Perajin menyelesaikan kerajinan rotan di kawasan Jalan George Obos, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (8/7/2021). Kementerian Keuangan mencatat realisasi anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk klaster pelaku UMKM dan korporasi hingga | ANTARA FOTO/Makna Zaezar

Tajuk

Pendapatan per Kapita RI

Tanpa berhasil mengatasi wabah Covid-19, jangan berharap ekonomi bergerak leluasa.

Wabah Covid-19 telah melemparkan Indonesia keluar dari negara-negara kelas menengah atas. Pendapatan per kapita Indonesia yang tergerus karena porak-porandanya ekonomi nasional akibat wabah mematikan ini membuat Indonesia kini berada di kelas menengah bawah. 

Dalam laporannya per Juli 2021, yang dipublikasikan Kamis (8/7), Bank Dunia mencatat, gross national income (GNI) per kapita Indonesia pada 2020, turun menjadi 3.870 dolar AS. Pada tahun sebelumnya, Indonesia berada di level negara berpendapatan menengah atas dengan GNI atau pendapatan nasional bruto sebesar 4.050 dolar AS per kapita. Indonesia saat ini sejajar dengan Belize, Iran, dan Samoa. 

Laporan Bank Dunia tersebut sejatinya tidak begitu mengejutkan. Ekonomi Indonesia mengalami kontraksi pada 2020 akibat hantaman badai Covid-19. Pada kuartal pertama 2020 ekonomi nasional masih positif, tetapi tiga kuartal berikutnya pertumbuhan ekonomi Indonesia negatif. Kondisi tersebut membuat Indonesia termasuk negara-negara yang mengalami resesi karena dua kuartal secara berurutan, mengalami pertumbuhan ekonomi negatif. Sayangnya, tren negatif tersebut juga masih terjadi pada kuartal pertama 2021.

 
Laporan Bank Dunia tersebut sejatinya tidak begitu mengejutkan. Ekonomi Indonesia mengalami kontraksi pada 2020 akibat hantaman badai Covid-19. 
 
 

Secara keseluruhan pada 2020, pertumbuhan ekonomi nasional mengalami kontraksi atau minus 2,07 persen. Dibandingkan sejumlah negara lain,  kontraksi yang dialami Indonesia tidak terlalu dalam. Hal itu jika dibandingkan beberapa negara anggota G20 dan ASEAN, antara lain India minus delapan persen, Afrika Selatan minus tujuh persen, Brasil minus 4,1 persen, Thailand minus 6,1 persen, Filipina minus 9,5 persen, dan Malaysia minus 5,6 persen. 

Namun, Indonesia tidak mampu mencapai keberhasilan seperti beberapa negara, yang masih dapat tumbuh positif pada 2020, antara lain Cina 2,3 persen, Turki 1,8 persen, dan Vietnam 2,9 persen. Tidak itu saja, tiga bulan lalu, Lembaga Moneter Internasional atau IMF juga telah menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021, dari semula 4,8 persen menjadi 4,3 persen. 

Prediksi IMF tersebut kini harus menjadi lampu kuning bagi kita. Sebab, prediksi yang dikeluarkan oleh IMF tersebut disampaikan ketika pandemi Covid-19 tidak separah menyerang negara kita seperti saat ini. Tiga bulan lalu, jumlah yang positif Covid-19 masih di angka 7.000-an per hari. Bandingkan dengan saat ini, yang mencapai 34 ribu per hari. Tidak itu saja, Indonesia juga dalam kondisi darurat Covid-19 akibat jumlah kematian yang meningkat dan rumah-rumah sakit kewalahan menangani masyarakat yang terjangkit.

Kala itu, pemerintah juga tidak menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, sehingga sejumlah kegiatan ekonomi dan bisnis masih dapat berjalan tanpa pembatasan yang sangat ketat. Saat ini pergerakan orang dibatasi dan sudah pasti akan sangat berpengaruh pada kegiatan ekonomi.

Penerapan PPKM Darurat ini pada akhirnya, akan ikut memberi andil tak mudahnya upaya Indonesia untuk kembali masuk dalam negara dengan pendapatan per kapita kelas menengah atas. Karena, untuk meningkatkan pendapatan per kapita salah satu kuncinya adalah ekonomi dapat bergerak dan pertumbuhan ekonomi melaju dengan cepat. Semua itu sulit terjadi saat PPKM Darurat diterapkan karena banyaknya pembatasan dalam pergerakan pelaku ekonomi.

 
Tanpa berhasil mengatasi wabah Covid-19, jangan berharap ekonomi dapat bergerak dengan leluasa.
 
 

Namun, kita meyakini penerapan PPKM Darurat merupakan ikhtiar terbaik. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi memang hanya dapat dicapai apabila semua sektor usaha dapat bergerak dengan lancar. Semua itu hanya bisa terjadi jika penanganan terhadap wabah Covid-19 sukses. Tanpa berhasil mengatasi wabah Covid-19, jangan berharap ekonomi dapat bergerak dengan leluasa.

Ke depannya, kita berharap, pendapatan per kapita Indonesia bisa kembali naik dan Indonesia dapat lepas dari kategori kelas menengah bawah. Tetapi, kita butuh pendapatan per kapita yang naik akibat tumbuhnya kelas-kelas menengah baru di Indonesia. Jika pendapatan per kapita Indonesia sebagian besar masih disumbang oleh segelintir para konglomerat, pendapatan per kapita Indonesia tidak mencerminkan kesejahteraan rakyatnya. Masih terjadi jurang yang lebar antara orang kaya dan orang miskin. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat