Petugas Biro Kesejahteraan Rakyat Provinsi Sulawesi Tenggara mengecek sapi kurban yang diberi Presiden Jokowi di Desa Lawoila, Kecamatan Konda, Sulawesi Tenggara, Selasa (28/7/2020). Sapi berbobot lebih 1 ton itu dijual ke Presiden Jokowi seharga Rp | JOJON/ANTARA FOTO

Khazanah

Kembangkan Kurban Ramah Lingkungan

Kurban memberikan dampak positif pada aspek ekonomi dan sosial.

JAKARTA — Dulu, kantong plastik sangat lazim digunakan untuk membungkus daging kurban. Namun, tahun-tahun terakhir ini, semakin gencar seruan dari sejumlah kalangan untuk mengakhiri kebiasaan itu dan menggantinya dengan pembungkus yang ramah lingkungan.  

Seruan itu salah satunya datang dari Filantropi Indonesia. Lembaga nirlaba yang bertujuan memajukan filantropi di Indonesia ini  mengampanyekan gerakan berkurban tanpa sampah plastik.

"Saat Idul Adha biasanya ada peningkatan volume sampah karena biasanya panitia kurban membungkus daging kurban ke dalam kantong plastik," kata Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia, Hamid Abidin, dalam agenda virtual bertajuk “Kurban Asik tanpa Sampah Plastik”, Kamis (8/7).

Hamid menjelaskan, volume sampah plastik mencapai 5,4 juta ton per tahun. Masalah ini menjadi lebih kompleks selama pandemi Covid-19. Sebab di tengah pandemi ini, banyak masyarakat yang belanja online dan sebagian besar belanjaan mereka dikemas dengan kantong plastik. Ini masih ditambah dengan sampah medis yang juga menumpuk dan belum tertangani.

Karena itu, Filantropi Indonesia melalui gerakan “Kurban Asik tanpa Sampah Plastik” mendorong lembaga-lembaga filantropi, khususnya yang berbasis keagamaan, seperti Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan lembaga-lembaga amil zakat lainnya untuk terlibat dalam gerakan tersebut.

"Kami mendorong agar daging kurban tidak lagi dikemas dalam kemasan plastik atau kantong plastik, tetapi menggunakan kemasan lain yang ramah lingkungan, misalnya, daun,” ujar dia.

Hamid juga menyampaikan, ibadah kurban memberikan dampak positif pada aspek ekonomi dan sosial. Potensi ekonomi dari kurban tergolong besar karena ada transaksi yang menghidupkan ekonomi dan meningkatkan gizi masyarakat.

"Kami berharap, keterlibatan lembaga filantropi selain memberikan dampak ekonomi dan sosial, juga meminimalisasi dampak negatifnya dalam bentuk sampah plastik,” katanya.

Pada forum yang sama, GM Advokasi dan Aliansi Strategis Dompet Dhuafa, Arif Rahmadi Haryono, menuturkan, saat ini memang masih banyak warga yang menggunakan plastik sekali pakai untuk membungkus daging kurban. Alasannya, kantong plastik itulah yang murah dan mudah didapat.

 

 

Ada hal yang perlu kita edukasi, bahwa masyarakat memproduksi sampah plastik yang merusak lingkungan. Kita mengupayakan kurban harus ramah lingkungan.

 

ARIF RAHMADI HARYONO, GM Advokasi dan Aliansi Strategis Dompet Dhuafa
 

Arif mengingatkan, semangat keberagamaan pada Hari Raya Idul Adha seharusnya selaras dengan semangat menjaga kelestarian lingkungan. Dia pun mendorong adanya perubahan perilaku terkait sampah plastik dengan memanfaatkan apa yang ada di lingkungan.

"Seperti daun jati, daung pisang, atau besek dari rotan yang bisa dua-tiga kali pakai. Itu bisa mengurangi sampah plastik. Jadi, pesannya adalah mari kita jaga lingkungan kita," ujar dia.

Dompet Dhuafa, Arif melanjutkan, selama tiga tahun terakhir telah menjalin kerja sama dengan Filantropi Indonesia dan Belantara Foundation untuk menggaungkan perubahan perilaku soal penggunaan plastik sekali pakai pada Idul Adha.

Selain itu, Dompet Dhuafa bersama 15 ribu relawan yang tersebar di 21 wilayah turut membuat gerakan untuk mengurangi sampah plastik. Salah satu gerakannya adalah dengan membuat paket kurban kreatif.

"Kami merangkai bagaimana mengemas daging kurban yang kreatif, tetapi tidak mahal, murah meriah, dengan pesan yang jelas," katanya.

Ajakan serupa juga disampaikan Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Sri Mariati. Namun, ia menyadari, panitia kurban di daerah perkotaan mungkin kesulitan untuk mendapatkan besek, daun pisang, daun jati, dan sejenisnya.

Untuk mengatasinya, menurut Mariati, mereka bisa menggunakan wadah berbahan plastik yang bisa digunakan kembali atau bisa didaur ulang.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat