencairkan asuransi karena kebutuhan sehari-hari," ujar Abdul.

Adapun soal pengawasan, Abdul mengatakan, teknologi yang sudah tersedia saat ini sangat bisa dimanfaatkan menjadi early warning system. Namun, itu semua tergantung dari kemampuan sumber daya manusia di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam mengawasi banyaknya perusahaan asuransi di Indonesia.

Menurut dia, OJK harus bisa mengawasi lebih dalam terhadap perusahaan-perusahaan asuransi, termasuk IFG Life yang merupakan hasil dari restrukturisasi Jiwasraya.

OJK berharap kehadiran IFG sebagai BUMN holding perasuransian dan penjaminan, membantu otoritas mengawasi lebih optimal industri keuangan nonbank di BUMN. Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank OJK Riswinandi mengatakan, untuk menciptakan sebuah kerangka pengawasan komprehensif, dibutuhkan kerja sama dan koordinasi yang bagus, baik internal maupun eksternal.

Riswinandi mengingatkan IFG dalam mengatur rencana bisnis yang baik betul-betul memerhatikan kapasitas masing-masing industri yang ada di bawah holding dengan kondisi pasarnya. Sehingga, tercipta industri yang baik, bukan hanya agresif dalam pertumbuhan, tapi juga menjaga kualitas dari pengelolaannya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat