PHRI Dukung Wisata Halal | Republika

Ekonomi

Persaingan Wisata Halal Makin Ketat

PPHI menilai, regulasi terkait wisata halal sangat minim.

JAKARTA – Peringkat pariwisata halal Indonesia turun dalam Global Muslim Travel Index (GMTI) 2021 dari peringkat pertama ke peringkat keempat. Laporan GMTI 2021 yang diluncurkan oleh lembaga pemeringkat global Crescent Rating kembali menobatkan Malaysia di posisi pertama, diikuti oleh Turki dan Arab Saudi.

Founder dan CEO Crescent Rating dan Halal Trip Fazal Bahardeen menilai, lima besar negara tertinggi dalam indeks tersebut bersaing ketat dalam menyediakan pariwisata yang ramah Muslim. "Indonesia sangat konsisten dalam beberapa tahun terakhir ini. Saat peringkat turun bukan berarti memburuk, tapi yang lain mengejar dengan nilai lebih tinggi," katanya dalam peluncuran GMTI 2021 secara virtual, Rabu (14/7).

Bahardeen menyampaikan, Indonesia bersaing ketat dengan Uni Emirat Arab (UEA) yang menempati peringkat kelima. Indonesia mendapatkan skor 73, sementara UEA sebesar 72. Arab Saudi lebih tinggi dengan nilai 76, Turki dengan skor 77, dan Malaysia dengan skor 80. Penilaian tersebut meliputi parameter access (10 persen), communication (20 persen), environment (30 persen), dan services (40 persen).

Secara lebih detail, penilaian menyeluruh termasuk pada konektivitas, infrastruktur transportasi, komunikasi, promosi destinasi, kolaborasi stakeholder, layanan bandara, kedatangan pengunjung, keamanan, akomodasi, hingga kondisi cuaca.

Arab Saudi memperlihatkan perkembangan pariwisata yang berkelanjutan dengan menyediakan akses visa untuk wisata, termasuk pada masa pandemi. Arab Saudi juga makin memperbanyak titik atraksi untuk wisatawan. Naik dan turunnya nilai, menurut Bahardeen, menjadi sesuatu yang normal karena lima negara ini bersaing cukup ketat.

Bahardeen mengatakan, industri pariwisata mengalami fase reset pada masa pandemi. Sehingga, kata dia, semuanya punya kesempatan yang sama untuk beradaptasi. Setiap negara yang tanggap dengan berinovasi menyesuaikan dengan keamanan selama pandemi akan mendapatkan nilai lebih.

Ketua Perhimpunan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) Riyanto Sofyan menyampaikan, perkembangan wisata halal Indonesia masih perlu terus didukung semua pihak. Dukungan dari pemerintah juga perlu kembali diperkuat dari sisi kebijakan dan kelembagaan.

"Potensi kita sangat besar dan sudah menjadi fakta, sehingga pengembangan industrinya perlu didukung menyesuaikan dengan parameter yang ada," kata Riyanto.

Menurut Riyanto, saat ini regulasi terkait wisata halal sangat minim. Pada 2014, sempat ada pedoman hotel syariah, namun kemudian dianulir. Pada 2019, saat Indonesia menduduki peringkat pertama GMTI, perangkat kelembagaan tersebut sudah mulai dibangun, tapi belum cukup kuat untuk berlanjut.

PPHI saat itu telah menyusun pedoman penyelenggaraan wisata halal. Hal itu seperti pengembangan destinasi, parameter yang dikembangkan, desain strategis rencana aksi, standar pedoman usaha mulai dari hotel, biro perjalanan, spa, restoran, hingga standar pengembangan sumber daya manusia.

"Saat pandemi ini, kita juga coba kembangkan untuk industri bisa survive dulu," katanya.

Penyusunan langkah strategis juga diupayakan untuk menyesuaikan dengan parameter GMTI. Dia berharap langkah tersebut bisa didukung oleh semua pihak termasuk pemerintah. Upaya penguatan sisi supply dan demand ini sangat perlu adaptasi, inovasi, dan kolaborasi serta penyesuaian produk dan layanan sesuai kondisi saat ini.

Pariwisata berbasis desa

Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN Nusa Tenggara Barat menginisiasi pembentukan kawasan desa wisata berbasis budi daya lebah madu trigona di Desa Sigar Penjalin, Lombok Utara. General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTB Lasiran menjelaskan dua program yang dijalankan di desa wisata tersebut, yakni wisata alam dan wisata budi daya lebah madu trigona.

"Dua program itu merupakan salah satu bentuk komitmen YBM PLN NTB untuk berkontribusi dalam membantu masyarakat, khususnya di NTB," katanya.

YBM sebagai yayasan pengelola zakat dari penghasilan pegawai PLN berkolaborasi dengan Lombok Eco International Connection (LEIC) melalui sebuah pemberdayaan masyarakat dengan produk unggulan budi daya lebah trigona "Cahaya Asri" serta optimalisasi pengolahan sumber daya lokal. Program pendampingan kepada komunitas pembudidaya dimulai sejak Maret 2021 yang disertai dengan penyerahan 250 stup lebah madu trigona kepada 25 kepala keluarga (KK).

Dari 10 stup yang diserahkan, sebanyak lima stup yang dibudidaya di setiap KK, dan selebihnya dibudidayakan di pondok lebah madu "Cahaya Asri". Dalam satu kali panen, kata Lasiran, komunitas bisa menghasilkan sebanyak 12,5 liter madu dari 125 koloni trigona. Panen dilakukan setelah 3-4 bulan budidaya.

Ketua Kelompok Trigona Cahaya Saonah menyambut baik pendampingan budi daya lebah madu yang dilakukan oleh YBM PLN NTB karena bisa menambah penghasilan keluarga setiap bulan.

"Dalam sebulan, dari lima stup yang dibudidaya, kami bisa memperoleh Rp 100 ribu. Itu belum termasuk penambahan penghasilan dari kelompok. Sangat membantu sekali di tengah kondisi pandemi seperti sekarang ini," ucap Saonah.

Sebelumnya, YBM PLN juga telah melakukan pendampingan untuk program serupa di Dusun Rangsot Timur. Total stup yang sudah diserahkan sebanyak 500 stup untuk 50 KK selama dua tahun program berjalan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat