Muslimah melaksanakan shalat Idul Adha di Nairobi, Kenya, Selasa (20/7/2021). Perayaan Idul Adha kali ini masih dibayangi pandemi Covid-19 sehingga tak dirayakan seperti biasanya. | AP Photo/Sayyid Abdul Azim

Internasional

Pandemi Bayangi Perayaan Idul Adha di Mancanegara

Perayaan Idul Adha kali ini masih dibayangi pandemi Covid-19 sehingga tak dirayakan seperti biasanya.

KAIRO — Perayaan Idul Adha kali ini masih dibayangi pandemi Covid-19 dan di tengah kekhawatiran penyebaran varian Delta. Perayaan yang jatuh pada Selasa (20/7) dirayakan tak seperti biasanya.

Sebagian Muslim tetap menggelar shalat Idul Adha di tempat terbuka, tapi dengan menjaga jarak dan memakai masker. Sedangkan sebagian Muslim lain memilih tetap berada di rumah seperti di Sydney, Australia. Lakemba Mosque di Sydney tidak dibuka karena seluruh kota menjalani penguncian wilayah atau lockdown ketat.

Jihad Dib, warga Sydney yang juga anggota parlemen Negara Bagian New South Wales (NSW), mengatakan umat Islam merasa sedih. Namun, kata Dib, mereka memahami mengapa harus tinggal di rumah masing-masing.

“Ini menjadi Idul Adha pertama dalam hidup saya tanpa pelukan dan ciuman ayah dan ibu,” kata Dib kepada Australian Broadcasting Corp.

Muslim Melbourne harus siap ketika lockdown diumumkan mendadak pekan lalu. Walaupun, pengumuman tersebut memukul sejumlah pedagang besar karena mereka telah menyiapkan pasokan menjelang Idul Adha. Mereka menyangka, Idul Adha akan menjadi momen perayaan yang ditandai dengan belanja para pelanggannya.

photo
Umat Islam melaksanakan shalat pada hari pertama Idul Adha di depan masjid Haghia Sophia di Istanbul, Selasa (20/7/2021) - (AP Photo/Mucahid Yapici)

Di Malaysia, sejumlah pengetatan dilakukan sejak ada kenaikan tajam kasus infeksi Covid-19. Padahal, negeri ini sudah melakukan lockdown nasional sejak 1 Juni. Warga dilarang mudik, saling berkunjung, atau berziarah ke makam.

Shalat Idul Adha di masjid hanya untuk mereka yang sehat. Mereka harus menjalani penjagaan jarak sosial yang ketat dan tidak kontak fisik.

Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin mendesak Muslim agar tetap tinggal di rumah. “Saya menyerukan kepada Anda semua agar bersabar dan patuh pada peraturan karena pengorbanan Anda adalah jihad besar dalam pandangan Allah dan dalam upaya kita menyelamatkan hidup,” ujarnya pada malam takbiran, Senin (19/7) malam.

Pada Senin, Iran juga mengumumkan lockdown sepekan di Tehran dan sekitarnya. Lockdown mulai berlaku tepat Idul Adha yaitu Selasa.  

Namun, tidak semua negara memperbarui pembatasan karena Covid-19. Bangladesh misalnya, mengizinkan pelonggaran lockdown selama delapan hari. Para ahli memperingatkan, keputusan pelonggaran ini bisa berbahaya.

photo
Umatr Islam melaksanakan shalat Idul Adha di Jaffa, dekat Tel Aviv, Israel, Selasa (20/7/2021). - (AP Photo/Oded Balilty)

Di Mesir, Essam Shaban pulang ke kampung halamannya di Sohaq untuk merayakan Idul Adha bersama keluarganya. Sejak sebelum hari raya itu jatuh, ia telah berencana untuk shalat id di masjid pada Selasa. Ia mengaku akan membawa sajadah sendiri dan memakai masker.,

“Kami ingin Idul Adha berjalan lancar tanpa terjadi infeksi apapun,” kata Shaban. “Kita harus taat pada peraturan.”

Saat itu, Shaban mengatakan, ia akan menyembelih kerbau untuk kurban. Ia juga ingin membagikannya kepada orang-orang yang berhak. Entah, apakah ia benar-benar melaksanakan rencananya saat Idul Adha tiba.

Di India, Idul Adha dirayakan pada Rabu (21/7). Semula, Tahir Qureshi berencana akan shalat Id bersama ayahnya lalu mengunjungi sanak saudara dan teman. Itulah yang selalu dilakukannya selama ini.  

Namun, sang ayah berpulang pada Juni lalu, setelah terinfeksi virus korona. Itu terjadi ketika infeksi berada pada puncaknya di negeri itu. Kini, membayangkan berhari raya tanpa sang ayah membuat hatinya remuk.

“Sungguh berat tanpa kehadirannya,” kata Qureshi.

photo
Warga menyambangi pasar ternak menjelang Idul Adha di Peshawar, Pakistan, Senin (19/7/2021). - (AP Photo/Muhammad Sajjad)

Para ulama India sudah mendesak umat Islam tetap menahan diri dan mematuhi protokol kesehatan. Sejumlah negara bagian juga telah membatasi acara kumpul bersama dalam jumlah besar. Pemerintah meminta warga untuk merayakan hari besar itu di rumah.

Pandemi telah memukul perekonomian. Warga India dan negara lain menghadapi kesulitan keuangan. Banyak di antara mereka yang tak mampu membeli hewan kurban.

Ini juga dialami seorang pengusaha di Kashmir, Ghulam Hassan Wani. “Saya biasanya berkurban tiga atau empat ekor kambing, namun tahun ini hanya bisa satu ekor saja,” kata Wani.

Pandemi juga mengakibatkan ibadah haji tertunda, demi mencegah penyebaran Covid-19 lebih luas. Hanya sekitar 60 ribu Muslim di Arab Saudi yang bisa menjalankannya. Padahal, biasanya ada sekitar 2,5 juta jamaah calon haji dari berbagai negara berkumpul di Makkah, Saudi.

Idul Adha juga diwarnai kisah pilu ketika hari besar itu dinodai dengan serangan. Tiga roket menyasar istana kepresidenan di Kabul, Afghanistan. Siaran televisi menunjukkan Presiden Ashraf Ghani dan sejumlah orang lain sedang shalat Id ketika ledakan pertama terdengar. Sebagian besar dari jamaah melanjutkan shalat sementara pasukan pengawal presiden menuju sumber ledakan.

Juru bicara Taliban,  Zabihullah Mujahid, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka sedang dalam status mempertahankan diri pada hari Idul Adha. Mujahid tidak menjawab ketika ditanya, apakah status mempertahankan diri itu berarti status gencatan senjata seperti tahun-tahun sebelumnya.

Sedangkan bom bunuh diri di pasar yang penuh orang di Sadr City dekat Baghdad, Irak, terjadi pada Senin. Sekurangnya 35 orang tewas dan lebih dari 60 orang lainnya cedera. Melalui Telegram, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)  mengeklaim bertanggung jawab atas insiden mematikan itu. Menurut mereka, salah seorang anggota milisi ISIS meledakkan rompi berpeledak di tengah kerumunan orang.

Presiden Irak Barham Salih mencicit di Twitter, “Dengan tindakan mengerikan, mereka membidik warga sipil di Sadr City pada malam Idul Adha… Kami tidak akan tinggal diam sebelum terorisme dicabut dari akar-akarnya.”

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat